1/03/2018

MAKALAH TQM TOTAL QUALITY MANAJEMEN



BAB I
PENDAHULUAN
1.1        Latar Belakang
Berdasarkan Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan disebut pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan hidup sehat bagi setiap orang agar terwajud derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan Nasional. Masyarakat berusaha mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik dan memuaskan bagi dirinya saat sakit. Berpijak dari kebutuhan pokok ini, pelayanan kesehatan melalui Rumah Sakit memegang peran penting dalam memberikan pelayanan yang bermutu, efektif dan efesien, dengan tetap memperhatikan fungsi sosial. Oleh karena itu pelayanan prima kepada masyarakat tidak dapat diabaikan lagi.
Pelayanan prima merupakan pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada pasien, pegawai dan organisasi (Keputusan Menpan Nomor 56 Tahun 1998). Pelayananan prima tersebut dapat terwujud bila sumber daya manusia  yang dimiliki rumah sakit  dapat menghasilkan kinerja yang optimal.
Kinerja organisasi tidak lepas dari kontribusi individu - individu yang ada dalam organisasi tersebut. Kinerja merupakan suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu yang akhirnya secara langsung dapat tercermin dalam output yang dihasilkan. Output yang dihasilkan terkait dengan hasil pelaksanaan suatu pekerjaan yang bersifat fisik/material maupun non fisik / non material (Simamora, 2002).
Berkaitan dengan kondisi di atas diperlukan penerapan konsep Total Quality Management (TQM) yang merupakan konsep memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan secara terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya dengan menggunakan sumber daya manusia dan modal yang tersedia.  Dasar pemikiran perlunya TQM sangatlah sederhana, yakni bahwa cara terbaik agar dapat bersaing dan unggul dalam persaingan global adalah dengan kualitas yang terbaik. tuk menghasilkan kualitas terbaik diperlukan upaya perbaikan berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses, dan lingkungan.
Cara terbaik agar dapat memperbaiki kemampuan komponen-komponen tersebut secara berkesinambungan adalah dengan menerapkan TQM (Fandy Tjiptono & Anastasia Diana, 2003). Selain penerapan konsep TQM faktor lain yang perlu diperhatikan adalah motivasi kerja. Menurut Robert  L. Malthis dan John H. Jackson dalam Moenir (2004)  bahwa motivasi asal kata motif adalah suatu kehendak atau keinginan yang timbul dari diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut berbuat. Menurut Maslow, seseorang akan terus-menerus termotivasi oleh kesempatan-kesempatan untuk pemenuhan diri selama kebutuhankebutuhan lainnya masih tetap terpuaskan.
Pendekatannya atas faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu yang Adanya kebutuhan yang memuaskan seseorang akan mendorong semangat bekerja yang selanjutnya akan berdampak positif bagi peningkatan kinerja (Malayu SP Hasibuan; 2009).
Dari Reseach gap (penelitian terdahulu), Finasari (2006) dalam penelitiannya menemukan bahwa  TQM   berpengaruh positif  dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Sampoerna Printpack Sukorejo. Penelitian yang dilakukan Hernowo N dan M Farid Wajdi (2008) menunjukan bahwa motivasi kerja berpengaruh siqnifikan terhadap kinerja pegawai, sedangkan M Syibil dan Indung Sudarso (2005) menunjukan bahwa motivasi kerja tidak berpengaruh siqnifikan terhadap kinerja pegawai.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tugurejo Semarang,sesuai dengan peraturan Gubernur Jateng No.95 tahun 2008,mempunyai tugas pokok yaitu : Menyelenggarakan pelayanan kesehatan,menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan,penelitian dan pengembangan serta pengabdian masyarakat.Guna mewujudkan tugas pokok tersebut diperlukan sumber daya manusia yang mampu mengembangkan strategi organisasi dan memiliki kinerja yang baik.
Sebagai institusi pemerintah RSUD Tugurejo telah berusaha memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Fenomena gap yang muncul selama tiga tahun terakhir (tahun 2009 – 2011) semakin banyak keluhan/komplain pasien terhadap pelayanan rumah sakit yang disampaikan dalam kotak saran.Keluhan tersebut nampak dalam tabel 1 berikut ini:

Tabel 1.1
RSUD Tugurejo Semarang 2009- 2011
Tahun
Jumlah Pasien
Rawat Inap
Jumlah
Keluhan
Prosentase
(%)
2009
13.536
187
1.38
2010
15.969
229
1.43
2011
18.400
292
1.59

 Sumber : RSUD Tugurejo Semarang, 2011

Dari tabel 1 diatas,menunjukan semakin meningkatnya surat komplain yang masuk ke kotak saran mengidentifikasikan menurunnya kinerja pelayanan perawat Ruang Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang.Jika hal ini dibiarkan dikhawatirkan akan dapat mempengaruhi kinerja rumah sakit tersebut. Dari Latar belakang permasalahan ,perlu dilakukan penelitian mengenai Kinerja perawat, sehingga judul yang diambil adalah:”Pengaruh Total Quality Management (TQM) dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Perawat (Studi Kasus Pada Ruang Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang)”.
1.2        Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apakah TQM  berpengaruh terhadap kinerja perawat?
2.         Apakah Motivasi  kerja berpengaruh terhadap kinerja perawat?
1.3        Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.      Menganalisis pengaruh TQM  terhadap kinerja perawat.
2.      Menganalisis pengaruh Motivasi kerja terhadap Kinerja Perawat
1.4        Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat mempunyai kegunaan sebagai berikut :
1.      Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi  yang berguna bagi pengembangan ilmu khususnya Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)
2.      Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna dalam menganalisis kinerja perawat khususnya perawat Ruang Rawat Inap   RSUD Tugurejo Semarang
1.5        Kerangka pemikiran
Menurut (Ishikawa dalam Pawitra, 2003) TQM diartikan sebagai perpaduan semua fungsi dari organisasi ke dalam falsafah yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas dan pengertian serta kepuasan pelanggan. Definisi lainnya menyatakan bahwa TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat kulitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi (Santosa, 2002).
Penerapan TQM didefinisikan sebagai penerapan metode kuantitatif atau pengetahuan kemanusiaan untuk memperbaiki material dan jasa masa sekarang dan waktu yang akan datang.Penerapan TQM dalam organisasi dapat diukur berdasarkan beberapa aspek sebagai berikut   (Finasari, 2006) :
1.      Peranan karyawan
2.      Peranan pimpinan
3.      Hubungan pimpinan dan karyawan
4.      Aspek organisasi
5.      Aspek lingkungan
Motivasi mengandung pengertian yaitu keinginan yang terdapat pada seseorang individu yang merangsang untuk melakukan tindakan-tindakan (Hadari Nawawi, 2002). Dalam kamus Manajemen yang disusun oleh Mukijat (2005) disebutkan bahwa motivasi adalah setiap perasaan atau keinginan yang sangat mempengaruhi orang untuk bertindak. Menurut Robert L. Malthis dan John H. Jackson dalam Moenir (2004)  bahwa motivasi asal kata motif adalah suatu kehendak atau keinginan yang timbul dari diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut berbuat.
Motivasi mengandung pengertian yaitu keinginan yang terdapat pada seseorang individu yang merangsang untuk melakukan tindakan-tindakan. Motivasi karyawan dapat diukur berdasarkan (Herzberg dalam  T Hani Handoko, 2000 ):
1.      Perasaan berprestasi
2.      Perasaan diakui
3.      Perasaan bertanggung jawab
4.      Kesempatan untuk maju
5.      Perasaan untuk mengembangkan diri
Flippo (2004) menyatakan bahwa seseorang agar mencapai kinerja yang tinggi tergantung pada    kerjasama, kepribadian, kepandaia yang beraneka ragam, kepemimpinan, keselamatan, pengetahuan pekerjaan, kehadiran, kesetiaan, ketangguhan dan inisiatif”. Sementara itu Robbin (2007) menyatakan bahwa kinerja karyawan adalah sebagai fungsi dari interaksi antar kemampuan dan motivasi, jika ada yang tidak memadai kinerja itu akan dipengaruhi secara negatif, kecerdasan dan ketrampilan haruslah dipertimbangkan selain motivasi.
Kinerja karyawan pada dasarnya adalah hasil kerja seseorang karyawan dalam periode tertentu. Kinerja karyawan yang termuat dalam pedoman kinerja keperawatan (2008) didasarkan pada :
1.Asuhan perawatan
2.Pelayanaan keperawatan
3.Pengabdian pada  masyarakat
4.Pengembangan profesi
5.Penunjang pelayanan perawatan
Mengacu pada  perumusan masalah , kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1
Kerangka Pemikiran Teoritis





H2
 
 


Sumber : J. Sarwono,2006
1.6        Hipotesis
Adapun Hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut:
H1 :   TQM  berpengaruh positif  terhadap kinerja perawat
H2 :   Motivasi  kerja berpengaruh positif  terhadap kinerja perawat
1.7        Metodologi Penelitian
1.      Jenis Penelitian
Jenis data yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel yang diuji adalah data berskala ordinal. Berdasarkan sumber perolehan data meliputi Data primer, dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari jawaban responden melalui  kuesioner tentang penerapan TQM,  motivasi,  kepuasan kerja  dan kinerja perawat. Sedangkan data sekunder diperoleh bagian – bagian  yang ada Ruang Rawat Inap   RSUD Tugurejo Semarang yaitu data mengenai sejarah dan perkembangan rumah sakit, struktur organisasi dan lain-lain.
2.      Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat  pada  Ruang Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang yang berjumlah 289 orang.
Adapun  sampelnya diambil menggunakan rumus
Slovin sebgai berikut :
Keterangan:
n : Sampel
N : populasi
d : Toleransi
Berdasarkan  rumus di atas, kemudian ditentukan besarnya sampel dengan toleransi 5% sehingga diketahui sampel dalam penelitaian ini sebanyak 168  orang. Adapun Penentuan responden / sampel akan dipilih  dengan teknik random sampling dengan cara pengundian.
3.      Operasionlisasi Variabel
Tabel 1.2
Operasionalisasi Variabel

Variabel
Definisi
Indikator
Skala
TQM (Total Quality Manajemen  
(X1)
Penerapan TQM didefinisikan sebagai penerapan metode kuantitatif atau pengetahuan kemanusiaan untuk memperbaiki material dan jasa masa sekarang dan waktu yang akan datang. Soewarso Hardjosoedarmo (2004:1)
1.      Peranan karyawan
2.      Peranan pimpinan
3.      Hubungan pimpinan dan karyawan
4.      Aspek organisasi
5.      Aspek lingkungan.

ordinal
Motivasi Kerja
(X2)
Motivasi mengandung pengertian yaitu keinginan yang terdapat pada seseorang individu yang merangsang untuk melakukan tindakan-tindakan. (Winardi, 2000: 12)
1.      Perasaan berprestasi
2.      Perasaan diakui
3.      Perasaan bertanggung jawab
4.      Kesempatan untuk maju
5.      Perasaan untuk mengembangkan diri.
ordinal
Kinerja Karyawan
(Y)
Hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan (Mangkunagara, 2002:22).
1.      Asuhan perawatan
2.      Pelayanan keperawatan
3.      Pengabdian pada  masyarakat
4.      Pengembangan profesi
5.      Penunjang pelayanan perawatan.
ordinal
4.      Teknik  Pengumpulan  Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Marzuki, 2002) :
1)      Observasi
Metode observasi yaitu cara pengumpulan data atau informasi dengan melakukan pengamatan langasung terhadap aktifitas obyek yang akan diteliti.
2)      Daftar Pertanyaan
Daftar pertanyaan (Questioner), yaitu sumber data yang diperoleh dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan/angket sesuai kebutuhan informasi yang diinginkan kepada responden/ orang yang menjadi objek penelitian untuk mendapatkan jawaban.
3)      Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari literature, buku – buku maupun bahan terbitan lain yang berhubungan dengan pokok pembahasan.
Adapun pengukuran terhadap indikator – indikator dalam penelitian ini menggunakan skala Linkert sebagi berikut   (Imam Ghozali, 2011) :
Kriteria
Skore
a.Sangat setuju
5
b.Setuju
4
c.Tidak Tahu
3
d.Kurang Setuju
2
e.Tidak Setuju
1




5.      Uji Instumen Penelitain
a.      Uji validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Validitas data penelitian ditentukan oleh prosespengukuran yang akurat. Suatu instrumen pengukuran dikatakan valid, jika instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Bila koefisien korelasi atau r hitung > r tabel maka dinyatakan valid, demikian sebaliknya bila r hitung < r tabel maka dinyatakan tidak valid.
b.      Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai alpha cronbach > 0,70
c.       Alat Analisis Data
1.      Analisi Regresi Linear Berganda
Analisis Regresi Linear Berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat.
Rumus Y = β1X1+ β2X2 + e Dimana :
Y=Kinerja Pegawai    X1=Total Quality Manajemen (TQM)   X2=Motivasi Kerja β = Koefisien Regresi     e = Error / Residu
Jika angka signifikansi < = 0,05, maka signifikan dan  jika angka signifikansi > 0,05, maka tidak signifikan
Berdasarkan pengujian di atas maka akan dapat diketahui apakah model layak atau tidak layak untuk digunakan
Menurut Imam Ghozali  (2011)  uji  kelayankan yang digunakan meliputi:
a)      Koefisien determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (adjusted R2)  digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat.
d.      Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang digunakan  yaitu uji signifikansi  individual  (t test) untuk menguji signifikansi variabel bebas yang terdapat dalam persamaan regresi secara individu berpengaruh terhadap nilai variabel terikat. Kriteria yang digunakan :
Jika  t hitung > t tabel (signifikan) dan jika t hitung ≤  t tabel  (tidak signifikan).
Jika angka signifikansi < α = 0,05 (signifikan) dan jika angka signifikansi > 0,05 (tidak signifikan).

e.       Uji F
Kriteria  yang digunakan :
Jika nilai F hitung > F tabel , maka signifikan dan  jika nilai F hitung <  F tabel, maka tidak signifikan
1.8        Tempat Dan Waktu Penelitian
1.      Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Ruang rawat inap RSUD Tugerejo Semarang
2.      Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tahun 2013














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.      Pengertian TQM
Menurut Gaspersz (2001:4), “TQM didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan performansi secara terus-menerus (continuous performance improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia.”
Menurut Purnama (2006:51), “TQM adalah sistem terstruktur dengan serangkaian alat, teknik, dan filosofi yang didisain untuk menciptakan budaya perusahaan yang memiliki fokus terhadap konsumen, melibatkan partisipasi aktif pekerja, dan perbaikan kualitas terus-menerus dengan tujuan agar sesuai dengan harapan konsumen.”
Hitt,  Ireland  dan  Hoskisson  (2001:223)  mengatakan  “TQM  adalah inovasi manajerial yang menekankan komitmen  total  organisasi kepada pelanggan dan untuk terus-menerus melakukan perbaikan  setiap proses melalui penggunaan pendekatan pemecahan masalah, digerakkan oleh data, didasarkan pada pemberdayaan kelompok- kelompok dan tim-tim karyawan.”
Menurut Nasution (2004 : 22), dalam penerapan TQM, ada 10 unsur utama yang dikembangkan oleh Goetsch dan Davis (1994) dijelaskan sebagai berikut:
a.       Fokus pada pelanggan
Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal merupakan penggerak. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas tenaga kerja, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.
b.      Obsesi terhadap kualitas
Dengan adanya kualitas yang telah ditetapkan, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini berarti bahwa semua karyawan pada tiap level berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya berdasarkan perspektif untuk melakukan segala sesuatunya dengan lebih baik.
c.       Pendekatan ilmiah
Pendekatan ilmiah diperlukan dalam penerapan TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut.


d.      Komitmen jangka panjang
TQM merupakan suatu paradigm baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu, dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu, komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses.
e.       Kerjasama tim ( Teamwork)
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerjasama tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina, baik antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok, lembaga-lembaga pemerintahan, dan masyarakat sekitarnya.
f.       Perbaikan sistem secara berkesinambungan (continuous improvement)
Setiap produk atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu sistem / lingkungan. Olek karena itu, sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus-menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat semakin meningkat.
g.      Pendidikan dan pelatihan
Dalam menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental untuk dapat berkembang dan bersaing dengan perusahaan lain, apalagi dalam era persaingan global.
h.      Kebebasan yang terkendali
Kebebasan yang timbul karena keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hasil dari pengendalian yang terencana dan terlaksana dengan baik.
i.        Kesatuan tujuan
Agar TQM dapat diterapkan dengan baik, maka perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian, setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama.
j.        Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam penerapan TQM. Menurut Tjiptono dan Anastasia, (2003 : 128) “ Tujuan pelibatan dan pemberdayaan adalah untuk meningkatkan kemampuan organisasi untuk memberikan customer value.
2.2  Motivasi Kerja
1.      Pengertian Motivasi
Menurut Hasibuan (2012:143) motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terntegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Motivasi menurut Ranupandojo dan Hasan dalam Abrivianto et al. (2014) merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan.
Sedangkan menurut Luthans yang dikutip oleh Nawawi (2006:328) motivasi adalah suatu proses di dalam diri seseorang karena memiliki kebutuhan psikologis dan fisiologis sehingga menggerakkan perilaku atau dorongan untuk mencapai suatu tujuan. Amstrong yang dikutip oleh Nawawi (2006:328) mengatakan motivasi adalah sesuatu yang membuat orang bertindak atau berperilaku dalam cara-cara tertentu. Motivasi seseorang menunjukkan arah tertentu kepadanya dalam mengambil langkah-langkah yang perlu untuk memastikannya sampai pada tujuan. Sedangkan bermotivasi berarti menginginkan sesuatu berdasarkan keinginan sendiri atau terdorong oleh apa saja yang ada untuk mencapai keberhasilan. 
2.      Teori Motivasi
a.      Teori Abraham H. Maslow
Teori Maslow yang dikutip oleh Siagian (2009:287) pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu: 1) Kebutuhan fisiologikal, seperti sandang, pangan dan papan. 2) Kebutuhan keamanan, tidak hanya dalam arti fisik, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual. 3) Kebutuhan sosial. 4) Kebutuhan prestise yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status. 5) Aktualisasi diri.
Sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini perlu ditekankan bahwa: 1) Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang. 2) Pemuasan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dan pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya. 3) Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi di mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.
b.      Teori Clayton Alderfer
Teori Alderfer yang dikutip oleh Siagian (2009:289) dikenal dengan akronim “ERG”. Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah, yaitu exixtence, relatedness, dan growth. Jika makna ketiga istilah tersebut didalami akan terlihat dua hal penting. Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer karena “Existence” dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “Relatedness” senada dengan hierarki ketiga dan keempat menurut konsep Maslow dan “Growth” mengandung makna yang sama dengan “self actualization” menurut Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak.
Teori ini didasarkan pada sifat pragmatisme manusia. Artinya, karena menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan memusatkan perhatiannya pada hal- hal yang mungkin dicapainya.

c.       Teori Herzberg
Faktor motivasional menurut teori Herzberg yang dikutip oleh Siagian (2009:290) adalah hal-hal pendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dari dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor higiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri seseorang, misalnya dari organisasi, tetapi turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan kekaryaannya.
Menurut Berzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain adalah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor higiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang karyawan dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijaksanaan organisasj, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.
Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan kekaryaan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik.


d.      Teori Harapan oleh Victor Vroom
Robbins dan Judge (2008:253) menyatakan bahwa teori pengharapan (expectancy theory) merupakan penjelasan motivasi paling diterima di mana-mana. Teori yang berasal dari Victor Vroom ini menyatakan bahwa kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dalam cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti dengan hasil yang ada pada daya tarik dari hasil itu terhadap individu tersebut. Dalam bentuk yang lebih praktis, teori harapan mengatakan bahwa karyawan-karyawan akan termotivasi untuk mengeluarkan tingkat usaha yang lebih tinggi ketika mereka yakin bahwa usaha tersebut akan menghasilkan penilaian kinerja yang baik; penilaian yang baik akan menghasilkan penghargaan-penghargaan organisasional seperti bonus, kenaikan imbalan kerja, atau promosi dan penghargaan-penghargaan tersebut akan memuaskan tujuan-tujuan pribadi para karyawan.
Teori harapan oleh Viktor Vroom tersebut berfokus pada tiga hubungan yaitu: 1) Hubungan usaha-kinerja. Kemungkinan yang dirasakan oleh individu yang mengeluarkan sejumlah usaha akan menghasilkan kinerja. 2) Hubungan kinerja-penghargaan. Tingkat sampai mana individu tersebut yakin bahwa bekerja pada tingkat tertentu akan menghasilkan pencapaian yang diinginkan. 3) Hubungan penghargaan-tujuan-tujuan pribadi. Tingkat sampai mana penghargaan-penghargaan organisasional memuaskan tujuan-tujuan pribadi atau kebutuhan-kebutuhan seorang individu dan daya tarik dari penghargaan-penghargaan potensial bagi individu tersebut. 
Kunci untuk teori harapan adalah pemahaman tujuan-tujuan seorang individu dan hubungan antara usaha dan kinerja, antara kinerja dan penghargaan, dan akhirnya antara penghargaan dan pemahaman tujuan individual. Sebagai sebuah model kemungkinan, teori harapan mengakui bahwa tidak ada prinsip universal untuk menjelaskan motivasi setiap individu. Selain itu, hanya karena kita memahami kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh seseorang tidak menjamin bahwa individu tersebut merasa kinerja yang tinggi selalu membawa dirinya pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut.
2.3  Kinerja Karyawan
1.      Pengertian Kinerja Karyawan
Kinerja karyawan menurut Hasibuan (2012:94) dapat diartikan sebagai suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. Sedangkan Abdullah (2014:3) menyatakan bahwa kinerja karyawan merupakan hasil kerja atau prestasi kerja karyawan.
Prawirosentono dalam Nawawi (2006:65) mendefinisikan kinerja karyawan sebagai suatu hasil kerja yang dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi/perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung-jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara legal, tidak melanggar hukum, serta sesuai dengan moral dan etika.
2.      Tujuan Penilaian Kinerja Pegawai
Tujuan dari dilakukan penilaian kinerja karyawan menurut Abdullah (2014:21) antara lain:
a.       Pengembangan, dapat digunakan untuk menentukan karyawan yang perlu ditraining dan membantu evaluasi hasil training. Penilaian kinerja karyawan juga dapat membantu pelaksanaan conseling antara atasan dan bawahan, sehingga dapat dicapai usahausaha pemecahan masalah yang dihadapi karyawan.
b.      Pemberian reward, dapat digunakan untuk proses penentuan kenaikan gaji, insentif, dan promosi. Beberapa perusahaan juga dapat menggunakannya untuk memberhentikan karyawan.
c.       Motivasi, dapat digunakan untuk memotivasi karyawan, mengembangkan inisiatif, dan rasa percaya diri dalam bekerja.
d.      Perencanaan SDM, dapat bermanfaat bagi pengembangan keahlian dan keterampilan serta perencanaan SDM.
e.       Kompensasi, dapat memberikan informasi yang akan digunakan untuk menentukan apa yang harus diberikan kepada karyawan yang berkinerja tinggi atau rendah dan bagaimana prinsip pemberian kompensasi yang adil.
f.       Komunikasi, evaluasi merupakan dasar untuk komunikasi yang berkelanjutan antara atasan dan bawahan yang menyangkut kinerja karyawan.
3.      Kegunaan Penilaian Kinerja
Kegunaan penilaian kinerja dilihat dari perspektif pengembanagn perusahaan atau pengembangan SDM menurut Abdullah (2014:22) adalah sebagai beikut :
a.       memperkuat posisi tawar antara perusahaan dengan karyawan,
b.      memperbaiki kinerja karyawan dan kinerja perusahaan,
c.       menyesuaikan pembayaran kompensasi kepada karyawan,
d.      sebagai dasar pembuatan keputusan dalam penempatan karyawan,
e.       sebagai dasar untuk menetapkan pelatihan dan pengembangan,
f.       sebagai dasar untuk menyusun perencanaan dan pengembangan karier karyawan,
g.      sebagai dasar untuk melakukan evaluasi proses staffing,
h.      sebagai dasar defisiensi (meninjau ulang) prosedur penempatan karyawan.
4.      Indikator Kinerja Karyawan
Indikator kinerja menurut Mahsun dalam Abdullah (2014:145) adalah kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan organisasi yang diwujudkan dalam ukuran-ukuran tertentu. Indikator kinerja juga dapat didefinisikan sebagai nilai atau karakteristik tertentu yang digunakan untuk mengukur output atau outcome suatu kegiatan. Indikator kinerja dalam melaksanakan pekerjaan di lingkungan sebuah organisasi atau perusahaan menurut Nawawi (2006:67) adalah sebagai berikut:
a.       kuantitas hasil kerja yang dicapai,
b.      kualitas hasil kerja yang dicapai,
c.       jangka waktu mencapai kinerja tersebut,
d.      kehadiran dan kegiatan selama hadir di tempat kerja,
e.       kemampuan bekerja sama.
















BAB III

HASIL DAN PEMBHASAN
3.1    Hasil Uji Instrumen Penelitian
1.      Uji Validitas
Hasil uji validitas Menunjukan semua variabel kuesioner valid, karena masing-masing item memenuhi syarat yaitu nilai Corrected Item Total Correlation atau r hitung  > r tabel = 0,159 ( N = 168 , = 0,05 )
2.      Uji Reliabilitas
Hasil uji Reliabilitas menunjukkan bahwa nilai Cronbach Alpha atau r hitung untuk ketiga variabel yaitu TQM(0,770), motivasi kerja(0,755), dan kinerja perawat(0,714) semuanya lebih besar dari 0,70  (r standar) maka dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian kuesioner reliabel.
3.      Uji Kelayakan Model
a.      Koefisien Determinasi ( R2)
Menunjukkan bahwa angka adjusted R square atau adjusted R2 sebesar 0,634. Hal ini berarti bahwa variabel TQM, motivasi kerja dapat menjelaskan  variasi dari  variabel kinerja perawat  sebesar 63,4 %  sedangkan yang  36,6  % dijelaskan variabel / faktor lain di luar model misalnya kemampuan kerja, etos kerja,kepuasan kerja dan lainnya.


b.      Uji  F
Menunjukkan bahwa nilai F hitung  =  32,651 >  F tabel = 2,60 (df1 = k = 2 dan df2 = n – k – 1 = 168 – 2– 1 = 165, = 0,05)  ,  dengan  angka signifikansi = 0,000 < = 0,05 (signifikan).
Berdasarkan  pengujian  adjusted R2  dan F di atas dapat disimpulkan model persamaan regresi dalam penelitian ini layak untuk digunakan.
3.2     Pengujian Hipotesis
Pengujian Hipotesis 1 (H1) Pengaruh TQM terhadap Kinerja Perawat dapat diketahui bahwa nilai t hitung  dari pengaruh varibel TQM terhadap kinerja perawat sebesar  2,381 >   t tabel  = 1,645  dengan  angka signifikansi =  0,018 < = 0,05 (signifikan ). Dengan demikian maka hipotesis 1 (H1) bahwa TQM berpengaruh positif terhadap kinerja perawat terbukti.
Hasil pengujian Hipotesis 2 ( H2) pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja perawat dapat diketahui bahwa nilai t hitung  dari pengaruh variabel motivasi kerja  terhadap kinerja perawat  = 2,560   > t tabel  = 1,645 dengan  angka signifikansi =  0,014 < = 0,05  ( signifikan ). Dengan demikian maka hipotesis 2 (H2) bahwa motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja perawat  terbukti.


3.3        Analisis Regresi Pengaruh  TQM , Motivasi Kerja Terhadap Kinerja           Perawat
Hasil analisis regresi pengaruh  TQM (X1), Motivasi Kerja (X2) terhadap Kinerja Perawat (Y) dapat dijelaskan sebagai berikut :
                   Y =  0,112 X1+ 0,124 X2 + e
Artinya :
TQM ( X1) berpengaruh positif terhadap  kinerja perawat (Y). Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa  semakin  optimal penerapan   TQM  maka semakin meningkat kinerja perawat
Motivasi  Kerja (MK)   berpengaruh positif terhadap  Kinerja Perawat (KP).Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa meningkatnya motivasi kerja akan meningkatkan kinerja perawat.
3.4     Pembahasan
TQM berpengaruh positif (β1 = 0,112 ) dan signifikan  (sig.= 0,018) terhadap kinerja perawat, sehingga hipotesis 1(H1) terbukti dan dapat diinterpretasikan bahwa semakin optimal penerapan TQM  maka semakin meningkat kinerja perawat. Hal ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Finasari (2006) yang menemukan bahwa TQM berpengaruh positif  dan signifikan  terhadap kinerja karyawan pada  PT. Sampoerna Printpack Sukorejo
Motivasi kerja berpengaruh positif (β2 = 0,104) dan signifikan ( sig. =  0,014) terhadap kinerja perawat sehingga hipotesis 2 (H2) terbukti dan dapat diinterpretasikan bahwa semakin meningkat motivasi kerja maka semakin meningkat pula kinerja perawat. Hal ini sesuai  dengan hasil penelitian Hernowo N dan M. Farid Wajdi (2008)  yang  menunjukkan bahwa motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupten Wonogiri. Namun tidak sesuai dengan hasil penelitian Mohammad Syibli dan Indung Sudarso ( 2005) yang menunjukkan bahwa motivasi kerja tidak berpengaruh signfikan terhadap kinerja SDM outsourcing pada PT. Telkom Surabaya.

















BAB IV
PENUTUP

4.1  Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dapat diambil kesimpulan  sebagai berikut :
1.      Pengujian hipotesis pengaruh variabel TQM terhadap kinerja perawat menunjukan nilai t hitung = 2,381 >   t tabel  = 1,645 dengan  angka signifikansi =  0,018  < = 0,05  sehingga signifikan. Dengan demikian maka hipotesis 1 (H1) bahwa TQM berpengaruh positif terhadap kinerja  perawat  terbukti.
2.      Pengujian hipotesis pengaruh variabel motivasi terhadap kinerja karyawan menunjukan nilai t hitung  dari pengaruh variabel motivasi kerja  terhadap kinerja perawat  = 2,560   > t tabel  = 1,645 dengan  angka signifikansi =  0,014 < = 0,05  ( signifikan ). Dengan demikian maka hipotesis 2 (H2) bahwa motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja perawat terbukti.
4.2  Saran
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan TQM dan motivasi kerja berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja perawat pada  Ruang Rawat Inap  RSUD Tugu Semarang.
Implikasi kebijakan Penerapan TQM berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja pegawai adalah penerapan TQM yang intensif guna  meningkatkan kinerja perawat. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah:
1.      Memberdayakan perawat dengan memberikan kebebasan dalam menyelesaikan tugas / pekerjaan agar dapat berperan dalam meningkatkan kualitas pelayanan
2.      Meningkatkan peran pimpinan  dengan melakukan koordinasi  atau pers conference terhadap bawahan mengenai permasalahan dan rencana pelaksanaan guna  meningkatkan kinerja lembaga.
3.      Meningkatkan komunikasi  baik secara formal maupun  informal agar hubungan  antara pimpinan dan karyawan harmonis.
Implikasi motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai adalah perlunya upaya meningkatkan  motivasi perawat guna meningkatkan kinerja karyawan. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah:
1.      .Memberikan insentif yang berupa jasa pelayanan medis
2.      Memberikan remunerasi yang disesuaikan dengan masa kerja
3.      Memberikan  kesempatan untuk mengikuti pendidikan / pelatihan antara lain :
4.      Pelatihan pelayanan prima dan advance yang sifatnya wajib setiap perawat.
5.      Pelatihan BTCLS (Basic Trauma Cardiac Life Suport) yang bersifat kegawat daruratan.
6.      Pelatihan PSBH (Problem Solving And Better Health) sebagai gugus kendali mutu untuk setiap perawat di ruangan.
7.      Pelatihan pengamanan pasien (Pasien Safety )
Berdasarkan implikasi kebijakan di atas maka  perlu peningkatan intensitas penerapan TQM dan motivasi kerja guna mencapai peningkatan kinerja  setiap unit sesuai dengan target dan  standar yang ditetapkan (Akreditasi dan  ISO 9001 : 2008). Kebijakan yang diambil antara lain :
1.      Meningkatkan kinerja  paramedis dan manajemen dan mutu pelayanan kesehatan sehingga target dari masing-masing pelayanan dapat tercapai.
2.      Meningkatkan kerjasama antara RS dengan beberapa pihak agar tingkat pelayanan meningkat.
3.      Dalam sistem PPK-BLUD RS perlu melakukan prioritas penentuan kegiatan agar penggunaan anggaran efektif dan efisien sesuai sasaran dan target yang telah ditetapkan demi peningkatan







DAFTAR PUSTAKA


Andi Sularso dan Murdjianto. Pengaruh  Disiplin kerja,  dan Total Quality Manajemen (TQM) Terhadap Kepuasan Kerja  Pegawai  Pada Balai Pengujian  Sertifikasi Mutu
Barang  Kabupaten  Jember. Tesis . Malang : Pasca Sarjana Universitas Brawijaya, 2004
Finasari, Dian Maya Pengaruh  Penerapan Konsep Total Quality Management (TQM), Kepuasan Kerja  dan Disiplin Kerja  Terhadap Kinerja Karyawan  Pada   PT. Sampoerna Printpack Sukoharjo, BENEFIT, Vol 9 No. 3, 2006
Flippo, Edwin B, Manajemen Sumber Daya Manusia. Erlangga ,Jakarta,  2004
Ghozali, Imam Analisis Multivariat SPSS,.Edisi Ketiga. BP – UNDIP, Semarang, 2005
Hadari Nawawi, Manajemen Sumber daya manusia Untuk Bisnis yang Kompetitif, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2002
Hernowo N dan M. Farid Wajdi. Pengaruh Motivasi Dan Disiplin Terhadap Kinerja Pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupten Wonogiri. EKOBIS, Vol. 8 N0. 3, 2008.
Igalens J. Roussell  . A Study of the Relationship between  Dicipline , Work Motivation and Job Performance. Jurnal of Manajement, Vol. 47, 1999
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Dasar dan Kunci Keberhasilan, Jakarta. : CV. Haji Masagung, 2003.
Marzuki, Metode Riset, BPFE - UII, Yogyakarta , 2005.
Mohammad Syibli Indy Sudarso. Analisis   Pengaruh Faktor-FaktorRekrutmen terhadap Kinerja SDM Outsourcing Pada PT. Telkom Surabaya. EKSEKUTIF Vol 11,  No.3 , 2007.
Munir, Perilaku Organisasi, Armico, Bandung, 2004
Robins, Stephen P, Perilaku Organisasi, PT. Prenhallindo, Jakarta, 2007
Sashkin, Marshall & Kisser, Kenneth J, Putting Total Quality Management to Work, Berret Publisher, San Fransisco, 1993
Simamora, Henry, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua., BP. STIE YKPN, Yogyakarta, 2002.
Soewarso, Dasar- Dasar Total Quality Management. Andi Offset, Yogyakarta,2006
Sondang  P Siagian, Peranan Staf Dalam Manajemen, CV. Masagaung. Jakarta. 1999.
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi , Edisi - 2, Alfabeta, Bandung, 2004
T. Hani Handoko , Manajemen Sumber Daya Manusia, BPFE, Yogyakarta , 2000
__________, Keputusan Menpan Nomor 56 Tahun 1998 Tentang Pelayananan Prima
__________,Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 95 Tahun 2008 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit
__________,Pedoman Kinerja Keperawatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008
__________,Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 Tentang  Kesehatan




No comments:

Post a Comment