1/03/2018

MAKALAH SEMINAR MANAJEMEN PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA, PERPUTARAN KAS, PERPUTARAN PIUTANG, DAN PERTUMBUHAN KOPERASI TERHADAP PROFITABILITAS



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Penelitian
Negara Indonesia memiliki pandangan yang khusus terhadap perekonomian. Hal ini termuat dalam UUD 1945 Bab XIV Pasal 33 ayat (1) yang menyebutkan bahwa “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan”. Merujuk arti dari Pasal 33 ayat (1) UUD 1945, maka aturan tersebut paling tepat ditujukan terhadap koperasi. Undang-Undang No 17 Tahun 2012 mendeskripsikan koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan berlandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
Sejak awal perkembangannya, koperasi telah menjadi salah satu tulang punggung perekonomian rakyat Indonesia karena koperasi merupakan soko guru perekonomian Indonesia (Kadir, 2012). Dengan demikian koperasi diperankan dan difungsikan sebagai pilar utama dalam sistem perekonomian nasional.
Koperasi diharapkan dapat berperan aktif dalam mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Peran dan manfaat koperasi di Indonesia sangatlah penting karena koperasi membuka pintu gerbang usaha kecil dan menengah (UKM), menciptakan masyarakat yang mandiri, penggerak perekonomian hingga menciptakan lapangan kerja baru.
Pemanfaatan koperasi secara maksimal dan optimal akan dapat menciptakan perekonomian nasional yang selaras dengan pertumbuhan koperasi. Pada era globalisasi saat ini, tiap perusahaan tidak terkecuali koperasi dituntut untuk memiliki keunggulan kompetitif dan mampu meningkatkan kinerja yang dimilikinya serta mampu menghasilkan profit yang maksimal untuk menjamin kelangsungan hidup dan perkembangan usaha di masa yang akan datang.


Denpasar Selatan merupakan salah satu sektor ekonomi dan pariwisata di Kota Denpasar. Menurut Dinas Koperasi UMK dan Menengah Kota Denpasar periode 2015 jumlah keseluruhan koperasi di Kecamatan Denpasar Selatan adalah sebanyak 259 koperasi. Dari 259 koperasi di Kecamatan Denpasar Selatan yang paling banyak tidak aktif dan belum RAT adalah Koperasi Karyawan yang dimana jumlah Koperasi Karyawan di Kecamatan Denpasar Selatan sebanyak 48 Koperasi dengan 31 koperasi belum melaporkan RAT dan tidak aktif sebanyak 12 koperasi kemudian disusul dengan Koperasi Serba Usaha berada di urutan ke dua setelah Koperasi Karyawan dengan jumlah koperasi yang belum melaporkan RAT dan tidak aktif terbanyak. Jumlah Koperasi Serba Usaha di Kecamatan Denpasar 97 koperasi dengan yang tidak aktif sebanyak 2 koperasi dan belum melaporkan RAT 67 koperasi. Untuk itu peneliti tertarik meneliti Koperasi Serba Usaha karena diantara seluruh jenis koperasi di Kecamatan Denpasar Selatan, Koperasi Serba Usaha memiliki koperasi paling banyak belum melaporkan RAT nya.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai faktor yang dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas guna peningkatan kinerja koperasi serba usaha di Kecamatan Denpasar Selatan. Gambaran koperasi aktif, tidak aktif dan RAT, tidak RAT di Kecamatan Denpasar dapat dilihat dalam tabel 1.1 dibawah ini :
Tabel 1.1
Koperasi Aktif, Tidak Aktif dan RAT, Tidak RAT
di Kecamatan Denpasar Selatan Tahun 2015
Jenis Koperasi
Jumlah
Aktif
Tidak Aktif
RAT
Tidak RAT
Koperasi Usaha Dagang
2
2
-
1
1
Koperasi Karyawan
23
23
-
3
20
Koperasi Tani
1
1
-
-
1
Koperasi Serba Usaha
97
95
2
28
67
Koperasi Simpan Pinjam
67
66
1
28
38
Koperasi Wanita
4
4
-
2
2
Koperasi Mahasiswa
2
2
-
1
1
Primer Koperasi
7
7
-
2
5
Koperasi Pasar
3
3
-
1
2
Koperasi Pondok Pesantren
1
1
-
1
-
Koperasi Jasa Angkutan Umum
4
4
-
-
4
Jumlah
211
208
3
67
141
Sumber: Dinas Koperasi UMK dan Menengah Kota Denpasar, Tahun 2015
Menurut Toto Prihadi (2012), profitabilitas adalah kemampuan untuk menghasilkan laba. Dalam analisis rasio, kemampuan menghasilkan laba dapat dikaitkan dengan penjualan, aset atau modal. Rasio profitabilitas bertujuan untuk mengukur efisiensi aktivitas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan (Jumingan, 2006).
Perputaran modal kerja atau working capital turnover merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu yang memiliki arti seberapa banyak modal kerja berputar selama suatu periode atau dalam suatu periode. Mengukur rasio ini dengan cara membandingkan antara penjualan dengan modal kerja atau dengan modal kerja rata-rata. (Kasmir, 2012).
Perputaran kas (cash turnover) berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan (Kasmir, 2012).
Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanamkan dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah (dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik (Kasmir, 2012).
Pertumbuhan koperasi menunjukkan peramalan laba dimasa yang akan datang, penilaian efisiensi dalam menjalankan koperasi, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja koperasi (Hadinata, 2015).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Pertumbuhan Koperasi Terhadap Profitabilitas”

1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan alasan pemilihan judul di atas maka penulis membuat identifikasi masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Pertumbuhan Koperasi terhadap Profitabilitas pada Koperasi Serba Usaha di Kecamatan Denpasar Selatan secara parsial maupun simultan?

1.3.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Pertumbuhan Koperasi terhadap Profitabilitas pada Koperasi Serba Usaha di Kecamatan Denpasar Selatan secara parsial maupun simultan

1.4.Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagi Penulis
Dengan adanya penelitian ini berharap dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang didapatkan selama kuliah dan ingin lebih mengetahui tentang pengaruh Perputaran Modal Kerja, Perputaran Kas, Perputaran Piutang, dan Pertumbuhan Koperasi terhadap Profitabilitas pada Koperasi Serba Usaha di Kecamatan Denpasar Selatan.
2.      Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Latifah Mubarokiyah
Penulis berharap semoga hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai pelengkap kepustakaan dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan menjadi kajian untuk penelitian di masa yang akan datang.
3.      Bagi Perusahaan
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan masukan agar perusahaan bisa lebih mempertahankan kelangsungan hidupnya.
4.      Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan sebagai referensi untuk perbandingan penelitian di masa yang akan datang.

1.5.Kerangka Pemikiran
Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan dapat digunakan rasio profitabilitas. Profitabilitas menurut Wiagustini (2010:76) menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba atau ukuran efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan. Terdapat beberapa jenis rasio profitabilitas salah satunya yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on assets (ROA). return on assets (ROA) adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total assets (kekayaan) yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya – biaya untuk menandai assets tersebut (Hanafi, 2008). Return on assets merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva.
Menurut Sri Yunawati dan Ade Gusweni (2013), profitabilitas keuangan perusahaan dideskripsikan dalam bentuk laporan keuangan yang dapat digunakan oleh semua pihak yang dipengaruhi oleh faktor penting untuk membuat keputusan ekonomi, yang menjadi faktor profitabilitas ini yaitu perputaran modal kerja (working capital turnover), perputaran kas (cash turnover), perputaran piutang (receivable turnover).
Perputaran modal kerja atau working capital turn over menurut Kasmir (2011:182) merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Artinya seberapa banyak modal kerja berputar selama satu periode atau dalam satu periode. Untuk menilai keefektifan modal kerja dapat digunakan ratio antara total penjualan dengan jumlah modal kerja rata-rata. Mengingat pentingnya modal kerja dalam perusahaan, manajer keuangan harus dapat merencanakan dengan baik besarnya jumlah modal kerja yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan, karena jika terjadi kelebihan atau kekurangan dana, hal ini akan mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan (Supriyadi dan Fazriani, 2011).
Perputaran kas menurut Bambang Riyanto (2011 : 95) adalah perbandingan antara penjualan dengan jumlah kas rata-rata. Semakin tinggi tingkat perputaran kas berarti semakin cepat kembalinya kas masuk pada perusahaan. Dengan demikian kas akan dapat dipergunakan kembali untuk membiayai kegiatan operasional sehingga tidak mengganggu kondisi keuangan perusahaan. Rahma (2011) menyatakan bahwa perputaran kas menunjukkan kemampuan kas dalam menghasilkan pendapatan, sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas berputar dalam satu periode tertentu. Semakin tinggi perputaran kas ini akan semakin baik, ini berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan kasnya dan keuntungan yang diperoleh akan semakin besar (Riyanto,2001).
Piutang timbul karena adanya penjualan kredit, semakin besar penjualan kredit maka semakin besar pula investasi dalam piutang dan akibatnya risiko atau biaya yang akan dikeluarkan akan semakin besar pula. Periode perputaran piutang tergantung pada panjang pendeknya ketentuan waktu yang telah disepakati. Riyanto (2001:90) menyatakan perputaran piutang menunjukkan periode terikatnya modal kerja dalam piutang dimana semakin cepat periode berputarnya menunjukkan semakin cepat perusahaan mendapatkan keuntungan dari penjualan kredit tersebut, sehingga profitabilitas perusahaan juga ikut meningkat.
Pertumbuhan perusahaan dapat menjadi indikator dari nilai perusahaan. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan perusahaan menunjukkan sinyal positif dan perkembangan yang baik dimana pertumbuhan suatu perusahaan tersebut memiliki dampak menguntungkan dan perusahaan juga mengharapkan rate of return dari investasi yang dilakukan. Pertumbuhan perusahaan menunjukkan pengaruh yang positif terhadap nilai perusahaaan, dimana semakin baik pertumbuhan perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Azlina (2009) dan Jodie (2012) yang menunjukkan bahwa modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Pernyataan ini diperkuat juga oleh penelitian Singagerda (2004), Menuh (2008) dan Nurcahyo (2009), Chary et al. (2011), Rajesh et al. (2011), Nur dan Saad (2010) yang menemukan Perputaran Modal kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas.
Rahma (2011), Putra (2012), Raheman dan Nasr (2007), Teruel dan Solano (2007) menyatakan bahwa tingkat perputaran kas berpengaruh terhadap profitabilitas.
Putra (2010), Wijaya (2012), Santoso dan Nur (2008) menyatakan bahwa tingkat perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas.
Kusumajaya (2011), dan Noerirawan dan Muid (2012) menyatakan bahwa pertumbuhan koperasi berpengaruh terhadap profitabilitas
Untuk memudahkan penganalisaan pada penelitian ini, maka diperlukan kerangka konseptual (paradigma) sebagai berikut :
Gambar 1.1
Paradigma Kerangka Pemikiran
Profitabilitas (Y)
Perputaran Modal Kerja (X1)
Perputaran Kas (X2)
Perputaran Piutang (X3)
Pertumbuhan Koperasi (X4)
 






1.6.Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ho : Perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang, pertumbuhan koperasi tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas baik secara parsial maupun simultan
H1 : Perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang, pertumbuhan koperasi berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas baik secara parsial maupun simultan

1.7.Metodologi Penelitian
1.7.1.      Metode Penelitian
Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
Menurut Nazir (2013:54) Metode deskriptif adalah metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Menurut Syofian (2013:30) Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai objek penelitian, dan variabel-variabel tersebut harus didefinisikan dalam bentuk operasionalisasi dari masing-masing variabel. Tujuan akhir yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif adalah menguji teori, membangun fakta menunjukkan hubungan dan pengaruh serta perbandingan antara variabel, memberikan deskripsi statistik, menafsir, dan meramalkan hasil.
1.7.2.      Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data Sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2012:137). Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dari Dinas Koperasi UMK dan Menengah Kota Denpasar.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode observasi non partisipan, yaitu metode pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan terhadap dokumen-dokumen, laporan-laporan yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, dimana peneliti tidak terlibat langsung dengan aktivitas pembuatan laporan tersebut. Metode ini dilakukan dengan mencatat atau mengumpulkan data-data yang tersedia di Dinas Koperasi UMK dan Menengah Kota Denpasar.
1.7.3.      Populasi dan Sampel
a.       Populasi
Sugiyono (2013:115) mendefinisikan populasi sebagai sebuah wilayah umum yang menjadi fokus penelitian, yang di dalamnya mengandung unsur objek/subjek, serta karakteristik tertentu yang telah ditetapkan peneliti. Dari definisi tersebut populasi dari penelitian ini adalah seluruh koperasi serba usaha yang ada di Kecamatan Denpasar Selatan, yaitu sejumlah 97 Koperasi.
b.      Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2013:116). Koperasi serba usaha di Kecamatan Denpasar Selatan yang menjadi sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan Purposive Sampling yang diambil berdasarkan kriteria-kriteria yang dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti. Dari 97 Koperasi serba usaha di Kecamatan Denpasar Selatan, diperoleh 24 koperasi serba usaha yang memenuhi kriteria untuk menjadi sampel penelitian ini yang kemudian dikali 3 untuk tiap tahun pengamatan sehingga terdapat 72 pengamatan.

1.7.4.      Operasionalisasi Variabel
a.       Variabel terikat atau variabel dependen
Variabel Terikat atau variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat dari variabel bebas atau independen (Sugiyono, 2012:59). Variabel terikat atau variabel dependen dalam penelitian ini adalah Profitabilitas.
b.      Variabel bebas atau variabel independen
Variabel Bebas atau variabel independen adalah suatu variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat atau defenden (Sugiyono, 2012:59). Variabel bebas atau variabel independen dalam penelitian ini adalah pengaruh perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang dan pertumbuhan koperasi.
Untuk menjelaskan operasionalisasi variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut :
Tabel 1.2
Operasionalisasi Variabel
Variabel
Definisi
Indikator
Skala
Perputaran Modal Kerja (X1)
rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu yang memiliki arti seberapa banyak modal kerja berputar selama suatu periode atau dalam suatu periode. (Kasmir, 2012)
-          Total penjualan
-          Jumlah aktiva lancar
-          Jumlah hutang lancar
Rasio
Perputaran Kas (X2)
rasio untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan (Kasmir, 2012)
-          Total penjualan
-          Jumlah modal kerja
Rasio
Perputaran Piutang (X3)
rasio untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanamkan dalam piutang ini berputar dalam satu periode. (Kasmir, 2012)
-          Total penjualan kredit
-          Jumlah rata-rata piutang
Rasio
Pertumbuhan Koperasi (X4)
menunjukkan peramalan laba dimasa yang akan datang, penilaian efisiensi dalam menjalankan koperasi, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja koperasi. (Hadinata, 2015).

-          Jumlah laba bersih bulan T
-          Jumlah laba bersih bulan T1
Rasio
Profitabilitas (Y)
Rasio untuk mengukur efisiensi aktivitas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. (Jumingan, 2006)
-          Jumlah laba setelah pajak
-          Total aktiva
Rasio
1.7.5.      Alat Analisis
a.       Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui atau memperoleh gambaran mengenai pengaruh perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang dan pertumbuhan koperasi pada koperasi serba usaha di Kecamatan Denpasar Selatan tahun 2012-2014 dengan bantuan program komputer Statistical Package for Sosial Science (SPSS) 17.0 for Windows.
Model regresi linear berganda ditunjukan untuk persamaan sebagai berikut : ..(1)
Keterangan :
X1                 = Tingkat perputaran modal kerja
X2                 = Tingkat perputaran Kas
X3                 = Tingkat perputaran Piutang
X4                     = Tingkat pertumbuhan koperasi
b.      Uji Asumsi Klasik
1)      Uji Normalitas
Menurut Diyah dkk (2013:11) tujuan melakukan uji asumsi normalitas adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Untuk perhitungannya menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Science) 17.0
2)      Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji ada atau tidaknya hubungan yang linier (multikolinieritas) antara variabel bebas (independen) satu dengan variabel bebas yang lain.
Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat hasil dari nilai tolerance di atas 0,1 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) di bawah 10 yang berarti tidak terdapat gejala multikolinearitas (Algifari, 2000:84).
3)      Uji Autokorelasi
Uji autokolerasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan penggangu pada periode t-1 (sebelumnya). Uji autokolerasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson (DW-test atau d statistic). Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokolerasi (Ghozali, 2006:61). Kriteria dari nilai Durbin Watson yang menyatakan bebas dari autokoerlasi adalah dU< D-W < 4-dU.
4)      Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui bahwa pada model regresi terjadi ketidaksamaan varian. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas digunakan model glejser, dengan syarat nilai signifikansi berada di atas 0,05 yang berarti tidak terdapat heteroskedastisitas (Ghozali, 2012:139).


c.       Uji Hipotesis
1)      Uji t
Menurut Iqbal (2004:103) Uji t merupakan uji hipotesis yang dilakukan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel independennya. Menurut Ridwan (2010:136) Langkah-langkah uji t dengan menggunakan korelasi pearson product moment (PPM) adalah sebagai berikut :
Langkah 1 : Membuat Ha dan Ho dalam bentuk kalimat
Langkah 2 : Membuat Ha dan Ho dalam bentuk statistik
Langkah 3 : Membuat tabel penolong untuk menghitung
  korelasi pearson product moment (PPM).
Langkah 4 : Mencari rhitung dengan cara masukan angka statistik
  dalam tabel penolong dengan rumus :
 (Husein Umar, 2008:166)
Langkah 5 : Mencari besarnya sumbangan (kontribusi) variabel
  X terhadap Y dengan rumus :
KP =   × 100%………Iqbal Hasan (2010:63)
Langkah 6 : Menguji signifikansi dengan rumus thitung
Langkah 7 : Menentukan Kriteria Pengujian
Pengujian dilakukan dengan menggunakan signifikan level 0,05 (α=5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria :
a.       Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
b.      Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan ). Ini berarti secara parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Langkah 8 : Membuat kesimpulan
2)      Uji F
Menurut Ridwan (2010:139) Pengujian secara simultan adalah untuk mengetahui apakah secara serentak variabel-variabel bebas (Xi) mempunyai pengaruh atau tidak terhadap variabel terikat (Y). Menurut Ridwan (2010:142) Langkah-langkah uji F dengan menggunakan korelasi ganda adalah sebagai berikut :
Langkah 1 : Membuat Ha dan Ho dalam bentuk kalimat
Langkah 2 : Membuat Ha dan Ho dalam bentuk statistik
Langkah 3 : Membuat tabel penolong untuk menghitung korelasi
  ganda
Langkah 4 : Mencari rhitung dengan cara masukan angka statistik
dalam tabel penolong dengan rumus :
 (Husein Umar, 2008:166)
Langkah 5 : Mencari nilai korelasi antara variabel dan korelasi
        ganda dengan rumus :
Langkah 6 : Menguji signifikansi dengan rumus Fhitung
Langkah 7 : Menentukan Kriteria Pengujian
Pengujian dilakukan dengan menggunakan signifikan level 0,05 (α=5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria :
a.       Jika nilai Sig. < 0,05 maka variabel bebas (X) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y).
b.      Jika nilai Sig. > 0,05 maka variabel bebas (X) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y).
Langkah 8 : Membuat kesimpulan

1.8.Tempat dan Waktu Penelitian
1.      Tempat Penelitian
Lokasi dari penelitian ini adalah koperasi serba usaha yang ada di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar yang merupakan lembaga keuangan yang memegang peranan penting dalam membantu taraf hidup anggota dan masyarakat.
2.      Waktu Penelitian
Objek penelitian ini adalah profitabilitas pada koperasi serba usaha di Kecamatan Denpasar Selatan selama periode 2012-2014.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Rasio Keuangan
Syahyunan (2004:81) menyatakan bahwa analisis rasio keuangan merupakan analisis yang paling populer untuk mengidentifikasi kondisi keuangan dan kinerja keuangan. Rasio yang biasa digunakan perusahaan dan dipakai dalam penelitian ini adalah:
1)      Rasio Likuiditas
Menurut Van Horne dan Wachowicz (2006:205), likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber daya jangka pendek (aktiva lancar) yang tersedia untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tersebut. Van Horne dan Wachowic (2006:313) menyebutkan adanya indikasi, semakin besar likuiditas perusahaan semakin kuat keseluruhan kondisi keuangan dan semakin besar laba perusahaan berarti semakin tinggi tingkat risiko pendanaan yang digunakan yaitu pendanaan hutang semakin menarik dengan adanya perbaikan dalam likuiditas. Rasio likuiditas yang biasa digunakan perusahaan dan dipakai dalam penelitian ini adalah:
a)      Rasio Perputaran Kas
b)      Pertumbuhan Laba
2)      Rasio Aktivitas
Martono dan Harjito (2001:56-58), menyatakan rasio aktivitas mengukur sejauh mana efektivitas manajemen perusahaan mengelola aset-asetnya. Artinya dalam hal ini adalah mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola aktiva lainnya dan kebijakan pemasaran. Jumlah aktiva yang besar, yang dimiliki oleh perusahaan merupakan kekuatan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Perusahaan yang memiliki aktiva dengan jumlah besar belum tentu dapat menciptakan profitabilitas yang sudah direncanakan, atau dengan kata lain bahwa perusahaan tersebut belum tentu dapat menghasilkan laba yang maksimum. Kemampuan dalam menghasilkan laba yang maksimum baru terwujud, apabila seluruh dana yang ada dalam perusahaan dioperasikan secara efektif. Dengan demikian maka keefektifan dapat diketahui setelah melihat persentase perputaran seluruh aktiva yang ada. Rasio aktivitas yang biasa digunakan perusahaan dan yang dipakai dalam penelitian ini :
a)      Perputaran Modal Kerja
b)      Perputaran Piutang
3)      Rasio Profitabilitas
Dari rasio profitabilitas dapat diketahui bagaimana tingkat profitabilitas perusahaan. Setiap perusahaan menginginkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Untuk dapat melangsungkan hidupnya, perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan. Apabila perusahaan berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan, maka akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman dari kreditor maupun investasi dari pihak luar.

2.2.Perputaran Modal Kerja
2.2.1.      Pengertian Modal Kerja
Mengingat pentinganya modal kerja di dalam perusahaan, manajer keuangan harus dapat merencanakan dengan baik besarnya jumlah modal kerja yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan, karena jika terjadi kelebihan atau kekurangan dana hal ini akan mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan.
Menurut Putra (2012) Modal kerja adalah sebagai berikut :  “Modal kerja adalah investasi perusahaan jangka pendek seperti kas, surat berharga, piutang dan inventori atau seluruh aktiva lancar.”
Menurut Lukman dan Dira (2009) Modal kerja adalah sebagai berikut : “Modal kerja sangat dibutuhkan dalam menjalankan kegiatan suatu kelancaran kegiatan operasi perusahaan, sehingga perusahaan dapat berjakan dengan baik secara berkesinambungan.”
Khasmir (2011: 250) menjelaskan bahwa modal kerja adalah sebagai berikut : “Modal kerja adalah modal yang digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan.”
Perputaran modal kerja dirumuskan sebagai berikut :
Sumber : Riyanto, 2001
2.2.2.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja
Menurut Drs. S.Munawir dalam bukunya Analisa Laporan Keuangan (2004:117) modal kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1.      Sifat atau tipe perusahaan
Modal kerja suatu perusahaan dagang relatif lebih rendah bila di bandingkan dengan kebutuhan modal kerja perusahaan industri, karena tidak memerlukan investasi yang besar dalam kas, piutang maupun persediaan. Kebutuhan uang tunai pada perusahaan dagang untuk membelanjai operasi dapat dipenuhi dari penghasilan atau penerimaan saat itu juga.
2.      Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga per satuan barang tersebut.
Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual maupun bahan baku yang akan diproduksi sampai barang itu dijual. Semakin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang tersebut semakin besar pula modal kerja yang dibutuhkan. Disamping itu pula harga pokok per satuan barang itu juga mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan. Semakin besar harga pokok per satuan barang yang akan dijual semakin besar pula kebutuhan modal kerja.


3.      Syarat Pembelian Bahan Baku
Syarat pembelian bahan baku yang akan digunakan untuk memproduksi barang atau barang dagangan sangat mempengaruhi jumlah modal kerja yang dibutuhkan untuk perusahaan yang bersangkutan. Jika syarat yang diterima pada waktu pembelian menguntungkan, makin sedikit dana yang diinvestasikan dalam persediaan bahan baku atau barang dagangan. Sebaliknya bila pembayaran atas bahan atau barang yang akan dibeli tersebut harus dilakukan dalam jangka waktu pendek maka uang kas diperlukan untuk membiayai semakin besar pula.
4.      Syarat Penjualan
Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besarnaya jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang. Untuk memperendah jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang dan untuk memperkecil resiko adanaya piutang yang akan tertagih sebaiknya perusahaan memberikan potongan tunai kepada para pembeli, karena dengan demikian pembeli akan tertarik untuk segera membayar utangnya dalam periode tersebut.
5.      Tingkat Perputaran Persediaan (inventory turnover).
Menunjukkan berapa kali persediaan tersebut diganti. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka jumlah modal kerja yang di investasikan dalam persediaan semakin rendah. Untuk dapat mencari tingkat perputaran persediaan yang tinggi maka harus diadakan perencanaan dan pengendalian persediaan secara teratur dan efisien. Semakin cepat atau semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan memperkecil resiko terhadap kerugian yang di sebabkan penurunan mutu atau karena perubahan selera konsumen, disamping menghemat ongkos menyimpan dan pemeliharaan terhadap persediaan barang tersebut.

2.2.3.      Indikator Modal Kerja
Drs. S. Munawir dalam bukunya Analisa Laporan Keuangan (2004:120) pada umumnya sumber modal kerja perusahaan dapat berasal dari :
1.      Hasil operasi perusahaan
Merupakan jumlah net income yang nampak dalam perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi amortisasi dikurangi dengan bagian laba yang diambil atau hak pemilik, jumlah ini menunjukan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan. Jadi jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat dihitung dengan menganalisis laporan perhitungan rugi laba perusahaan tersebut. Dengan adanya keuntungan atau laba perusahaan dan apabila laba tidak diambil oleh pemilik perusahaan tersebut akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan.
2.      Keuntungan dari penjualan marketable securities (investasi jangka pendek)
Surat berharga yang dimilki perusahaan untuk jangka pendek (marketable securities atau efek) adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan dapat menimbulkan keuntungan bagi perusahaan, dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber untuk bertambahnya modal kerja, sebaliknya apabila dalam penjualan tersebut terjadi kerugian maka akan menyebabkan berkurangnya modal kerja. Dalam menganalisis sumber-sumber modal kerja yang berasal dari penjualan surat-surat berharga harus dipisahkan dengan modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan.

3.      Penjualan aktiva tetap dan aktiva tidak lancar lainnya.
Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja. Apabila dari hasil penjualan aktiva tetap atau aktiva tidak lancar lainnya tidak segera digunakan untuk mengganti aktiva yang bersangkutan, akan menyebabkan keadaan aktiva lancar sedemikian besarnya sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan (adanya modal kerja yang berlebihan).
4.      Penjualan Saham atau Obligasi.
Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan perusahaan yang telah menjadi emiten dari bursa efek dapat pula mengadakan emisi saham yang baru atau meminta kepada para pemilik untuk menambah modalnya, disamping itu perusahaan juga dapat mengeluarkan obligasi atau utang jangka panjang lainnya untuk memenuhi kebutuhan modal kerjanya. Emisi obligasi ini mempunyai konsekuensi bahwa perusahaan harus membayar bunga tetap, oleh karena itu dalam mengeluarkan obligasi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.

2.3.Perputaran Kas
2.3.1.      Pengertian Perputaran Kas
Rasio perputaran kas (Cash Turn Over) berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan.
Menuh (2008) menyatakan bahwa : “Perputaran kas merupakan periode berputarnya kas yang dimulai pada saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas-kas sebagai unsur modal kerja yang paling tinggi likuiditasnya.”
Menurut Bambang Riyanto (2001 : 95) menjelaskan bahwa perputaran kas sebagai berikut : “Perputaran kas merupakan periode berputarnya kas dimulai pada saat dimana kas itu diinvestasikan dalam modal kerja yang tingkat likuiditasnya paling tinggi. Ini berarti semakin besar jumlah kas yang dimiliki perusahaan berarti besar kemungkinan akan semakin rendah perputarannya perputaran kas dapat dihitung dengan membandingkan antara penjualan dengan jumlah kas rata-rata.”
Perhitungan untuk perputaran kas, yaitu:
Sumber : Riyanto, 2001
2.3.2.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perputaran Kas
Faktor – faktor yang mempengaruhi perputaran kas bisa melalui penerimaan dan pengeluaran kas.  Menurut Bambang Riyanto (2011 : 346) bahwa: Perubahan yang efeknya menambah dan mengurangi kas dan dikatakan sebagai sumber-sumber penerimaan dan pengeluaran kas adalah sebagai berikut:
1.      Berkurang dan bertambahnya aktiva lancar selain kas
Berkurangnya aktiva lancar selain kas berarti bertambahnya dana atau kas, hal ini dapat terjadi karena terjualnya barang tersebut, dan hasil penjualan tersebut merupakan sumber dana atau kas bagi perusahaan itu. Bertambahnya aktiva lancar dapat terjadi karena pembelian barang, dan pembelian barang membutuhkan dana.
2.      Berkurang dan bertambahnya aktiva tetap
Berkurangnya aktiva tetap berarti bahwa sebagian dari aktiva tetap itu dijual dan hasil penjualannya merupakan sumber dana dan menambah kas perusahaan. Bertambahnya aktiva tetap dapat terjadi karena adanya pembelian aktiva tetap dengan menggunakan kas. Penggunaan kas tersebut mengurangi jumlah kas perusahaan.
3.      Bertambah dan berkurangnya setiap jenis hutang
Bertambahnya hutang, baik hutang lancar maupun hutang jangka panjang berarti adanya tambahan kas yang diterima oleh perusahaan. Berkurangnya hutang, baik hutang lancar maupun hutang jangka panjang dapat terjadi karena perusahaan telah melunasi atau mengangsur hutangnya dengan menggunakan kas sehingga mengurangi jumlah kas.
4.      Bertambahnya modal
Bertambahnya modal dapat menambah kas misalnya disebabkan karena adanya emisi saham baru, dan hasil penjualan saham baru. Berkurangnya modal dengan menggunakan kas dapat terjadi karena pemilik perusahaan mengambil kembali atau mengurangi modal yang tertanam dalam perusahaan sehingga jumlah kas berkurang.
5.      Adanya keuntungan dan kerugian dari operasi perusahaan
Apabila perusahaan mendapatkan keuntungan dari operasinya berarti terjadi penambahan kas bagi perusahaan yang bersangkutan sehingga penerimaan kas perusahaan pun bertambah. Timbulnya kerugian selama periode tertentu dapat menyebabkan ketersediaan kas berkurang karena perusahaan memerlukan kas untuk menutup kerugian. Dengan kata lain, pengeluaran kas bertambah sehingga ketersediaan kas menjadi berkurang.

2.4.Perputaran Piutang
2.4.1.      Pengertian Perputaran Piutang
Perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan lamanya waktu untuk mengubah piutang menjadi kas (Bambang riyanto, 2008:90). Putaran piutang dihitung dengan membagi penjualan kredit bersih dengan saldo rata–rata piutang. Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan erat dengan volume penjualan kredit. Perputaran piutang dihitung dengan rumus :
Sumber : Bambang Riyanto 2008;90
Piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar, artinya piutang akan tertagih pada saat tertentu dan akan timbul lagi akibat penjualan begitu seterusnya. Periode perputaran piutang tergantung pada panjang pendeknya ketentuan waktu yang dipersyaratkan dalam syarat pembayaran kredit. Disisi lain, syarat pembayaran kredit juga akan mempengaruhi tingkat perputaran piutang di mana tingkat perputaran piutang menggambarkan berapa kali modal yang tertanam dalam piutang berputar dalam satu tahun. Semakin cepat perputaran piutang menandakan bahwa modal dapat digunakan secara efisien. Perputaran piutang juga dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Sumber : Syamsuddin 2004:49
2.4.2.      Klasifikasi Piutang
Banyak perusahan menjual secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau jasa. Dengan adanya penjualan kredit maka akan timbul piutang. Menurut Michell Suharli (2006:202) piutang dapat diklasifikasikan menjadi:
1.      Piutang Dagang (trade receivable), yaitu jumlah piutang dari pelanggan yang terjadi karena transaksi penjualan barang dan jasa.
2.      Piutang Lain (other receivable), yaitu meliputi piutang yang berasal bukan dari perdagangan.
3.      Piutang Wesel (notes receivable), yaitu surat pernyataan berhutang atau janji pelunasan secara tertulis.  
Selanjutnya ketiga jenis receivable tersebut dikelompokan lagi menjadi piutang afiliasi atau tidak afiliasi. Piutang afiliasi artinya piutang dari perorangan atau organisasi yang memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan. Sedangkan piutang tak terafiliasi artinya piutang dari perorangan atau entitas bisnis yang bukan pihak yang memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan, yang kita sebut pihak ketiga. Menurut IAI melalui PSAK No. 7 yang disebut pihak yang memiliki hubungan istimewa adalah:
1.      Perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara (intermediaries), mengendalikan atau dikendalikan oleh atau berada dibawah pengendalian bersama dengan perusahaan pelapor.
2.      Perusahaan asosiasi (assiciatied company)
3.      Perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan hak suara di perusahaan pelapor yang berpengaruh secara signifikan dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut (yang dimaksud anggota keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan mempengarui atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan perusahaan pelapor)
4.      Karyawan kunci yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan perusahaan pelapor yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi dan manajer dari perusahaan serta anggota keluarga dekat orang-orang tersebut.
5.      Perusahaan, bilamana suatu kepentingan substansial dalam suara dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap yang diuraikan dalam penjelasan butir (3) atau butir (4), atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup perusahaanperusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang sama dengan perusahaan pelapor.”

2.5.Pertumbuhan Koperasi
2.5.1.      Pengertian Pertumbuhan Laba
Laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Menurut Harahap (2005:263) laba merupakan angka yang penting dalam laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain : laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan. Pertumbuhan koperasi dirumuskan :
Sumber : Warsidi dan Pramuka, 2000
2.5.2.      Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba
Menurut Angkoso (2006) menyebutkan bahwa pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1)      Besarnya perusahaan. Semakin besar suatu perusahaan, maka ketepatan pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi.
2)      Umur perusahaan. Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam menginginkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah.
3)      Tingkat leverage. Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka manajer cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi ketepatan pertumbuhan laba.
4)      Tingkat penjualan. Tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi, semakin tinggi penjualan di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan laba semakin tinggi.
5)      Perubahan laba masa lalu. Semakin besar perubahan laba masa lalu, semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa mendatang.
2.6.Profitabilitas
2.6.1.      Pengertian Profitabilitas
Bagi perusahaan masalah profitabilitas sangat penting. Bagi pimpinan perusahaan, profitabilitas digunakan sebagai tolak ukur berhasil atau tidaknya perusahaan yang dipimpinnya, sedangkan bagi karyawan perusahaan semakin tinggi profitabilitas yang diperoleh oleh perusahaan, maka ada peluang untuk meningkatkan gaji karyawan. Menurut Raharjaputra (2009:195) menjelaskan bahwa Profitabilitas adalah “kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan dimana hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri.” Wiagustini (2010:76) menjelaskan sebagai berikut : “Profitabilitas adalah menunjkan kemampuan perusahaan memperoleh laba atau ukuran efeftivitas pengelolaan manajemen perusahaan.” Menurut Sartono (2010:122) Profitabilitas adalah sebagai berikut: “Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri.”
2.6.2.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas
Profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Return On Assets (ROA) termasuk salah satu rasio profitabilitas. Menurut kutipan dari Brigham dan Houston (2001:89), rasio profitabilitas (profitability ratio) menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang terhadap hasil operasi.
1.      Rasio Likuiditas.
2.      Rasio Manajemen aktiva
3.      Rasio Manajemen Utang
2.6.3.      Indikator Profitabilitas
1.      Return on Asset (ROA) menggambarkan profitabilitas dari segi aset yang dimiliki bank. Apabila Return On Asset (ROA) meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan, 1998). Tujuan perhitungan rasio ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh asset yang digunakan dapat menghasilkan laba. Dengan demikian rasio ini untuk mengetahui keseluruhan hasil sebelum beban bunga utang dibandingkan dengan seluruh asset.
2.      Return On Sales. Return On Sales terdiri dari :
a.       Gross Margin
Rasio ini mengukur tingkat profitabilitas produk sebelum di bebankan oleh biaya-biaya yang lain. Sudah seharusnya rasio ini menghasilkan angka positif. Apabila perusahaan pada laba kotor saja sudah negatif, lalu dari mana lagi perusahaan membayar beban-beban lainya ? Laba kotor merupakan indikator awal mengenai pencapaian laba perusahaan. Jarang sekali perusahaan gagal pada tingkat laba kotor.
b.      Operating Margin
Laba usaha (operating profit,operating income) merupakan indikator perusahaan dalam mencapai laba dari bisnis utama. Laba usaha belu dipotong dengan beban keuangan (interest/bunga). Jadi laba usaha menunjukan tingkat laba tanpa di pengaruhi oleh :
·         Struktur modal, apakah lebih banyak utang atau modal sebagai sumber dana
·         Keputusan investasi disurat berharga (marketable securities). Atau laba dari afiliasi (income from affiliate)
·         Pajak
c.       Profit Margin
Profit margin atau net profit margin (laba bersih) mengukur kemampuan perusahaan dalam rangka memberikan return kepada pemegang saham.

3.      Return On Equity
Bagi pemilik modal rasio ini lebih penting ketimbang rasio laba bersih terhadap penjualan, untuk mengetahui sampai seberapa jauh hasil yang diperoleh dari penanaman modalnya. Karena, yang dibandingkan adalah laba bersih dengan modal sendiri. Pengertian modal sendiri adalah semua modal yang tertanam diperusahaan, termasuk didalamnya adalah saldo laba (laba ditahan). Dengan rasio tersebut pemilik dapat membandingkan antara di perusahaan satu dengan perusahaan lainnya.
Salah satu ukuran rasio profitabilitas yang dipergunakan penulis sehubungan dengan masalah dalam penelitian ini adalah return on asset. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
Sumber : Helfert, 1997:83

2.7.Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Pertumbuhan Koperasi terhadap Profitabilitas
Pengelolaan modal kerja yang efektif dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan, modal kerja dan aktiva perusahaan sangat berperan dalam kinerja perusahaan, sehingga dibutuhkan pemikiran yang sangat matang dalam memutuskan untuk terjun dalam berinvestasi dalam modal kerja perusahaan. Menurut Indiriyo dan Basri (2002;38-39), ada dua pendapat yang menyatakan pengaruh modal kerja terhadap laba perusahaan:
1.      Pendapat yang pertama, mengatakan bahwa modal kerja yang berlebihan dapat mengurangi risiko, tetapi juga mengurangi laba/hasil. Pendapat ini didasarkan pada pengertian bahwa dengan kelebihan modal kerja akan memerlukan biaya untuk menyimpan/perawatan. Dengan demikian akan menurunkan laba/hasil
2.      Pendapat yang kedua, mengatakan bahwa modal kerja yang berlebihan dari cukup akan mengurangi resiko dan menaikkan laba/hasil. Pendapat ini didasarkan atas pandangan bahwa dengan cukup tersedianya modal kerja maka kegiatan dapat diarahkan pada pencarian hasil yang lebih tinggi dengan ekspansi/perluasan usaha.
Menurut Riyanto (2011) yang menyatakan bahwa kas adalah salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Semakin besar jumlah kas yang ada di dalam perusahaan berarti semakin tinggi tingkat likuiditasnya. Ini berarti bahwa perusahaan mempunyai resiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Hal ini tidak berarti bahwa perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan persediaan kas yang sangat besar, karena semakin besarnya kas berarti semakin banyak uang yang menganggur sehingga akan memperkecil profitabilitas. Perputaran kas merupakan periode berputarnya kas dimulai pada saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja. Semakin tinggi perputaran kas akan semakin baik, karena ini berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan kasnya dan keuntungan yang diperoleh akan semakin besar (Riyanto, 2011).
Menurut Riyanto (2001) menyatakan bahwa semakin lunak atau semakin lama syarat pembayarannya, berarti semakin lama modal terikat pada piutang, yang berarti bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah semakin rendah. Sedangkan menurut Munawir (2010) menyatakan bahwa makin tinggi ratio perputaran piutang menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya jika ratio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit.
Pertumbuhan perusahaan dapat menjadi indikator dari nilai perusahaan. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan perusahaan menunjukkan sinyal positif dan perkembangan yang baik dimana pertumbuhan suatu perusahaan tersebut memiliki dampak menguntungkan dan perusahaan juga mengharapkan rate of return dari investasi yang dilakukan. Hal ini berarti pertumbuhan perusahaan menunjukkan pengaruh yang positif terhadap nilai perusahaaan, dimana semakin baik pertumbuhan perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan.
 

BAB III
TINJAUAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata latin yaitu Cum yang berarti dengan, dan Aperari yang berarti bekerja. Dari dua kata ini, dalam bahasa Inggris dikenal istilah Co dan Operation, yang dalam bahasa Belanda disebut dengan istilah Cooperatieve Vereneging yang berarti bekerja bersama–sama dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Kata Co Operation kemudian diangkat menjadi istilah ekonomi sebagai Kooperasi yang dibakukan menjadi suatu bahasa ekonomi yang dikenal dengan istilah Koperasi, yang berarti organisasi ekonomi dengan keanggotaan yang sifatnya sukarela.
Sektor Koperasi dan UKM merupakan salah satu sektor yang mampu menunjukkan kekokohannya dengan tetap menyerap jutaan lapangan pekerjaan ditengah krisis global yang menimpa dunia. Pembentukan koperasi pada tujuannya mensejahterahkan anggotanya, dengan memberikan kemudahan bagi anggota seperti untuk menyimpan dana dan meminjamnya kembali kepada anggotanya dengan jumlah bunga dan waktu yang telah disepakati (Sumita, 2016). Koperasi dianggap oleh pemerintah sebagai alat untuk perkembangan ekonomi negara khususnya dalam membantu untuk mengurangi kemiskinan di pedesaan dan perkotaan, serta memecahkan distribusi pendapatan yang tidak merata dan mampu menjembatani disparitas pendapatan antara pedesaan dan perkotaan (Azmah et al, 2012).
Koperasi mampu bersaing dengan kekuatan ekonomi lainnya, jika saja koperasi bisa mengimplementasikan jati dirinya dan mampu menumbuhkan rasa percaya masayarakat terhadap keberadaan koperasi itu sendiri. Pemerintah Indonesia saat ini juga sedang gencar membahas tentang ekonomi kerakyatan dan ekonomi kerakyatan tersebut erat kaitannya dengan koperasi, namun pentingnya peranan koperasi ternyata belum disadari oleh masyarakat. Menurut Sugiharsono (2009), banyak masyarakat yang tidak ingin membicarakan perihal koperasi apalagi mengangkatnya dalam mengatasi permasalahan ekonomi. Hal ini terbukti dengan kondisi koperasi di Kota Denpasar yang justru sangat memprihatinkan.
Menurut Sumartana (2015), awal tahun ini ada 10 koperasi di daerah Denpasar yang dicabut badan hukumnya karena sudah tidak aktif lagi. Berbagai langkah telah diupayakan untuk menyelamatkan koperasi-koperasi tersebut seperti memberi himbauan agar usaha koperasi yang jumlah anggotanya stagnan tersebut bergabung dengan koperasi lain, namun usaha ini tidak membuahkan hasil. Peristiwa ini membuat jera Kepala Dinas Koperasi dan UKM Denpasar sehingga beliau akan semakin memperketat pengeluaran izin pendirian koperasi dan lebih berfokus pada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) baik pengurus maupun pengelola koperasi yang telah ada. Dinas Koperasi dan UKM Kota Denpasar juga mencatat pada tahun 2013 ada 103 unit dari 939 koperasi atau sekitar 10 persen dari total keseluruhan koperasi yang masih tergolong tidak aktif.
Menurut Denpost (2015) berdasarkan data di Dinas Koperasi dan UKM Kota Denpasar, baru 60 persen atau sekitar 630 dari 1056 koperasi di Kota Denpasar yang melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT), padahal RAT ini sangat penting sebagai laporan dalam pertanggungjawaban pengurus kepada anggotanya. Anggota harus mengetahui sejauh mana pengurus telah melaksanakan apa yang dimandatkan oleh anggotanya. Selain faktor permodalan, manajemen, dan minimnya partisipasi anggota, pengelolaan yang tidak baik merupakan salah satu penyebab dari kasus-kasus yang terjadi.
Ditengah maraknya kasus-kasus yang terjadi di Denpasar, pemerintah Kota Denpasar kini kian gencar mengembangkan sektor koperasi dan memberikan perhatian serius kepada dunia perkoperasian yang terbukti dari koperasi primer di Kota Denpasar mendapatkan peringkat kedua terbanyak setelah Gianyar.
Pengawasan dan perencanaan yang baik akan membantu dalam pengelolaan koperasi, sama hal nya dengan koperasi serba usaha. Koperasi ini bergerak mulai dari usaha simpan pinjam, jasa, dan berbagai jenis usaha lainnya maka disebut dengan Koperasi Serba Usaha. Seperti kegiatan usaha lain, koperasi serba usaha tidak lepas dari persaingan badan usaha lain. Untuk tetap dapat bersaing, koperasi serba usaha dituntut menjalankan usahanya secara selektif dan efektif, oleh karena itu maka diperlukan kualitas sumber daya manusia yang memadai untuk mengatur usaha koperasi, sehingga keberhasilan koperasi dapat tercapai.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kota Denpasar menyatakan, bahwa pihaknya sudah mendata ada 81 koperasi dari 1.090 yang ada di Kota Denpasar yang tidak jelas alamat dan kepengurusannya, hal ini disebabkan tidak adanya pertanggung jawaban dari pihak pengurus koperasi yang tidak melaporkan status koperasinya kepada pihak dinas, baik itu status koperasinya aktif atau tidak, status kepengurusan, maupun pindah alamat. (koperasi.denpasarkota.go.id). Pengawas dan pengurus koperasi berperan penting dalam mengawasi kebijakan dan pengelolaan koperasi, untuk menghindari penyimpangan, pengawas dan pengurus dituntut untuk memiliki sikap yang professional dan mempunyai pengalaman kerja dibidangnya. Oleh karena itu, kemampuan pengelolaan koperasi di Kota Denpasar perlu ditingkatkan bersamaan dengan peningkatan kinerja pengurus dan pengawas koperasi.
Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk menyelamatkan koperasi yang bermasalah seperti memberi himbauan maupun penyuluhan, selain itu pemerintah juga berfokus pada permodalan, pemasaran, dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) baik itu dari organisasi koperasinya, pengelola dan pengurus koperasi yang ada (Ayu Rani, 2015).
Tabel 3.1 Perkembangan Jumlah Koperasi Serba Usaha (KSU)
per Kecamatan di Kota Denpasar Tahun 2011-2015
Kecamatan
2011
(usaha)
2012 (usaha)
2013
(usaha)
2014 (usaha)
2015 (usaha)
Denpasar Timur
11
20
20
22
24
Denpasar Selatan
18
24
24
27
29
Denpasar Barat
11
15
15
18
20
Denpasar Utara
9
15
15
16
19
Total
49
74
74
83
92
Sumber: Dinas Koperasi dan UKM Kota Denpasar, 2016
Data pada Tabel 3.1 menunjukan jumlah koperasi serba usaha (KSU) per kecamatan di Kota Denpasar pada tahun 2013 tidak ada pertambahan unit usaha koperasi di Tahun tersebut, karena berdasarkan peraturan UU no. 17 Tahun 2012 diterangkan “bahwa badan usaha koperasi dibatasi dengan satu jenis kegiatan usaha tertentu”(Bisnis.com, 2012). Artinya koperasi serba usaha yang terdiri dari berbagai jenis usaha seperti usaha simpan pinjam, barang, dan jasa harus dipilah dan memiliki izin berdiri sendiri begitu juga dengan jenis koperasi lainnya. Oleh karena itu, izin pendirian koperasi serba usaha (KSU) tidak ada dan diarahkan menjadi koperasi simpan pinjam (KSP), koperasi produksi (KP), koperasi konsumen (KK) dan koperasi jasa (KJ).
Berdasarkan Tabel 3.1 menunjukan bahwa Kecamatan Denpasar Selatan memiliki unit usaha koperasi terbanyak 29 unit koperasi serba usaha (KSU), sedangkan yang terendah ada pada Kecamatan Denpasar Utara dengan jumlah 19 unit usaha koperasi. Adapun jumlah Koperasi Serba Usaha (KSU) per Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2012 ditunjukkan seperti pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Jumlah Koperasi Serba Usaha (KSU) per Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2013
Kabupaten/Kota
Tingkat Koperasi
Jumlah KSU
Jembrana
Primer
59
Tabanan
Primer
164
Badung
Primer
312
Gianyar
Primer
831
Klungkung
Primer
312
Bangli
Primer
110
Karangasem
Primer
55
Buleleng
Primer
165
Denpasar
Primer
353
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2014
Berdasarkan Tabel 3.2 dapat dilihat bahwa koperasi Serba Usaha di Kota Denpasar ada sebanyak 353 unit. Menurut Kepala Dinas Koperasi Kota Denpasar, mengingat banyaknya koperasi yang bangkrut maupun tidak aktif maka saat ini Denpasar sedang fokus untuk menjadi kota koperasi dengan memberikan perhatian serius pada pengembangan koperasi. Upaya ini dilakukan dengan meningkatkan kualitas SDM, manajemen, pemasaran, dan teknologi informasi agar peluang Denpasar untuk menjadi kota koperasi semakin terbuka.
Adapun jumlah Koperasi Serba Usaha (KSU) per Kecamatan di Kota Denpasar ditunjukkan seperti pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Koperasi Serba Usaha (KSU) per Kecamatan
di Kota Denpasar Tahun 2013
No
Kecamatan
Jumlah KSU
Jumlah Anggota
1
Denpasar Barat
80
8.250
2
Denpasar Utara
72
26.814
3
Denpasar Timur
108
55.692
4
Denpasar Selatan
93
74.256
Total
353
165.012
Sumber: Dinas Koperasi dan UKM Kota Denpasar, 2013
Berdasarkan Tabel 3.3 dapat dilihat bahwa Kecamatan Denpasar Selatan memiliki jumlah anggota terbanyak yaitu 74.256 orang dengan jumlah koperasi sebanyak 93 unit. Kecamatan Denpasar Timur memiliki jumlah koperasi serba usahanya terbanyak tetapi ternyata jumlah anggotanya justru lebih sedikit dibandingkan dengan Kecamatan Denpasar Selatan. Ini berarti masyarakat di Kecamatan Denpasar Selatan memiliki antusias yang tinggi untuk bergabung dalam koperasi dan diharapkan pula agar memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dalam koperasi.


BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam deskripsi penelitian ini akan diuraikan data-data yang telah dikumpulkan terkait variabel-variabel yang menjadi fokus dalam penelitian ini meliputi perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang, pertumbuhan koperasi dan profitabilitas koperasi serba usaha di Kecamatan Denpasar Selatan periode 2012-2014.
Data diperoleh dari sampel yang ditentukan dengan metode purposive sampling. Dari 97 koperasi serba usaha di Kecamatan Denpasar Selatan diperoleh 24 koperasi yang memenuhi semua kriteria yang telah ditetapkan dan akan dikalikan 3 untuk tiap tahun pengamatan sehingga terdapat 72 pengamatan yang akan dianalisis.
Tabel 4.1
Analisis Deskriptif
                                        
N
Min
Max
Mean
Std. Deviation

Perputaran Modal Kerja
72
.019
1.989
.80136
.484637

Perputaran Kas
72
.010
.789
.22406
.130580

Perputaran Piutang
72
.028
1.580
.93963
.293389

Pertumbuhan Koperasi
72
.030
9.559
.57499
1.217102

Profitabilitas
72
.002
.097
.02928
.021282
Valid N (listwise)
72




Sumber: data sekunder diolah, (2015)
Berdasarkan tabel 4.1 tersebut dapat diketahui bahwa nilai rata-rata perputaran modal kerja yaitu 0,80136 dengan nilai yang positif, hal ini ditandai dengan nilai maksimum sebesar 1,989 dan minimum sebesar 0,019 serta nilai standar deviasi 0,484637 lebih kecil dari rata-rata perputaran modal kerja menunjukkan bahwa tidak adanya perputaran modal kerja yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah selama periode pengamatan. Nilai rata-rata perputaran kas yaitu 0,22406 dengan nilai yang positif, hal ini ditandai dengan nilai maksimum sebesar 0,789 dan minimum sebesar 0,010 serta nilai standar deviasi 0,130580 lebih kecil dari rata-rata perputaran kas menunjukkan bahwa tidak terjadi fluktuasi perputaran kas selama periode pengamatan. Nilai rata-rata perputaran piutang yaitu 0,93963 dengan nilai yang positif, hal ini ditandai dengan nilai maksimum sebesar 1,580 dan minimum sebesar 0,028 serta nilai standar deviasi 0,293389 lebih kecil dari rata-rata perputaran piutang menunjukkan bahwa tidak terjadi fluktuasi perputaran piutang selama periode pengamatan. Nilai rata-rata pertumbuhan koperasi yaitu 0,57499 dengan nilai yang positif, hal ini ditandai dengan nilai maksimum sebesar 9,559 dan minimum sebesar 0,030 serta nilai standar deviasi 1,217102 lebih besar dari rata-rata pertumbuhan koperasi menunjukkan bahwa terjadi fluktuasi pertumbuhan koperasi selama periode pengamatan. Nilai rata-rata profitabilitas yaitu 0,02928 dengan nilai yang positif, hal ini ditandai dengan nilai maksimum sebesar 0,097 dan minimum sebesar 0,002 serta nilai standar deviasi 0,021282 lebih kecil dari rata-rata profitabilitas menunjukkan bahwa tidak terjadi fluktuasi profitabilitas selama periode pengamatan. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel residual mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal.
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas


Unstandardized


Residual
N

72
Normal Parametersa,,b
Mean
.0000000

Std. Deviation
.01513081
Most Extreme Differences
Absolute
.055

Positive
.055

Negative
-.048
Kolmogorov-Smirnov Z

.468
Asymp. Sig. (2-tailed)

.981
Sumber: data sekunder diolah, (2015)

Dapat dilihat dengan cara membandingkan antara tingkat signifikansi yang didapat dengan tingkat alpha yang digunakan, dimana data tersebut dikatakan berdistribusi normal bila nilai Asymp.sig > alpha, yang dapat dilihat dari Kolmogorov-Smirnov test (Ghozali, 2012:141). Tabel 4.2 Menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig sebesar 0,981 > α = 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi dengan normal.
Uji multikolinieritas dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji ada atau tidaknya hubungan yang linier (multikolinearitas) antara variabel bebas (independen) satu dengan variabel bebas yang lain. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat hasil dari nilai tolerance di atas 0,1 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) di bawah 10 yang berarti tidak terdapat gejala multikolinearitas (Algifari, 2000:84).
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas
No
Variabel
Nilai Tolerance
Nilai VIF
1.
Perputaran modal kerja
0,847
1,181
2.
Perputaran kas
0,873
1,146
3.
Perputaran piutang
0,863
1,158
4.
Pertumbuhan koperasi
0,863
1,159
Sumber : data sekunder diolah, (2015)
Hasil uji multikolinearitas pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai tolerance variabel bebas berada di atas 0,1 dan nilai VIF berada di bawah 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa model tidak terdapat gejala multikolinearitas.
Uji autokolerasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan penggangu pada periode t-1 (sebelumnya). Uji autokolerasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson (DW-test atau d statistic). Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokolerasi (Ghozali, 2006:61). Kriteria dari nilai Durbin Watson yang menyatakan bebas dari autokorelasi adalah dU < D-W < 4-dU. Analisis menggunakan software SPSS 17.0 for Windows menghasilkan output :
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokolerasi
Model
R
R Square
Adjusted R
Std. Error the
Durbin-Watson
Square
Estimate
1
0,703
0,495
0,464
0,015576
1,761
Sumber: data sekunder diolah, (2015)
Hasil uji Durbin-Watson menghasilkan nilai sebesar 1,761; sedangkan dalam table Durbin Watson untuk k= 4 dan N = 72, besar Durbin Watson tabel adalah : dL (batas luar) = 1,70 dan dU (batas dalam) = 1,49; 4 – dU = 2,30 dan 4 –dL = 2,51. Oleh karena itu nilai D-W 1,761 berada dalam kriteria bebas autokorelasi (dU < D-W < 4 – dU), maka dapat disimpulkan model regresi bebas dari autokorelasi.
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui bahwa pada model regresi terjadi ketidaksamaan varian. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas digunakan model glejser, dengan syarat nilai signifikansi berada di atas 0,05 yang berarti tidak terdapat heteroskedastisitas (Ghozali, 2012:139).
Tabel 4.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
No
Variabel
Sig.
Keterangan
1.
Perputaran modal kerja
0,164
Bebas heteroskedastisitas.
2.
Perputaran kas
0,810
Bebas heteroskedastisitas.
3.
Perputaran piutang
0,721
Bebas heteroskedastisitas.
4.
Pertumbuhan koperasi
0,303
Bebas heteroskedastisitas.
Sumber: data sekunder diolah, (2015)
Dalam Tabel 4.5 memperlihatkan tingkat signifikansi tiap variabel bebas di atas 0,05 sehingga dapat disimpulkan model regresi terbebas dari heteroskedastisitas.
Untuk mengetahui pengaruh perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang, pertumbuhan koperasi terhadap profitabilitas, maka digunakan analisis statistik regresi linier berganda, t-test dan F-test.
Tabel 4.6
Rekapitulasi Hasil Olahan SPSS
Nama Variabel
Koefisien
t-test
Sig. t
Regresi
Perputaran modal kerja
0,011
2,629
0,011
Perputaran kas
0,057
3,751
0,000
Perputaran piutang
0,016
2,426
0,018
Pertumbuhan Koperasi
0,005
2,804
0,007
Konstanta
- 0,010
R
0,703
R square
0,495
F hitung
16,388
F sig
0,000





Sumber: data sekunder diolah, (2015)
Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa besarnya nilai R square adalah sebesar 0,495 ini berarti pengaruh variabel perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang, pertumbuhan koperasi terhadap profitabilitas mempunyai nilai determinasi sebesar 49,5% sedangkan sisanya sebesar 50,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model penelitian.
Dari Tabel 4.6 dapat dilihat nilai koefisien regresi dari variabel bebas perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang, pertumbuhan koperasi dan konstanta variabel terikat profitabilitas, maka diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
Y = - 0,010 + 0,011 (X1) + 0,057 (X2) + 0,016 (X3) + 0,005 (X4) + e....(1)
Berdasarkan persamaan tersebut, maka variabel perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang, pertumbuhan koperasi berpengaruh terhadap profitabilitas pada koperasi.
Diketahui konstanta besarnya -0,010 mengandung arti jika variabel perputaran modal kerja (X1), perputaran kas (X2), perputaran piutang (X3), pertumbuhan koperasi (X4) tidak berubah, maka profitabilitas (Y) tidak mengalami perubahan atau sama dengan 0,010.
β1 = 0,011; berarti apabila variabel perputaran modal kerja (X1) meningkat, maka akan mengakibatkan peningkatan pada profitabilitas (Y), dengan asumsi variabel bebas yang lain dianggap konstan. β2 = 0,057; berarti apabila variabel perputaran kas (X2) meningkat, maka akan mengakibatkan peningkatan pada profitabilitas (Y), dengan asumsi variabel bebas yang lain dianggap konstan. β3 = 0,016; berarti apabila variabel perputaran piutang (X3) meningkat, maka akan mengakibatkan peningkatan pada profitabilitas (Y), dengan asumsi variabel bebas yang lain dianggap konstan. β4 = 0,005; berarti apabila variabel pertumbuhan koperasi (X4) meningkat, maka akan mengakibatkan peningkatan pada profitabilitas (Y), dengan asumsi variabel bebas yang lain dianggap konstan.
Hasil Uji Anova F hitung sebesar 16,388 dengan nilai signifikan sebesar 0,000 maka Ho ditolak. Ini berarti variabel perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang dan pertumbuhan koperasi berpengaruh secara simultan terhadap variabel profitabilitas.
Untuk melihat pengaruh variabel perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang dan pertumbuhan koperasi terhadap variabel profitabilitas secara parsial maka dilakukan uji hipotesis yaitu uji-t. Pada Tabel 4.6 dapat dilihat hasil uji-t dengan program SPSS 17.0 for Windows. Oleh karena t hitung sebesar 2,629 dengan nilai sig 0,011 < α (0,05) maka H0 ditolak. Hal ini berarti variabel perputaran modal kerja berpengaruh positif signifikan secara parsial terhadap variable profitabilitas. Oleh karena t hitung sebesar 3,751 dengan nilai sig 0,000 < α (0,05) maka Ha diterima. Hal ini berarti variabel perputaran kas berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap variabel profitabilitas. Oleh karena t hitung sebesar 2,426 dengan nilai sig 0,018 < α (0,05) maka H0 ditolak. Hal ini berarti variabel perputaran piutang berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap variabel profitabilitas. Oleh karena t hitung sebesar 2,804 dengan nilai sig 0,007 <α (0,05) maka Ha diterima. Hal ini berarti variabel pertumbuhan koperasi berpengaruh positif signifikan secara parsial terhadap variabel profitabilitas.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan variabel perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang dan pertumbuhan koperasi berpengaruh secara simultan terhadap variabel profitabilitas. Pembahasan untuk masing-masing hasil uji hipotesis akan dijabarkan sebagai berikut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perputaran modal kerja berpengaruh positif signifikan secara parsial terhadap profitabilitas yang berarti apabila perputaran modal semakin meningkat maka dapat meningkatkan profitabilitas pada koperasi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Azlina (2009) dan Jodie (2012) yang menunjukkan bahwa modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perputaran kas berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap profitabilitas yang berarti peningkatan pada perputaran kas akan diikuti oleh peningkatan pada profitabilitas koperasi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Rahma (2011), Putra (2012), Raheman dan Nasr (2007), Teruel dan Solano (2007) yang menyatakan bahwa tingkat perputaran kas berpengaruh terhadap profitabilitas. Semakin tinggi perputaran kas ini akan semakin baik, ini berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan kasnya dan keuntungan yang diperoleh akan semakin besar (Riyanto,2001).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perputaran piutang berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap profitabilitas yang berarti peningkatan pada perputaran piutang akan berpengaruh pada peningkatan profitabilitas koperasi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian dari Putra (2010), Wijaya (2012), Santoso dan Nur (2008) yang menyatakan bahwa tingkat perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas. Riyanto (2001:90) menyatakan perputaran piutang menunjukkan periode terikatnya modal kerja dalam piutang dimana semakin cepat periode berputarnya menunjukkan semakin cepat perusahaan mendapatkan keuntungan dari penjualan kredit tersebut, sehingga profitabilitas perusahaan juga ikut meningkat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertumbuhan Koperasi berpengaruh positif signifikan secara parsial terhadap variabel profitabilitas yang berarti apabila pertumbuhan koperasi semakin meningkat maka dapat meningkatkan profitabilitas koperasi. Hasil penelitian didukung Kusumajaya (2011), dan Noerirawan (2012) bahwa pertumbuhan koperasi berpengaruh terhadap profitabilitas.


BAB V
PENUTUP

5.1.Kesimpulan
1.      Hasil uji Anova F hitung sebesar 16,388 dengan nilai sig sebesar 0,000 maka Ho ditolak. Ini berarti variabel perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang dan pertumbuhan koperasi berpengaruh secara simultan terhadap variabel profitabilitas. Untuk melihat pengaruh variabel perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang dan pertumbuhan koperasi terhadap variabel profitabilitas secara parsial dilakukan uji hipotesis yaitu uji-t. t1 sebesar 2,629 dengan nilai sig 0,011 < α (0,05) maka H0 ditolak. t2 sebesar 3,751 dengan nilai sig 0,000 < α (0,05) maka Ha diterima. t3 sebesar 2,426 dengan nilai sig 0,018 < α (0,05) maka H0 ditolak. t4 sebesar 2,804 dengan nilai sig 0,007 < α (0,05) maka Ha diterima.

5.2.Saran
1.      Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan jenis koperasi yang lain seperti Koperasi Simpan Pinjam dan lain-lain dengan wilayah penelitian yang berbeda sehingga diperoleh hasil yang lebih variatif. Pihak manajemen koperasi serba usaha agar memperhatikan rasio perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang dan pertumbuhan koperasi, karena rasio perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang, pertumbuhan koperasi terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas dan diharapkan untuk melaporkan RAT setiap tahun ke Dinas Koperasi.


DAFTAR PUSTAKA

Algifari. 2000. Analisis Regresi Teori, Kasus dan Solusi. Yogyakarta: BPFE.
Azlina, 2009. Pengaruh Tingkat Perputaran Modal, Struktur Modal, dan Skala PerusahaanTerhadap Profitabilitas. Jurnal Vol. 1 No. 2 Hal 107-114.
Devita, Elisa. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rasio Profitabilitas Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.Jurnal Forum Manajemen, Vol 1. 6, No. 1.
Gemima, Samsuri, Indra Cahya Kusuma. 2013. Keunggulan Bersaing Koperasi Berkaitan DenganPenerapan Intelectual Capital, Manajemen Keanggotaan dan Partisipasi Anggota. Jurnal Vol. 15, NO. 2, September 2013.
Ghosali, Imam. 2006. “Aplikasi Analisis Multivariante dengan Program SPSS”. Edisi Keempat. Semarang: UNDIV.
Hadinata, Ngakan Putu Teja. 2015. Pengaruh Tingkat Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Likuiditas, dan Pertumbuhan Koperasi Pada Rentabilitas di Koperasi Pasar Srinadi Klungkung Tahun 2012-2014. SkripsiFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Bali.
Helfert, Erich  A. 1997. Teknik Analisis Keuangan. Edisi Kedelapan. Jakarta : Erlangga.
Horton, S. 2000. Introduction-The Competency Movement: Its Origins and Impact on The Public Sector, The International Journal ofPublic Sector Management, 13(4): 306-318.
Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta:PT Bumi Aksara.
Kadir, Hainim. 2012. Optimalisasi Pengaruh dan Eksistensi Koperasi sebagai Soko Guru Perekonomian Daerah. Jurnal Volume 20. Jurusan Ilmu Ekonomi Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Riau.
Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta:PT Rajagrafindo Persada.
Kusumajaya, Dewa Kadek Oka. 2011. Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Skripsi FEB UNUD.
Lazaridis and Tryfonidis. 2006. The relationship between working capital management and profitability of listed companies in the Athens Stock Exchange. Journal of Business Finance & Accounting, Vol. 19, No. 1, pp. 1 – 12No. 1, hal. 86 – 96.
Leunupun, Pieter. 2003. Profitabilitas ekuitas dan beberapa faktor yang mempengaruhinya (studi pada beberepa KUD di kota ambon). Jurnal akuntansi & keuanganVol. 5 No. 2, hal. 133-149.
Mohamad, Noriza. 2010. Working Capital Management: The Effect of Market Valuation and Profitability in Malaysia.Journal of Business and Management. 5 (11). pp. 140-147.
Noerirawan, Abdul Muid. 2012. Pengaruh Faktor Internal dan eksternal Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2007-2010). Jurnal Akuntansi, 1(2): h: 1-12. Diponegoro.
Nurcahyo, Nico. 2009. Analisis Kinerja Likuiditas, Aktivitas, Rentabilitas, Dan Analisis Hubungan Modal Kerja Terhadap Laba Perusahaan Pada 1941 Industry Otomotif Di BEI Periode 2006-2008. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.
Putra, Lutfi Jaya. 2012. Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus : PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.). Jurnal Ekonomi Gunadarma. 9 (1) pp. 1-10.
Raheman, Abdul and Mohamed Nasr. 2007. “Working Capital Management And Profitability – Case Of Pakistani Firms”. Journal of Business Research Papers, Vol.3 No 1, pp. 279 – 300
Rahma, Aulia. 2011. Analisis Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Perusahaan. Jurnal Ekonomi.
Rajesh,            Reddy. 2011. Impact of Working Capital Management on Firm’s Profitability. Journal of Finance and Management. 3 (1). pp. 151 - 158.
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar dasar Pembelajaran. Edisi Keempat. Yogyakarta:BPFE.
Santoso, Rahmat Agus dan Mohammad Nur. 2008. “Pengaruh Perputaran Piutang dan Pengumpulan Piutang Terhadap Likuiditas Perusahaan Pada CV. Bumi Sarana Jaya Di Gresik”. Jurnal Vol. 6, No. 1, hal. 37 – 54.
Singagerda, Faurani. 2004. Analisis Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Dan Rentabilitas Pada Koperasi “Mandalika” Mataram Nusa Tenggara Barat. Jurnal Manajemen Keuangan. 2 (1).
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Teruel, Pedro Juan Garcia and Pedro Martinez Solano. 2007. Effect Of Working Capital Management On SME Profitability. Journal of Managerial Finance. 3 (2). pp. 1-20.
Ulrich, D. 1998. Delivering Results, A New Mandatefor Human Resource Professionals; Boston: HarvardBusinessSchool Press.
Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian.
Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian.
Warsidi, Bambang Agus Pramuka.2000.”Evaluasi Kegunaan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba di Masa yang Akan Datang.”Jurnal Akuntansi, Manajemen dan Ekonomi.Volume 2 No 1.
Wiagustini, Ni luh Putu. 2010. Dasar – Dasar Manajemen Keuangan. Denpasar. Udayana University Press.
Wijaya, Anggita Langgeng. 2012. Pengaruh Komponen Working Capital Terhadap Profitabilitas Perusahaan. Jurnal Dinamika Akuntansi. 4 (1). pp. 20-26.
Wild,   Subramanyam, Halsey.2005. Analisis Laporan Keuangan. Buku 1.Edisi 8.Salemba Empat. Jakarta
Yunawati, Ade Gusweni. 2013. Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesi di Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu 2008-2012.JurnalIlmiah Renggagading, Vol. 2 No. 1.
 

 

No comments:

Post a Comment