BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Penelitian
Negara Indonesia memiliki pandangan
yang khusus terhadap perekonomian. Hal ini termuat dalam UUD 1945 Bab XIV Pasal
33 ayat (1) yang menyebutkan bahwa “Perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan”. Merujuk arti dari Pasal 33 ayat
(1) UUD 1945, maka aturan tersebut paling tepat ditujukan terhadap koperasi.
Undang-Undang No 17 Tahun 2012 mendeskripsikan koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan berlandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
Sejak awal perkembangannya, koperasi
telah menjadi salah satu tulang punggung perekonomian rakyat Indonesia karena
koperasi merupakan soko guru perekonomian Indonesia (Kadir, 2012). Dengan demikian koperasi diperankan
dan difungsikan sebagai pilar utama dalam sistem perekonomian nasional.
Koperasi diharapkan dapat berperan
aktif dalam mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Peran dan manfaat
koperasi di Indonesia sangatlah penting karena koperasi membuka pintu gerbang
usaha kecil dan menengah (UKM), menciptakan masyarakat yang mandiri, penggerak perekonomian
hingga menciptakan lapangan kerja baru.
Pemanfaatan koperasi secara maksimal
dan optimal akan dapat menciptakan perekonomian nasional yang selaras dengan
pertumbuhan koperasi. Pada era globalisasi saat ini, tiap
perusahaan tidak terkecuali koperasi dituntut untuk memiliki keunggulan
kompetitif dan mampu meningkatkan kinerja yang dimilikinya serta mampu
menghasilkan profit yang maksimal untuk menjamin kelangsungan hidup dan
perkembangan usaha di masa yang akan datang.
Denpasar Selatan merupakan salah
satu sektor ekonomi dan pariwisata di Kota Denpasar. Menurut Dinas Koperasi UMK
dan Menengah Kota Denpasar periode 2015 jumlah keseluruhan koperasi di
Kecamatan Denpasar Selatan adalah sebanyak 259 koperasi. Dari 259 koperasi di
Kecamatan Denpasar Selatan yang paling banyak tidak aktif dan belum RAT adalah
Koperasi Karyawan yang dimana jumlah Koperasi Karyawan di Kecamatan Denpasar
Selatan sebanyak 48 Koperasi dengan 31 koperasi belum melaporkan RAT dan tidak
aktif sebanyak 12 koperasi kemudian disusul dengan Koperasi
Serba Usaha berada di urutan ke dua setelah Koperasi Karyawan dengan jumlah
koperasi yang belum melaporkan RAT dan tidak aktif terbanyak. Jumlah Koperasi Serba Usaha di
Kecamatan Denpasar 97 koperasi dengan yang tidak aktif sebanyak 2 koperasi dan
belum melaporkan RAT 67 koperasi. Untuk itu peneliti tertarik meneliti Koperasi
Serba Usaha karena diantara seluruh jenis koperasi di Kecamatan Denpasar
Selatan, Koperasi Serba Usaha memiliki koperasi paling banyak belum melaporkan
RAT nya.
Penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan mengenai faktor yang dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas
guna peningkatan kinerja koperasi serba usaha di Kecamatan Denpasar Selatan.
Gambaran koperasi aktif, tidak aktif dan RAT, tidak RAT di Kecamatan Denpasar
dapat dilihat dalam tabel 1.1 dibawah ini :
Tabel 1.1
Koperasi Aktif, Tidak Aktif dan RAT,
Tidak RAT
di Kecamatan Denpasar Selatan
Tahun 2015
Jenis Koperasi
|
Jumlah
|
Aktif
|
Tidak Aktif
|
RAT
|
Tidak RAT
|
Koperasi Usaha Dagang
|
2
|
2
|
-
|
1
|
1
|
Koperasi Karyawan
|
23
|
23
|
-
|
3
|
20
|
Koperasi Tani
|
1
|
1
|
-
|
-
|
1
|
Koperasi Serba Usaha
|
97
|
95
|
2
|
28
|
67
|
Koperasi Simpan Pinjam
|
67
|
66
|
1
|
28
|
38
|
Koperasi Wanita
|
4
|
4
|
-
|
2
|
2
|
Koperasi Mahasiswa
|
2
|
2
|
-
|
1
|
1
|
Primer Koperasi
|
7
|
7
|
-
|
2
|
5
|
Koperasi Pasar
|
3
|
3
|
-
|
1
|
2
|
Koperasi Pondok Pesantren
|
1
|
1
|
-
|
1
|
-
|
Koperasi Jasa Angkutan Umum
|
4
|
4
|
-
|
-
|
4
|
Jumlah
|
211
|
208
|
3
|
67
|
141
|
Sumber: Dinas Koperasi UMK dan Menengah
Kota Denpasar, Tahun 2015
Menurut Toto Prihadi (2012),
profitabilitas adalah kemampuan untuk menghasilkan laba. Dalam analisis rasio,
kemampuan menghasilkan laba dapat dikaitkan dengan penjualan, aset atau modal.
Rasio profitabilitas bertujuan untuk mengukur efisiensi aktivitas perusahaan
dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan (Jumingan, 2006).
Perputaran modal kerja atau working capital turnover merupakan salah
satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan
selama periode tertentu yang memiliki arti seberapa banyak modal kerja berputar
selama suatu periode atau dalam suatu periode. Mengukur rasio ini dengan cara
membandingkan antara penjualan dengan modal kerja atau dengan modal kerja
rata-rata. (Kasmir, 2012).
Perputaran kas (cash turnover) berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal
kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya
rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar
tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan (Kasmir, 2012).
Perputaran piutang merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode
atau berapa kali dana yang ditanamkan dalam piutang ini berputar dalam satu
periode. Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan
dalam piutang semakin rendah (dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan
tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik (Kasmir, 2012).
Pertumbuhan koperasi menunjukkan
peramalan laba dimasa yang akan datang, penilaian efisiensi dalam menjalankan
koperasi, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja koperasi
(Hadinata, 2015).
Berdasarkan uraian diatas, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul : “Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Perputaran Kas, Perputaran Piutang,
Pertumbuhan Koperasi Terhadap Profitabilitas”
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan alasan pemilihan judul di
atas maka penulis membuat identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Perputaran Kas, Perputaran Piutang,
Pertumbuhan Koperasi terhadap Profitabilitas pada Koperasi Serba Usaha di
Kecamatan Denpasar Selatan secara parsial maupun simultan?
1.3.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Perputaran Kas, Perputaran Piutang,
Pertumbuhan Koperasi terhadap Profitabilitas pada Koperasi Serba Usaha di
Kecamatan Denpasar Selatan secara parsial maupun simultan
1.4.Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
Dengan adanya
penelitian ini berharap dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang
didapatkan selama kuliah dan ingin lebih mengetahui tentang pengaruh Perputaran
Modal Kerja, Perputaran Kas, Perputaran Piutang, dan Pertumbuhan Koperasi
terhadap Profitabilitas pada Koperasi Serba Usaha di Kecamatan Denpasar
Selatan.
2. Bagi Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Latifah Mubarokiyah
Penulis
berharap semoga hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai pelengkap
kepustakaan dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan menjadi kajian untuk
penelitian di masa yang akan datang.
3. Bagi Perusahaan
Diharapkan dari
hasil penelitian ini dapat memberikan masukan agar perusahaan bisa lebih
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
4. Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran dan sebagai referensi untuk perbandingan
penelitian di masa yang akan datang.
1.5.Kerangka Pemikiran
Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan dapat
digunakan rasio profitabilitas. Profitabilitas menurut Wiagustini (2010:76) menunjukkan
kemampuan perusahaan memperoleh laba atau ukuran efektivitas pengelolaan
manajemen perusahaan. Terdapat beberapa jenis rasio profitabilitas salah satunya yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on assets (ROA). return on assets (ROA) adalah
rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total
assets (kekayaan) yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya
– biaya untuk menandai assets tersebut (Hanafi, 2008). Return on
assets merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva.
Menurut Sri Yunawati dan Ade Gusweni
(2013), profitabilitas keuangan perusahaan dideskripsikan dalam bentuk laporan
keuangan yang dapat digunakan oleh semua pihak yang dipengaruhi oleh faktor
penting untuk membuat keputusan ekonomi, yang menjadi faktor profitabilitas ini
yaitu perputaran modal kerja (working
capital turnover), perputaran kas (cash
turnover), perputaran piutang (receivable turnover).
Perputaran
modal kerja atau working capital turn over menurut Kasmir (2011:182) merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau
menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Artinya
seberapa banyak modal kerja berputar selama satu periode atau dalam satu
periode. Untuk menilai keefektifan modal kerja dapat digunakan ratio antara
total penjualan dengan jumlah modal kerja rata-rata. Mengingat pentingnya modal kerja dalam perusahaan, manajer
keuangan harus dapat merencanakan dengan baik besarnya jumlah modal kerja yang
tepat dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan, karena jika terjadi kelebihan
atau kekurangan dana, hal ini akan mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan
(Supriyadi dan Fazriani, 2011).
Perputaran kas menurut Bambang Riyanto (2011 : 95) adalah perbandingan antara penjualan
dengan jumlah kas rata-rata. Semakin tinggi
tingkat perputaran kas berarti semakin cepat kembalinya kas masuk pada
perusahaan. Dengan demikian kas akan dapat dipergunakan kembali untuk membiayai
kegiatan operasional sehingga tidak mengganggu kondisi keuangan perusahaan. Rahma (2011) menyatakan bahwa
perputaran kas menunjukkan kemampuan kas dalam menghasilkan pendapatan,
sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas berputar dalam satu periode
tertentu. Semakin tinggi perputaran kas ini akan semakin baik, ini
berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan kasnya dan keuntungan yang diperoleh akan semakin besar
(Riyanto,2001).
Piutang timbul karena adanya penjualan kredit,
semakin besar penjualan kredit maka semakin besar pula investasi dalam piutang
dan akibatnya risiko atau biaya yang akan dikeluarkan akan semakin besar
pula. Periode perputaran piutang tergantung pada panjang pendeknya
ketentuan waktu yang telah disepakati. Riyanto
(2001:90) menyatakan perputaran piutang menunjukkan periode terikatnya modal
kerja dalam piutang dimana semakin cepat periode berputarnya menunjukkan
semakin cepat perusahaan mendapatkan keuntungan dari penjualan kredit tersebut,
sehingga profitabilitas perusahaan juga ikut meningkat.
Pertumbuhan perusahaan dapat menjadi indikator dari nilai
perusahaan. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan perusahaan menunjukkan
sinyal positif dan perkembangan yang baik dimana pertumbuhan suatu perusahaan
tersebut memiliki dampak menguntungkan dan perusahaan juga mengharapkan rate of return dari investasi yang
dilakukan. Pertumbuhan perusahaan menunjukkan pengaruh yang positif
terhadap nilai perusahaaan, dimana semakin baik pertumbuhan perusahaan dapat
meningkatkan nilai perusahaan.
Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian Azlina (2009) dan Jodie (2012) yang
menunjukkan bahwa modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Pernyataan ini diperkuat juga oleh
penelitian Singagerda (2004), Menuh (2008) dan Nurcahyo (2009), Chary et al. (2011), Rajesh et al. (2011), Nur dan Saad (2010) yang
menemukan Perputaran Modal kerja
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas.
Rahma
(2011), Putra (2012), Raheman dan Nasr (2007), Teruel dan Solano (2007) menyatakan
bahwa tingkat perputaran kas berpengaruh terhadap profitabilitas.
Putra
(2010), Wijaya (2012), Santoso dan Nur (2008) menyatakan bahwa tingkat
perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas.
Kusumajaya
(2011), dan Noerirawan dan Muid (2012) menyatakan bahwa pertumbuhan koperasi
berpengaruh terhadap profitabilitas
Untuk memudahkan penganalisaan pada
penelitian ini, maka diperlukan kerangka
konseptual (paradigma)
sebagai berikut :
Gambar 1.1
Paradigma
Kerangka Pemikiran
Profitabilitas
(Y)
|
Perputaran
Modal Kerja (X1)
|
Perputaran Kas
(X2)
|
Perputaran
Piutang (X3)
|
Pertumbuhan
Koperasi (X4)
|
1.6.Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ho : Perputaran modal kerja, perputaran
kas, perputaran piutang, pertumbuhan koperasi tidak berpengaruh signifikan
terhadap
profitabilitas baik secara parsial maupun simultan
H1 : Perputaran modal kerja, perputaran
kas, perputaran piutang, pertumbuhan koperasi berpengaruh signifikan
terhadap
profitabilitas baik secara parsial maupun simultan
1.7.Metodologi Penelitian
1.7.1.
Metode Penelitian
Pada penelitian ini metode penelitian
yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif.
Menurut Nazir (2013:54) Metode
deskriptif adalah metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,
suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Menurut Syofian (2013:30) Pendekatan
kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai objek penelitian, dan
variabel-variabel tersebut harus didefinisikan dalam bentuk operasionalisasi
dari masing-masing variabel. Tujuan akhir yang ingin dicapai dalam melakukan
penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif adalah menguji teori,
membangun fakta menunjukkan hubungan dan pengaruh serta perbandingan antara
variabel, memberikan deskripsi statistik, menafsir, dan meramalkan hasil.
1.7.2.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder. Data Sekunder merupakan sumber data yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain
atau lewat dokumen (Sugiyono, 2012:137). Dalam penelitian ini, data sekunder
diperoleh dari Dinas Koperasi UMK dan Menengah Kota Denpasar.
Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah metode observasi
non partisipan, yaitu metode
pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan terhadap dokumen-dokumen, laporan-laporan yang berhubungan dengan
penelitian yang dilakukan, dimana peneliti tidak terlibat langsung dengan
aktivitas pembuatan laporan tersebut. Metode ini dilakukan dengan mencatat atau
mengumpulkan data-data yang tersedia di Dinas Koperasi UMK dan Menengah Kota
Denpasar.
1.7.3.
Populasi dan Sampel
a.
Populasi
Sugiyono (2013:115) mendefinisikan
populasi sebagai sebuah wilayah umum yang menjadi fokus penelitian, yang di
dalamnya mengandung unsur objek/subjek, serta karakteristik tertentu yang telah
ditetapkan peneliti. Dari definisi tersebut populasi dari penelitian ini adalah
seluruh koperasi serba usaha yang ada di Kecamatan Denpasar Selatan, yaitu
sejumlah 97 Koperasi.
b.
Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2013:116). Koperasi serba usaha di Kecamatan
Denpasar Selatan yang menjadi sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan Purposive Sampling yang diambil
berdasarkan kriteria-kriteria yang dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti. Dari 97 Koperasi serba usaha di Kecamatan Denpasar Selatan,
diperoleh 24 koperasi serba usaha yang memenuhi kriteria untuk menjadi sampel
penelitian ini yang kemudian dikali 3 untuk tiap tahun pengamatan sehingga
terdapat 72 pengamatan.
1.7.4.
Operasionalisasi Variabel
a.
Variabel terikat atau variabel dependen
Variabel Terikat atau variabel
dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat dari variabel
bebas atau independen (Sugiyono, 2012:59). Variabel terikat atau variabel dependen dalam penelitian ini adalah
Profitabilitas.
b.
Variabel bebas atau variabel independen
Variabel Bebas atau variabel
independen adalah suatu variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan
atau timbulnya variabel terikat atau defenden (Sugiyono, 2012:59). Variabel
bebas atau variabel independen dalam penelitian ini adalah pengaruh perputaran
modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang dan pertumbuhan koperasi.
Untuk menjelaskan operasionalisasi variabel dalam penelitian ini dapat dilihat
pada tabel 1.2 berikut :
Tabel 1.2
Operasionalisasi
Variabel
Variabel
|
Definisi
|
Indikator
|
Skala
|
Perputaran Modal Kerja (X1)
|
rasio
untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode
tertentu yang memiliki arti seberapa banyak modal kerja berputar selama suatu
periode atau dalam suatu periode. (Kasmir, 2012)
|
-
Total penjualan
-
Jumlah aktiva lancar
-
Jumlah hutang lancar
|
Rasio
|
Perputaran Kas (X2)
|
rasio
untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan
biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan (Kasmir, 2012)
|
-
Total penjualan
-
Jumlah modal kerja
|
Rasio
|
Perputaran Piutang (X3)
|
rasio
untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa
kali dana yang ditanamkan dalam piutang ini berputar dalam satu periode. (Kasmir,
2012)
|
-
Total penjualan kredit
-
Jumlah rata-rata piutang
|
Rasio
|
Pertumbuhan Koperasi (X4)
|
menunjukkan
peramalan laba dimasa yang akan datang, penilaian efisiensi dalam menjalankan
koperasi, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja koperasi. (Hadinata, 2015).
|
-
Jumlah laba bersih bulan T
-
Jumlah laba bersih bulan T1
|
Rasio
|
Profitabilitas (Y)
|
Rasio
untuk mengukur efisiensi aktivitas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk
memperoleh keuntungan. (Jumingan, 2006)
|
-
Jumlah laba setelah pajak
-
Total aktiva
|
Rasio
|
1.7.5.
Alat Analisis
a.
Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui atau
memperoleh gambaran mengenai pengaruh perputaran modal kerja, perputaran kas,
perputaran piutang dan pertumbuhan koperasi pada koperasi serba usaha di
Kecamatan Denpasar Selatan tahun 2012-2014 dengan bantuan program komputer Statistical Package for Sosial Science (SPSS) 17.0 for Windows.
Model regresi linear berganda
ditunjukan untuk persamaan sebagai
berikut :
..(1)
Keterangan :
X1 = Tingkat perputaran modal kerja
X2 = Tingkat perputaran Kas
X3 =
Tingkat perputaran Piutang
X4 = Tingkat pertumbuhan koperasi
b.
Uji Asumsi Klasik
1)
Uji Normalitas
Menurut Diyah dkk (2013:11) tujuan
melakukan uji asumsi normalitas adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal
atau tidak. Untuk perhitungannya menggunakan program SPSS (Statistical Package
for Social Science) 17.0
2)
Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dimaksudkan untuk
membuktikan atau menguji ada atau tidaknya hubungan yang linier
(multikolinieritas) antara variabel bebas (independen)
satu dengan variabel bebas yang lain.
Pengujian multikolinearitas
dilakukan dengan melihat hasil dari nilai tolerance di atas 0,1 dan nilai Variance Inflation
Factor
(VIF) di bawah 10 yang berarti tidak terdapat gejala multikolinearitas
(Algifari, 2000:84).
3)
Uji Autokorelasi
Uji autokolerasi bertujuan menguji
apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada
periode t dengan kesalahan penggangu pada periode t-1 (sebelumnya). Uji autokolerasi dapat dilakukan
dengan uji Durbin-Watson (DW-test atau d statistic).
Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokolerasi (Ghozali, 2006:61).
Kriteria dari nilai Durbin Watson yang menyatakan bebas dari autokoerlasi
adalah dU< D-W < 4-dU.
4)
Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas dilakukan
untuk mengetahui bahwa pada model regresi terjadi ketidaksamaan varian. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heterokedastisitas digunakan model glejser, dengan syarat nilai signifikansi
berada di atas 0,05 yang berarti tidak terdapat heteroskedastisitas (Ghozali,
2012:139).
c.
Uji Hipotesis
1)
Uji t
Menurut Iqbal (2004:103) Uji t
merupakan uji hipotesis yang dilakukan untuk menguji koefisien regresi secara
parsial dari variabel independennya. Menurut Ridwan (2010:136) Langkah-langkah
uji t dengan menggunakan korelasi pearson
product moment (PPM) adalah sebagai berikut :
Langkah 1 :
Membuat Ha dan Ho dalam bentuk kalimat
Langkah 2 :
Membuat Ha dan Ho dalam bentuk statistik
Langkah 3 :
Membuat tabel penolong untuk menghitung
korelasi pearson product moment (PPM).
Langkah 4 : Mencari
rhitung dengan cara masukan angka statistik
dalam tabel penolong dengan rumus :
(Husein
Umar, 2008:166)
Langkah 5 : Mencari besarnya sumbangan (kontribusi)
variabel
X terhadap
Y dengan rumus :
KP
=
×
100%………Iqbal Hasan (2010:63)
Langkah 6 :
Menguji signifikansi dengan rumus thitung
Langkah 7 : Menentukan Kriteria Pengujian
Pengujian
dilakukan dengan menggunakan signifikan level 0,05 (α=5%). Penerimaan atau
penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria :
a. Jika
nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak
signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen tidak mempunyai
pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
b. Jika
nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan
). Ini berarti secara parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap variabel dependen.
Langkah 8 :
Membuat kesimpulan
2)
Uji F
Menurut Ridwan (2010:139) Pengujian
secara simultan adalah untuk mengetahui apakah secara serentak
variabel-variabel bebas (Xi) mempunyai pengaruh atau tidak terhadap
variabel terikat (Y). Menurut Ridwan (2010:142) Langkah-langkah uji F dengan menggunakan
korelasi ganda adalah sebagai berikut :
Langkah 1 : Membuat Ha dan Ho dalam
bentuk kalimat
Langkah 2 : Membuat Ha dan Ho dalam
bentuk statistik
Langkah 3 : Membuat tabel penolong untuk menghitung korelasi
ganda
Langkah 4 : Mencari rhitung dengan
cara masukan angka statistik
dalam tabel penolong dengan rumus :
(Husein Umar, 2008:166)
Langkah 5 : Mencari nilai korelasi antara variabel dan
korelasi
ganda dengan rumus :
Langkah 6 : Menguji signifikansi dengan
rumus Fhitung
Langkah 7 : Menentukan Kriteria Pengujian
Pengujian dilakukan dengan
menggunakan signifikan level 0,05 (α=5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis
dilakukan dengan kriteria :
a. Jika nilai Sig. < 0,05 maka variabel
bebas (X) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y).
b. Jika nilai Sig. > 0,05 maka variabel
bebas (X) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y).
Langkah 8 : Membuat kesimpulan
1.8.Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian
Lokasi
dari penelitian ini adalah koperasi serba usaha yang ada di Kecamatan Denpasar
Selatan, Kota Denpasar yang merupakan lembaga keuangan yang memegang peranan
penting dalam membantu taraf hidup anggota dan masyarakat.
2. Waktu
Penelitian
Objek penelitian ini adalah
profitabilitas pada koperasi serba usaha di Kecamatan Denpasar Selatan selama
periode 2012-2014.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Rasio Keuangan
Syahyunan
(2004:81) menyatakan bahwa analisis rasio keuangan merupakan analisis yang
paling populer untuk mengidentifikasi kondisi keuangan dan kinerja keuangan. Rasio
yang biasa digunakan perusahaan
dan dipakai dalam penelitian ini adalah:
1)
Rasio Likuiditas
Menurut Van Horne dan Wachowicz
(2006:205), likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini membandingkan kewajiban
jangka pendek dengan sumber daya jangka pendek (aktiva lancar) yang
tersedia untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tersebut. Van Horne dan Wachowic
(2006:313) menyebutkan adanya indikasi, semakin
besar likuiditas perusahaan semakin kuat keseluruhan kondisi keuangan dan semakin besar laba
perusahaan berarti semakin tinggi tingkat risiko pendanaan yang
digunakan yaitu pendanaan hutang semakin menarik dengan adanya perbaikan dalam
likuiditas. Rasio likuiditas yang biasa digunakan perusahaan dan dipakai
dalam penelitian ini adalah:
a)
Rasio Perputaran Kas
b)
Pertumbuhan Laba
2)
Rasio Aktivitas
Martono
dan Harjito (2001:56-58), menyatakan rasio aktivitas mengukur sejauh mana efektivitas
manajemen perusahaan mengelola aset-asetnya. Artinya dalam hal ini adalah
mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola aktiva
lainnya dan kebijakan pemasaran. Jumlah aktiva yang besar, yang dimiliki oleh
perusahaan merupakan kekuatan
dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Perusahaan yang
memiliki aktiva
dengan jumlah besar belum
tentu dapat menciptakan profitabilitas yang sudah direncanakan,
atau dengan kata lain bahwa perusahaan tersebut belum tentu dapat menghasilkan laba
yang maksimum. Kemampuan dalam menghasilkan laba yang maksimum baru
terwujud, apabila seluruh dana yang ada dalam perusahaan dioperasikan secara
efektif. Dengan demikian maka keefektifan dapat diketahui setelah melihat
persentase perputaran seluruh aktiva yang ada. Rasio aktivitas yang
biasa digunakan perusahaan dan yang dipakai dalam penelitian ini :
a)
Perputaran Modal Kerja
b)
Perputaran
Piutang
3)
Rasio Profitabilitas
Dari
rasio profitabilitas
dapat diketahui bagaimana tingkat profitabilitas perusahaan. Setiap perusahaan menginginkan
tingkat profitabilitas yang tinggi. Untuk dapat melangsungkan hidupnya,
perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan. Apabila
perusahaan berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan, maka
akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman dari kreditor maupun
investasi dari pihak luar.
2.2.Perputaran Modal Kerja
2.2.1. Pengertian Modal Kerja
Mengingat pentinganya
modal kerja di dalam perusahaan, manajer keuangan harus dapat merencanakan
dengan baik besarnya jumlah modal kerja yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan
perusahaan, karena jika terjadi kelebihan atau kekurangan dana hal ini akan mempengaruhi
tingkat profitabilitas perusahaan.
Menurut Putra (2012)
Modal kerja adalah sebagai berikut : “Modal kerja adalah investasi perusahaan jangka pendek seperti
kas, surat berharga, piutang dan inventori atau seluruh aktiva lancar.”
Menurut Lukman dan Dira
(2009) Modal kerja adalah sebagai berikut : “Modal kerja sangat dibutuhkan
dalam menjalankan kegiatan suatu kelancaran kegiatan operasi perusahaan,
sehingga perusahaan dapat berjakan dengan baik secara berkesinambungan.”
Khasmir (2011: 250)
menjelaskan bahwa modal kerja adalah sebagai berikut : “Modal kerja adalah
modal yang digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan.”
Perputaran modal kerja dirumuskan
sebagai berikut :
![]()
Sumber : Riyanto, 2001
|
2.2.2. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Modal Kerja
Menurut Drs. S.Munawir
dalam bukunya Analisa Laporan Keuangan (2004:117) modal kerja
dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1.
Sifat atau tipe perusahaan
Modal kerja suatu
perusahaan dagang relatif lebih rendah bila di bandingkan dengan kebutuhan
modal kerja perusahaan industri, karena tidak memerlukan investasi yang besar
dalam kas, piutang maupun persediaan. Kebutuhan uang tunai pada perusahaan
dagang untuk membelanjai operasi dapat dipenuhi dari penghasilan atau
penerimaan saat itu juga.
2.
Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang
yang akan dijual serta harga per satuan barang tersebut.
Kebutuhan modal kerja
suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk
memperoleh barang yang akan dijual maupun bahan baku yang akan diproduksi
sampai barang itu dijual. Semakin panjang waktu yang dibutuhkan untuk
memproduksi atau memperoleh barang tersebut semakin besar pula modal kerja yang
dibutuhkan. Disamping itu pula harga pokok per satuan barang itu juga
mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan. Semakin besar harga
pokok per satuan barang yang akan dijual semakin besar pula kebutuhan modal
kerja.
3.
Syarat Pembelian Bahan Baku
Syarat pembelian bahan
baku yang akan digunakan untuk memproduksi barang atau barang dagangan sangat
mempengaruhi jumlah modal kerja yang dibutuhkan untuk perusahaan yang
bersangkutan. Jika syarat yang diterima pada waktu pembelian menguntungkan,
makin sedikit dana yang diinvestasikan dalam persediaan bahan baku atau barang
dagangan. Sebaliknya bila pembayaran atas bahan atau barang yang akan dibeli
tersebut harus dilakukan dalam jangka waktu pendek maka uang kas diperlukan
untuk membiayai semakin besar pula.
4.
Syarat Penjualan
Semakin lunak kredit
yang diberikan oleh perusahaan kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin
besarnaya jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang.
Untuk memperendah jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang
dan untuk memperkecil resiko adanaya piutang yang akan tertagih sebaiknya
perusahaan memberikan potongan tunai kepada para pembeli, karena dengan
demikian pembeli akan tertarik untuk segera membayar utangnya dalam periode
tersebut.
5.
Tingkat Perputaran Persediaan (inventory turnover).
Menunjukkan berapa kali
persediaan tersebut diganti. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka
jumlah modal kerja yang di investasikan dalam persediaan semakin rendah. Untuk
dapat mencari tingkat perputaran persediaan yang tinggi maka harus diadakan
perencanaan dan pengendalian persediaan secara teratur dan efisien. Semakin
cepat atau semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan memperkecil resiko
terhadap kerugian yang di sebabkan penurunan mutu atau karena perubahan selera
konsumen, disamping menghemat ongkos menyimpan dan pemeliharaan terhadap
persediaan barang tersebut.
2.2.3. Indikator Modal Kerja
Drs. S. Munawir dalam
bukunya Analisa Laporan Keuangan (2004:120) pada umumnya
sumber modal kerja perusahaan dapat berasal dari :
1.
Hasil operasi perusahaan
Merupakan jumlah net
income yang nampak dalam perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi
amortisasi dikurangi dengan bagian laba yang diambil atau hak pemilik, jumlah
ini menunjukan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan.
Jadi jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat
dihitung dengan menganalisis laporan perhitungan rugi laba perusahaan tersebut.
Dengan adanya keuntungan atau laba perusahaan dan apabila laba tidak
diambil oleh pemilik perusahaan tersebut akan menambah modal perusahaan yang
bersangkutan.
2.
Keuntungan dari penjualan marketable securities (investasi jangka
pendek)
Surat berharga yang
dimilki perusahaan untuk jangka pendek (marketable securities atau efek) adalah
salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan dapat menimbulkan
keuntungan bagi perusahaan, dengan adanya penjualan surat berharga ini
menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk
surat berharga menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat
berharga ini merupakan suatu sumber untuk bertambahnya modal kerja, sebaliknya
apabila dalam penjualan tersebut terjadi kerugian maka akan menyebabkan
berkurangnya modal kerja. Dalam menganalisis sumber-sumber modal kerja yang
berasal dari penjualan surat-surat berharga harus dipisahkan dengan modal kerja
yang berasal dari hasil operasi perusahaan.
3.
Penjualan aktiva tetap dan aktiva tidak lancar lainnya.
Sumber lain yang dapat
menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap dan aktiva tidak
lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari
aktiva ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja.
Apabila dari hasil penjualan aktiva tetap atau aktiva tidak lancar lainnya
tidak segera digunakan untuk mengganti aktiva yang bersangkutan, akan
menyebabkan keadaan aktiva lancar sedemikian besarnya sehingga melebihi jumlah
modal kerja yang dibutuhkan (adanya modal kerja yang berlebihan).
4.
Penjualan Saham atau Obligasi.
Untuk menambah dana
atau modal kerja yang dibutuhkan perusahaan yang telah menjadi emiten dari
bursa efek dapat pula mengadakan emisi saham yang baru atau meminta kepada para
pemilik untuk menambah modalnya, disamping itu perusahaan juga dapat
mengeluarkan obligasi atau utang jangka panjang lainnya untuk memenuhi
kebutuhan modal kerjanya. Emisi obligasi ini mempunyai konsekuensi bahwa
perusahaan harus membayar bunga tetap, oleh karena itu dalam mengeluarkan obligasi
ini harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.
2.3.Perputaran Kas
2.3.1. Pengertian Perputaran Kas
Rasio perputaran kas (Cash Turn Over) berfungsi untuk
mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk
membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk
mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan
biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan.
Menuh (2008) menyatakan bahwa : “Perputaran kas merupakan periode
berputarnya kas yang dimulai pada saat kas diinvestasikan dalam komponen modal
kerja sampai saat kembali menjadi kas-kas sebagai unsur modal kerja yang paling
tinggi likuiditasnya.”
Menurut Bambang Riyanto (2001 : 95) menjelaskan bahwa perputaran
kas sebagai berikut : “Perputaran kas merupakan periode berputarnya kas dimulai
pada saat dimana kas itu diinvestasikan dalam modal kerja yang tingkat
likuiditasnya paling tinggi. Ini berarti semakin besar jumlah kas yang dimiliki
perusahaan berarti besar kemungkinan akan semakin rendah perputarannya
perputaran kas dapat dihitung dengan membandingkan antara penjualan dengan
jumlah kas rata-rata.”
Perhitungan untuk perputaran kas,
yaitu:
![]() ![]()
Sumber : Riyanto, 2001
|
2.3.2. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perputaran Kas
Faktor – faktor yang
mempengaruhi perputaran kas bisa melalui penerimaan dan pengeluaran kas. Menurut Bambang Riyanto (2011 : 346) bahwa: Perubahan yang efeknya
menambah dan mengurangi kas dan dikatakan sebagai sumber-sumber penerimaan dan
pengeluaran kas adalah sebagai berikut:
1.
Berkurang dan bertambahnya aktiva lancar selain kas
Berkurangnya aktiva
lancar selain kas berarti bertambahnya dana atau kas, hal ini dapat terjadi
karena terjualnya barang tersebut, dan hasil penjualan tersebut merupakan
sumber dana atau kas bagi perusahaan itu. Bertambahnya aktiva lancar dapat
terjadi karena pembelian barang, dan pembelian barang membutuhkan dana.
2.
Berkurang dan bertambahnya aktiva tetap
Berkurangnya aktiva
tetap berarti bahwa sebagian dari aktiva tetap itu dijual dan hasil
penjualannya merupakan sumber dana dan menambah kas perusahaan. Bertambahnya
aktiva tetap dapat terjadi karena adanya pembelian aktiva tetap dengan
menggunakan kas. Penggunaan kas tersebut mengurangi jumlah kas perusahaan.
3.
Bertambah dan berkurangnya setiap jenis hutang
Bertambahnya hutang,
baik hutang lancar maupun hutang jangka panjang berarti adanya tambahan kas yang
diterima oleh perusahaan. Berkurangnya hutang, baik hutang lancar maupun hutang
jangka panjang dapat terjadi karena perusahaan telah melunasi atau mengangsur
hutangnya dengan menggunakan kas sehingga mengurangi jumlah kas.
4.
Bertambahnya modal
Bertambahnya modal
dapat menambah kas misalnya disebabkan karena adanya emisi saham baru, dan
hasil penjualan saham baru. Berkurangnya modal dengan menggunakan kas dapat
terjadi karena pemilik perusahaan mengambil kembali atau mengurangi modal yang
tertanam dalam perusahaan sehingga jumlah kas berkurang.
5.
Adanya keuntungan dan kerugian dari operasi perusahaan
Apabila perusahaan
mendapatkan keuntungan dari operasinya berarti terjadi penambahan kas bagi
perusahaan yang bersangkutan sehingga penerimaan kas perusahaan pun bertambah.
Timbulnya kerugian selama periode tertentu dapat menyebabkan ketersediaan kas
berkurang karena perusahaan memerlukan kas untuk menutup kerugian. Dengan kata
lain, pengeluaran kas bertambah sehingga ketersediaan kas menjadi berkurang.
2.4.Perputaran Piutang
2.4.1. Pengertian Perputaran
Piutang
Perputaran piutang
adalah rasio yang memperlihatkan lamanya waktu untuk mengubah piutang menjadi
kas (Bambang riyanto, 2008:90). Putaran piutang dihitung
dengan membagi penjualan kredit bersih dengan saldo rata–rata piutang. Piutang
yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan erat dengan volume
penjualan kredit. Perputaran piutang dihitung dengan rumus
:
![]()
Sumber :
Bambang Riyanto 2008;90
|
Piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan
berputar, artinya piutang akan tertagih pada saat tertentu dan akan timbul lagi
akibat penjualan begitu seterusnya. Periode perputaran piutang tergantung pada
panjang pendeknya ketentuan waktu yang dipersyaratkan dalam syarat pembayaran
kredit. Disisi lain, syarat pembayaran kredit juga akan mempengaruhi tingkat
perputaran piutang di mana tingkat perputaran piutang menggambarkan berapa kali
modal yang tertanam dalam piutang berputar dalam satu tahun. Semakin cepat
perputaran piutang menandakan bahwa modal dapat digunakan secara efisien.
Perputaran piutang juga dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
![]()
Sumber : Syamsuddin
2004:49
|
2.4.2.
Klasifikasi Piutang
Banyak perusahan
menjual secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau jasa. Dengan
adanya penjualan kredit maka akan timbul piutang. Menurut Michell Suharli
(2006:202) piutang dapat diklasifikasikan menjadi:
1.
Piutang Dagang (trade receivable), yaitu jumlah piutang
dari pelanggan yang terjadi karena transaksi penjualan barang dan jasa.
2.
Piutang Lain (other receivable), yaitu meliputi piutang
yang berasal bukan dari perdagangan.
3.
Piutang Wesel (notes receivable), yaitu surat pernyataan
berhutang atau janji pelunasan secara tertulis.
Selanjutnya ketiga jenis receivable tersebut
dikelompokan lagi menjadi piutang afiliasi atau tidak afiliasi. Piutang
afiliasi artinya piutang dari perorangan atau organisasi yang memiliki hubungan
istimewa dengan perusahaan. Sedangkan piutang tak terafiliasi artinya piutang dari
perorangan atau entitas bisnis yang bukan pihak yang memiliki hubungan istimewa
dengan perusahaan, yang kita sebut pihak ketiga. Menurut IAI melalui PSAK No. 7
yang disebut pihak yang memiliki hubungan istimewa adalah:
1.
Perusahaan
yang melalui satu atau lebih perantara (intermediaries), mengendalikan
atau dikendalikan oleh atau berada dibawah pengendalian bersama dengan
perusahaan pelapor.
2.
Perusahaan
asosiasi (assiciatied company)
3.
Perorangan
yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan
hak suara di perusahaan pelapor yang berpengaruh secara signifikan dan anggota
keluarga dekat dari perorangan tersebut (yang dimaksud anggota keluarga dekat
adalah mereka yang dapat diharapkan mempengarui atau dipengaruhi perorangan
tersebut dalam transaksinya dengan perusahaan pelapor)
4.
Karyawan
kunci yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk
merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan perusahaan pelapor yang
meliputi anggota dewan komisaris, direksi dan manajer dari perusahaan serta
anggota keluarga dekat orang-orang tersebut.
5.
Perusahaan,
bilamana suatu kepentingan substansial dalam suara dimiliki baik secara
langsung maupun tidak langsung oleh setiap yang diuraikan dalam penjelasan
butir (3) atau butir (4), atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh
signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup perusahaanperusahaan yang
mempunyai anggota manajemen kunci yang sama dengan perusahaan pelapor.”
2.5.Pertumbuhan Koperasi
2.5.1.
Pengertian Pertumbuhan
Laba
Laba secara operasional merupakan
perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama
satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Menurut Harahap
(2005:263) laba merupakan angka yang penting dalam laporan keuangan karena
berbagai alasan antara lain : laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak,
pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan, dasar
dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang
akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan
perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja
perusahaan. Pertumbuhan koperasi dirumuskan :
![]()
Sumber : Warsidi dan Pramuka, 2000
|
2.5.2. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Laba
Menurut Angkoso (2006) menyebutkan bahwa pertumbuhan laba dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain :
1)
Besarnya perusahaan. Semakin besar suatu perusahaan, maka ketepatan pertumbuhan
laba yang diharapkan semakin tinggi.
2)
Umur perusahaan. Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman
dalam menginginkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah.
3)
Tingkat leverage. Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka
manajer cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi ketepatan
pertumbuhan laba.
4)
Tingkat penjualan. Tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi, semakin
tinggi penjualan di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan laba semakin
tinggi.
5)
Perubahan laba masa lalu. Semakin besar perubahan laba masa lalu, semakin
tidak pasti laba yang diperoleh di masa mendatang.
2.6.Profitabilitas
2.6.1. Pengertian Profitabilitas
Bagi perusahaan masalah profitabilitas sangat penting. Bagi
pimpinan perusahaan, profitabilitas digunakan sebagai tolak ukur berhasil atau
tidaknya perusahaan yang dipimpinnya, sedangkan bagi karyawan perusahaan
semakin tinggi profitabilitas yang diperoleh oleh perusahaan, maka ada peluang
untuk meningkatkan gaji karyawan. Menurut Raharjaputra
(2009:195) menjelaskan bahwa Profitabilitas adalah “kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba atau keuntungan dimana hubungannya dengan penjualan, total
aktiva, maupun modal sendiri.” Wiagustini (2010:76)
menjelaskan sebagai berikut : “Profitabilitas adalah menunjkan kemampuan
perusahaan memperoleh laba atau ukuran efeftivitas pengelolaan manajemen
perusahaan.” Menurut Sartono (2010:122) Profitabilitas adalah sebagai berikut: “Profitabilitas
adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan,
total aktiva, maupun modal sendiri.”
2.6.2. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Profitabilitas
Profitabilitas adalah
rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Return On Assets
(ROA) termasuk salah satu rasio profitabilitas. Menurut
kutipan dari Brigham dan Houston (2001:89), rasio profitabilitas (profitability
ratio) menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan
utang terhadap hasil operasi.
1.
Rasio Likuiditas.
2.
Rasio Manajemen aktiva
3.
Rasio Manajemen Utang
2.6.3. Indikator Profitabilitas
1.
Return on Asset (ROA) menggambarkan profitabilitas dari segi aset
yang dimiliki bank. Apabila Return On Asset (ROA) meningkat, berarti
profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah
profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan, 1998). Tujuan
perhitungan rasio ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh asset yang
digunakan dapat menghasilkan laba. Dengan demikian rasio ini untuk mengetahui
keseluruhan hasil sebelum beban bunga utang dibandingkan dengan seluruh asset.
2.
Return On Sales. Return On Sales terdiri dari :
a.
Gross Margin
Rasio ini mengukur
tingkat profitabilitas produk sebelum di bebankan oleh biaya-biaya yang lain.
Sudah seharusnya rasio ini menghasilkan angka positif. Apabila perusahaan pada
laba kotor saja sudah negatif, lalu dari mana lagi perusahaan membayar beban-beban
lainya ? Laba kotor merupakan indikator awal mengenai pencapaian laba
perusahaan. Jarang sekali perusahaan gagal pada tingkat laba kotor.
b.
Operating Margin
Laba usaha (operating
profit,operating income) merupakan indikator perusahaan dalam mencapai laba
dari bisnis utama. Laba usaha belu dipotong dengan beban keuangan (interest/bunga).
Jadi laba usaha menunjukan tingkat laba tanpa di pengaruhi oleh :
·
Struktur modal, apakah lebih banyak utang atau modal sebagai
sumber dana
·
Keputusan investasi disurat berharga (marketable securities).
Atau laba dari afiliasi (income from affiliate)
·
Pajak
c.
Profit Margin
Profit
margin atau net profit margin (laba
bersih) mengukur kemampuan perusahaan dalam rangka memberikan return kepada
pemegang saham.
3.
Return On Equity
Bagi pemilik modal
rasio ini lebih penting ketimbang rasio laba bersih terhadap penjualan, untuk
mengetahui sampai seberapa jauh hasil yang diperoleh dari penanaman modalnya.
Karena, yang dibandingkan adalah laba bersih dengan modal sendiri. Pengertian
modal sendiri adalah semua modal yang tertanam diperusahaan, termasuk
didalamnya adalah saldo laba (laba ditahan). Dengan rasio tersebut pemilik
dapat membandingkan antara di perusahaan satu dengan perusahaan lainnya.
Salah
satu ukuran rasio profitabilitas yang dipergunakan penulis sehubungan
dengan masalah
dalam penelitian ini adalah return on asset. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
![]()
Sumber : Helfert,
1997:83
|
2.7.Pengaruh Perputaran Modal Kerja,
Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Pertumbuhan Koperasi terhadap
Profitabilitas
Pengelolaan
modal kerja yang efektif dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan, modal
kerja dan aktiva perusahaan sangat berperan dalam kinerja perusahaan, sehingga
dibutuhkan pemikiran yang sangat matang dalam memutuskan untuk terjun dalam
berinvestasi dalam modal kerja perusahaan. Menurut
Indiriyo dan Basri (2002;38-39), ada dua pendapat yang menyatakan pengaruh
modal kerja terhadap laba perusahaan:
1.
Pendapat yang pertama, mengatakan bahwa modal kerja yang
berlebihan dapat mengurangi risiko, tetapi juga mengurangi laba/hasil. Pendapat
ini didasarkan pada pengertian bahwa dengan kelebihan modal kerja akan
memerlukan biaya untuk menyimpan/perawatan. Dengan demikian akan menurunkan
laba/hasil
2.
Pendapat yang kedua, mengatakan bahwa modal kerja yang berlebihan
dari cukup akan mengurangi resiko dan menaikkan laba/hasil. Pendapat ini
didasarkan atas pandangan bahwa dengan cukup tersedianya modal kerja maka
kegiatan dapat diarahkan pada pencarian hasil yang lebih tinggi dengan
ekspansi/perluasan usaha.
Menurut
Riyanto (2011) yang menyatakan bahwa kas adalah salah satu unsur modal kerja
yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Semakin besar jumlah kas yang ada di
dalam perusahaan berarti semakin tinggi tingkat likuiditasnya. Ini berarti
bahwa perusahaan mempunyai resiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi
kewajiban finansialnya. Hal ini tidak berarti bahwa perusahaan harus berusaha
untuk mempertahankan persediaan kas yang sangat besar, karena semakin besarnya
kas berarti semakin banyak uang yang menganggur sehingga akan memperkecil
profitabilitas. Perputaran kas merupakan periode berputarnya kas dimulai pada
saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja. Semakin tinggi perputaran
kas akan semakin baik, karena ini berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan
kasnya dan keuntungan yang diperoleh akan semakin besar (Riyanto, 2011).
Menurut
Riyanto (2001) menyatakan bahwa semakin lunak atau semakin lama syarat
pembayarannya, berarti semakin lama modal terikat pada piutang, yang berarti
bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah semakin rendah. Sedangkan menurut
Munawir (2010) menyatakan bahwa makin tinggi ratio perputaran piutang
menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya jika
ratio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga
memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin karena bagian kredit dan penagihan
bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian
kredit.
Pertumbuhan perusahaan dapat menjadi
indikator dari nilai perusahaan. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan perusahaan
menunjukkan sinyal positif dan perkembangan yang baik dimana pertumbuhan suatu
perusahaan tersebut memiliki dampak menguntungkan dan perusahaan juga
mengharapkan rate of return dari
investasi yang dilakukan. Hal ini berarti pertumbuhan
perusahaan menunjukkan pengaruh yang positif terhadap nilai perusahaaan, dimana
semakin baik pertumbuhan perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan.
BAB III
TINJAUAN UMUM
OBJEK PENELITIAN
Dilihat dari
segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata latin yaitu Cum yang
berarti dengan, dan Aperari yang berarti bekerja. Dari dua kata ini,
dalam bahasa Inggris dikenal istilah Co dan Operation, yang dalam
bahasa Belanda disebut dengan istilah Cooperatieve Vereneging yang
berarti bekerja bersama–sama dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Kata
Co Operation kemudian diangkat menjadi istilah ekonomi sebagai Kooperasi yang dibakukan menjadi
suatu bahasa ekonomi yang dikenal dengan
istilah Koperasi, yang berarti organisasi ekonomi dengan keanggotaan yang
sifatnya sukarela.
Sektor Koperasi
dan UKM merupakan salah satu sektor yang mampu menunjukkan kekokohannya dengan
tetap menyerap jutaan lapangan pekerjaan ditengah krisis global yang menimpa
dunia. Pembentukan koperasi
pada tujuannya mensejahterahkan anggotanya, dengan memberikan kemudahan bagi
anggota seperti untuk menyimpan dana dan meminjamnya kembali kepada anggotanya
dengan jumlah bunga dan waktu yang telah disepakati (Sumita, 2016). Koperasi dianggap oleh
pemerintah sebagai alat untuk perkembangan ekonomi negara khususnya dalam
membantu untuk mengurangi kemiskinan di pedesaan dan perkotaan, serta
memecahkan distribusi pendapatan yang tidak merata dan mampu menjembatani
disparitas pendapatan antara pedesaan dan perkotaan (Azmah et al, 2012).
Koperasi mampu
bersaing dengan kekuatan ekonomi lainnya, jika saja koperasi bisa
mengimplementasikan jati dirinya dan mampu menumbuhkan rasa percaya masayarakat
terhadap keberadaan koperasi itu sendiri. Pemerintah Indonesia
saat ini juga sedang gencar membahas tentang ekonomi kerakyatan dan ekonomi
kerakyatan tersebut erat kaitannya dengan koperasi, namun pentingnya peranan
koperasi ternyata belum disadari oleh masyarakat. Menurut Sugiharsono (2009),
banyak masyarakat yang tidak ingin membicarakan perihal koperasi apalagi
mengangkatnya dalam mengatasi permasalahan ekonomi. Hal ini terbukti dengan
kondisi koperasi di Kota Denpasar yang justru sangat memprihatinkan.
Menurut
Sumartana (2015), awal tahun ini ada 10 koperasi di daerah Denpasar yang
dicabut badan hukumnya karena sudah tidak aktif lagi. Berbagai langkah telah
diupayakan untuk menyelamatkan koperasi-koperasi tersebut seperti memberi himbauan
agar usaha koperasi yang jumlah anggotanya stagnan tersebut bergabung
dengan koperasi lain, namun usaha ini tidak membuahkan hasil. Peristiwa ini membuat
jera Kepala Dinas Koperasi dan UKM Denpasar sehingga beliau akan semakin
memperketat pengeluaran izin pendirian koperasi dan lebih berfokus pada
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) baik pengurus maupun pengelola
koperasi yang telah ada. Dinas Koperasi dan UKM Kota Denpasar juga mencatat
pada tahun 2013 ada 103 unit dari 939 koperasi atau sekitar 10 persen dari
total keseluruhan koperasi yang masih tergolong tidak aktif.
Menurut Denpost
(2015) berdasarkan data di Dinas Koperasi dan UKM Kota Denpasar, baru 60 persen
atau sekitar 630 dari 1056 koperasi di Kota Denpasar yang melaksanakan Rapat Anggota
Tahunan (RAT), padahal RAT ini sangat penting sebagai laporan dalam
pertanggungjawaban pengurus kepada anggotanya. Anggota harus mengetahui sejauh
mana pengurus telah melaksanakan apa yang dimandatkan oleh anggotanya. Selain faktor
permodalan, manajemen, dan minimnya partisipasi anggota, pengelolaan yang tidak
baik merupakan salah satu penyebab dari kasus-kasus yang terjadi.
Ditengah
maraknya kasus-kasus yang terjadi di Denpasar, pemerintah Kota Denpasar kini
kian gencar mengembangkan sektor koperasi dan memberikan perhatian serius
kepada dunia perkoperasian yang terbukti dari koperasi primer di Kota Denpasar
mendapatkan peringkat kedua terbanyak setelah Gianyar.
Pengawasan dan
perencanaan yang baik akan membantu dalam pengelolaan koperasi, sama hal nya
dengan koperasi serba usaha. Koperasi ini bergerak mulai dari usaha simpan
pinjam, jasa, dan berbagai jenis usaha lainnya maka disebut dengan Koperasi
Serba Usaha. Seperti kegiatan usaha lain, koperasi serba usaha tidak lepas dari
persaingan badan usaha lain. Untuk
tetap dapat bersaing, koperasi serba usaha dituntut menjalankan usahanya secara
selektif dan efektif,
oleh karena itu maka diperlukan kualitas sumber daya manusia yang memadai untuk
mengatur usaha koperasi, sehingga keberhasilan koperasi dapat tercapai.
Kepala Dinas
Koperasi dan UKM Kota Denpasar menyatakan, bahwa pihaknya sudah mendata ada 81
koperasi dari 1.090 yang ada di Kota Denpasar yang tidak jelas alamat dan
kepengurusannya, hal ini disebabkan tidak adanya pertanggung jawaban
dari pihak pengurus koperasi yang tidak melaporkan status koperasinya kepada
pihak dinas, baik itu status koperasinya aktif atau tidak, status kepengurusan,
maupun pindah alamat. (koperasi.denpasarkota.go.id). Pengawas dan pengurus
koperasi berperan penting dalam mengawasi kebijakan dan pengelolaan koperasi,
untuk menghindari penyimpangan, pengawas dan pengurus dituntut untuk memiliki
sikap yang professional dan mempunyai pengalaman kerja dibidangnya. Oleh karena
itu, kemampuan pengelolaan koperasi di Kota Denpasar perlu ditingkatkan
bersamaan dengan peningkatan kinerja pengurus dan pengawas koperasi.
Berbagai upaya
dilakukan pemerintah untuk menyelamatkan koperasi yang bermasalah seperti
memberi himbauan maupun penyuluhan, selain itu pemerintah juga berfokus pada
permodalan, pemasaran, dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) baik
itu dari organisasi koperasinya, pengelola dan pengurus koperasi yang ada (Ayu
Rani, 2015).
Tabel 3.1 Perkembangan Jumlah
Koperasi Serba Usaha (KSU)
per Kecamatan di Kota Denpasar Tahun
2011-2015
Kecamatan
|
2011
(usaha)
|
2012 (usaha)
|
2013
(usaha)
|
2014 (usaha)
|
2015 (usaha)
|
Denpasar Timur
|
11
|
20
|
20
|
22
|
24
|
Denpasar Selatan
|
18
|
24
|
24
|
27
|
29
|
Denpasar Barat
|
11
|
15
|
15
|
18
|
20
|
Denpasar Utara
|
9
|
15
|
15
|
16
|
19
|
Total
|
49
|
74
|
74
|
83
|
92
|
Sumber: Dinas Koperasi dan UKM Kota
Denpasar, 2016
Data pada Tabel 3.1 menunjukan jumlah koperasi serba usaha (KSU) per
kecamatan di Kota Denpasar pada tahun 2013 tidak ada pertambahan unit usaha
koperasi di Tahun tersebut, karena berdasarkan peraturan UU no. 17 Tahun 2012 diterangkan
“bahwa badan usaha koperasi dibatasi dengan satu jenis kegiatan usaha
tertentu”(Bisnis.com, 2012). Artinya koperasi serba usaha yang terdiri dari
berbagai jenis usaha seperti usaha simpan pinjam, barang, dan jasa harus dipilah
dan memiliki izin berdiri sendiri begitu juga dengan jenis koperasi lainnya.
Oleh karena itu, izin pendirian koperasi serba usaha (KSU) tidak ada dan
diarahkan menjadi koperasi simpan pinjam (KSP), koperasi produksi (KP),
koperasi konsumen (KK) dan koperasi jasa (KJ).
Berdasarkan Tabel 3.1 menunjukan bahwa Kecamatan Denpasar Selatan
memiliki unit usaha koperasi terbanyak 29 unit koperasi serba usaha (KSU),
sedangkan yang terendah ada pada Kecamatan Denpasar Utara dengan jumlah 19 unit
usaha koperasi. Adapun jumlah Koperasi Serba Usaha (KSU) per Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2012 ditunjukkan
seperti pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Jumlah Koperasi Serba Usaha (KSU) per
Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2013
Kabupaten/Kota
|
Tingkat Koperasi
|
Jumlah KSU
|
Jembrana
|
Primer
|
59
|
Tabanan
|
Primer
|
164
|
Badung
|
Primer
|
312
|
Gianyar
|
Primer
|
831
|
Klungkung
|
Primer
|
312
|
Bangli
|
Primer
|
110
|
Karangasem
|
Primer
|
55
|
Buleleng
|
Primer
|
165
|
Denpasar
|
Primer
|
353
|
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2014
Berdasarkan Tabel 3.2 dapat dilihat bahwa koperasi Serba Usaha di
Kota Denpasar ada sebanyak 353 unit. Menurut Kepala Dinas Koperasi Kota
Denpasar, mengingat banyaknya koperasi yang bangkrut maupun tidak aktif maka
saat ini Denpasar sedang fokus untuk menjadi kota koperasi dengan memberikan
perhatian serius pada pengembangan koperasi. Upaya ini dilakukan dengan
meningkatkan kualitas SDM, manajemen, pemasaran, dan teknologi informasi agar
peluang Denpasar untuk menjadi kota koperasi semakin terbuka.
Adapun jumlah Koperasi Serba Usaha (KSU) per Kecamatan di Kota
Denpasar ditunjukkan seperti pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Koperasi Serba Usaha (KSU) per
Kecamatan
di Kota Denpasar Tahun 2013
No
|
Kecamatan
|
Jumlah KSU
|
Jumlah Anggota
|
1
|
Denpasar Barat
|
80
|
8.250
|
2
|
Denpasar Utara
|
72
|
26.814
|
3
|
Denpasar Timur
|
108
|
55.692
|
4
|
Denpasar Selatan
|
93
|
74.256
|
Total
|
353
|
165.012
|
Sumber: Dinas Koperasi dan UKM Kota
Denpasar, 2013
Berdasarkan Tabel 3.3 dapat dilihat bahwa Kecamatan Denpasar Selatan
memiliki jumlah anggota terbanyak yaitu 74.256 orang dengan jumlah koperasi
sebanyak 93 unit. Kecamatan Denpasar Timur memiliki jumlah koperasi serba
usahanya terbanyak tetapi ternyata jumlah anggotanya justru lebih sedikit
dibandingkan dengan Kecamatan Denpasar Selatan. Ini berarti masyarakat di
Kecamatan Denpasar Selatan memiliki antusias yang tinggi untuk bergabung dalam
koperasi dan diharapkan pula agar memiliki tingkat partisipasi yang tinggi
dalam koperasi.
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam deskripsi penelitian ini akan diuraikan data-data yang
telah dikumpulkan terkait variabel-variabel yang menjadi fokus dalam penelitian
ini meliputi perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang,
pertumbuhan koperasi dan profitabilitas koperasi serba usaha di Kecamatan Denpasar
Selatan periode 2012-2014.
Data diperoleh dari sampel yang ditentukan dengan metode purposive sampling. Dari 97 koperasi serba usaha di Kecamatan Denpasar
Selatan diperoleh 24 koperasi yang
memenuhi semua kriteria yang telah ditetapkan dan akan dikalikan 3 untuk tiap tahun
pengamatan sehingga terdapat 72 pengamatan yang akan dianalisis.
Tabel 4.1
Analisis Deskriptif
|
|
N
|
Min
|
Max
|
Mean
|
Std. Deviation
|
|
Perputaran
Modal Kerja
|
72
|
.019
|
1.989
|
.80136
|
.484637
|
|
Perputaran
Kas
|
72
|
.010
|
.789
|
.22406
|
.130580
|
|
Perputaran
Piutang
|
72
|
.028
|
1.580
|
.93963
|
.293389
|
|
Pertumbuhan
Koperasi
|
72
|
.030
|
9.559
|
.57499
|
1.217102
|
|
Profitabilitas
|
72
|
.002
|
.097
|
.02928
|
.021282
|
|
Valid N
(listwise)
|
72
|
|
|
|
|
Sumber: data sekunder diolah, (2015)
|
Berdasarkan tabel 4.1 tersebut dapat diketahui bahwa nilai
rata-rata perputaran modal kerja yaitu 0,80136 dengan nilai yang positif, hal
ini ditandai dengan nilai maksimum sebesar 1,989 dan minimum sebesar 0,019
serta nilai standar deviasi 0,484637 lebih kecil dari rata-rata perputaran
modal kerja menunjukkan bahwa tidak adanya perputaran modal kerja yang terlalu
tinggi maupun terlalu rendah selama periode pengamatan. Nilai rata-rata perputaran kas yaitu
0,22406 dengan nilai yang positif, hal ini ditandai dengan nilai maksimum sebesar
0,789 dan minimum sebesar 0,010 serta nilai standar deviasi 0,130580 lebih
kecil dari rata-rata perputaran kas menunjukkan bahwa tidak terjadi fluktuasi
perputaran kas selama periode pengamatan. Nilai rata-rata perputaran piutang
yaitu 0,93963 dengan nilai yang positif, hal ini ditandai dengan nilai maksimum
sebesar 1,580 dan minimum sebesar 0,028 serta nilai standar deviasi 0,293389
lebih kecil dari rata-rata perputaran piutang menunjukkan bahwa tidak terjadi
fluktuasi perputaran piutang selama periode pengamatan. Nilai rata-rata pertumbuhan koperasi
yaitu 0,57499 dengan nilai yang positif, hal ini ditandai dengan nilai maksimum
sebesar 9,559 dan minimum sebesar 0,030 serta nilai standar deviasi 1,217102
lebih besar dari rata-rata pertumbuhan koperasi menunjukkan bahwa terjadi fluktuasi
pertumbuhan
koperasi
selama periode pengamatan. Nilai rata-rata profitabilitas yaitu
0,02928 dengan nilai yang positif, hal ini ditandai dengan nilai maksimum
sebesar 0,097
dan minimum sebesar 0,002 serta nilai standar deviasi 0,021282 lebih kecil dari
rata-rata profitabilitas menunjukkan bahwa tidak terjadi fluktuasi
profitabilitas selama periode pengamatan. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel residual mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal.
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas
|
|
Unstandardized
|
|
|
Residual
|
N
|
|
72
|
Normal Parametersa,,b
|
Mean
|
.0000000
|
|
Std. Deviation
|
.01513081
|
Most Extreme Differences
|
Absolute
|
.055
|
|
Positive
|
.055
|
|
Negative
|
-.048
|
Kolmogorov-Smirnov Z
|
|
.468
|
Asymp.
Sig. (2-tailed)
|
|
.981
|
Sumber:
data sekunder diolah, (2015)
|
|
Dapat dilihat dengan cara membandingkan antara tingkat
signifikansi yang didapat dengan tingkat alpha yang digunakan, dimana data
tersebut dikatakan berdistribusi normal bila nilai Asymp.sig > alpha, yang dapat dilihat dari Kolmogorov-Smirnov test (Ghozali, 2012:141). Tabel 4.2 Menunjukkan bahwa nilai
Asymp. Sig sebesar 0,981 > α =
0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi dengan normal.
Uji multikolinieritas dimaksudkan untuk membuktikan atau
menguji ada atau tidaknya hubungan yang linier (multikolinearitas) antara variabel bebas (independen) satu dengan variabel bebas
yang lain. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat hasil dari nilai tolerance di atas 0,1 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) di bawah 10 yang berarti
tidak terdapat gejala multikolinearitas (Algifari, 2000:84).
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas
No
|
Variabel
|
Nilai Tolerance
|
Nilai VIF
|
1.
|
Perputaran modal kerja
|
0,847
|
1,181
|
2.
|
Perputaran kas
|
0,873
|
1,146
|
3.
|
Perputaran piutang
|
0,863
|
1,158
|
4.
|
Pertumbuhan koperasi
|
0,863
|
1,159
|
Sumber : data sekunder diolah, (2015)
Hasil uji multikolinearitas pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai tolerance variabel bebas berada di atas
0,1 dan nilai VIF berada di bawah 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa model tidak
terdapat gejala multikolinearitas.
Uji autokolerasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan
kesalahan penggangu pada periode t-1 (sebelumnya). Uji autokolerasi dapat
dilakukan dengan uji Durbin-Watson (DW-test atau d statistic). Model regresi yang baik adalah yang bebas dari
autokolerasi (Ghozali, 2006:61). Kriteria dari nilai Durbin Watson yang
menyatakan bebas dari autokorelasi adalah dU < D-W < 4-dU. Analisis menggunakan software SPSS 17.0 for Windows menghasilkan output :
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokolerasi
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R
|
Std. Error the
|
Durbin-Watson
|
Square
|
Estimate
|
||||
1
|
0,703
|
0,495
|
0,464
|
0,015576
|
1,761
|
Sumber: data sekunder diolah, (2015)
Hasil uji Durbin-Watson menghasilkan nilai sebesar 1,761;
sedangkan dalam table Durbin Watson untuk k= 4 dan N = 72, besar Durbin Watson
tabel adalah : dL (batas luar) = 1,70 dan dU (batas dalam) = 1,49; 4 – dU =
2,30 dan 4 –dL = 2,51. Oleh karena itu nilai D-W 1,761 berada
dalam kriteria bebas autokorelasi (dU < D-W < 4 – dU), maka dapat
disimpulkan model regresi bebas dari autokorelasi.
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui bahwa pada model
regresi terjadi ketidaksamaan varian. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heterokedastisitas digunakan model glejser, dengan syarat nilai signifikansi
berada di atas 0,05 yang berarti tidak terdapat heteroskedastisitas (Ghozali,
2012:139).
Tabel 4.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
No
|
Variabel
|
Sig.
|
Keterangan
|
1.
|
Perputaran modal kerja
|
0,164
|
Bebas heteroskedastisitas.
|
2.
|
Perputaran kas
|
0,810
|
Bebas heteroskedastisitas.
|
3.
|
Perputaran piutang
|
0,721
|
Bebas heteroskedastisitas.
|
4.
|
Pertumbuhan koperasi
|
0,303
|
Bebas heteroskedastisitas.
|
Sumber: data sekunder diolah, (2015)
Dalam Tabel 4.5 memperlihatkan tingkat signifikansi tiap
variabel bebas di atas 0,05 sehingga dapat disimpulkan model regresi terbebas
dari heteroskedastisitas.
Untuk mengetahui pengaruh perputaran modal kerja, perputaran
kas, perputaran piutang, pertumbuhan koperasi terhadap profitabilitas, maka
digunakan analisis statistik regresi linier berganda, t-test dan F-test.
Tabel 4.6
Rekapitulasi Hasil Olahan SPSS
Nama Variabel
|
Koefisien
|
t-test
|
Sig. t
|
|
Regresi
|
||||
Perputaran modal kerja
|
0,011
|
2,629
|
0,011
|
|
Perputaran kas
|
0,057
|
3,751
|
0,000
|
|
Perputaran piutang
|
0,016
|
2,426
|
0,018
|
|
Pertumbuhan Koperasi
|
0,005
|
2,804
|
0,007
|
|
Konstanta
|
- 0,010
|
|||
R
|
0,703
|
|||
R square
|
0,495
|
|||
F hitung
|
16,388
|
|||
F sig
|
0,000
|
|||
Sumber: data sekunder diolah, (2015)
Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa besarnya nilai R square adalah sebesar 0,495 ini berarti
pengaruh variabel perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang, pertumbuhan
koperasi terhadap profitabilitas mempunyai nilai determinasi sebesar
49,5% sedangkan sisanya sebesar 50,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
masuk dalam model penelitian.
Dari Tabel 4.6 dapat dilihat nilai koefisien
regresi dari variabel bebas perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran
piutang, pertumbuhan koperasi dan konstanta variabel terikat profitabilitas,
maka diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
Y = - 0,010 + 0,011 (X1) + 0,057 (X2) + 0,016 (X3) + 0,005 (X4) + e....(1)
Berdasarkan persamaan tersebut, maka variabel perputaran
modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang, pertumbuhan koperasi
berpengaruh terhadap profitabilitas pada koperasi.
Diketahui konstanta besarnya -0,010 mengandung arti jika
variabel perputaran modal kerja (X1), perputaran kas (X2),
perputaran piutang (X3), pertumbuhan koperasi (X4) tidak
berubah, maka profitabilitas (Y) tidak mengalami perubahan atau sama dengan
0,010.
β1 = 0,011; berarti apabila variabel perputaran modal kerja
(X1) meningkat, maka akan mengakibatkan peningkatan pada
profitabilitas (Y), dengan asumsi variabel bebas yang lain dianggap konstan. β2 = 0,057; berarti apabila variabel
perputaran kas (X2) meningkat, maka akan mengakibatkan
peningkatan pada profitabilitas (Y), dengan asumsi variabel bebas yang lain
dianggap konstan. β3 = 0,016; berarti apabila variabel perputaran piutang (X3)
meningkat, maka akan mengakibatkan peningkatan pada profitabilitas (Y), dengan
asumsi variabel bebas yang lain dianggap konstan. β4 = 0,005; berarti apabila variabel
pertumbuhan koperasi (X4) meningkat, maka akan mengakibatkan
peningkatan pada profitabilitas (Y), dengan asumsi variabel bebas yang lain
dianggap konstan.
Hasil Uji Anova F
hitung sebesar 16,388 dengan nilai signifikan sebesar 0,000 maka Ho ditolak.
Ini berarti variabel perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang
dan pertumbuhan koperasi berpengaruh secara simultan terhadap
variabel profitabilitas.
Untuk melihat pengaruh variabel perputaran modal kerja,
perputaran kas, perputaran piutang dan pertumbuhan koperasi terhadap variabel profitabilitas
secara parsial maka dilakukan uji hipotesis yaitu uji-t. Pada Tabel 4.6 dapat
dilihat hasil uji-t dengan program SPSS 17.0
for Windows.
Oleh karena t hitung sebesar 2,629 dengan nilai sig 0,011 < α (0,05) maka H0 ditolak.
Hal ini berarti variabel perputaran modal kerja berpengaruh positif signifikan
secara parsial terhadap variable profitabilitas. Oleh karena t hitung sebesar 3,751
dengan nilai sig 0,000 < α (0,05) maka Ha diterima. Hal ini
berarti variabel perputaran kas berpengaruh positif dan signifikan secara
parsial terhadap variabel profitabilitas. Oleh karena t hitung sebesar 2,426
dengan nilai sig 0,018 < α (0,05) maka H0 ditolak.
Hal ini berarti variabel perputaran piutang berpengaruh positif dan signifikan
secara parsial terhadap variabel profitabilitas. Oleh karena t hitung sebesar 2,804
dengan nilai sig 0,007 <α (0,05) maka Ha diterima. Hal ini berarti variabel
pertumbuhan koperasi berpengaruh positif signifikan secara parsial terhadap
variabel profitabilitas.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan variabel perputaran
modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang dan pertumbuhan koperasi
berpengaruh secara simultan terhadap variabel profitabilitas. Pembahasan untuk
masing-masing hasil uji hipotesis akan dijabarkan sebagai berikut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perputaran modal kerja berpengaruh positif signifikan
secara parsial terhadap profitabilitas yang berarti apabila perputaran modal
semakin meningkat maka dapat meningkatkan profitabilitas pada koperasi. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Azlina (2009) dan Jodie (2012) yang menunjukkan bahwa modal kerja
berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perputaran kas
berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap profitabilitas yang
berarti peningkatan pada perputaran kas akan diikuti oleh peningkatan pada
profitabilitas koperasi. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Rahma (2011), Putra (2012), Raheman dan Nasr (2007), Teruel dan
Solano (2007) yang menyatakan bahwa tingkat perputaran kas berpengaruh terhadap profitabilitas. Semakin tinggi perputaran kas ini
akan semakin baik, ini berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan kasnya dan
keuntungan yang diperoleh akan semakin besar (Riyanto,2001).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perputaran piutang
berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap profitabilitas yang
berarti peningkatan pada perputaran piutang akan berpengaruh pada peningkatan
profitabilitas koperasi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian dari Putra
(2010), Wijaya (2012), Santoso dan Nur (2008) yang menyatakan bahwa tingkat
perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas. Riyanto (2001:90) menyatakan
perputaran piutang menunjukkan periode terikatnya modal kerja dalam piutang
dimana semakin cepat periode berputarnya menunjukkan semakin cepat perusahaan
mendapatkan keuntungan dari penjualan kredit tersebut, sehingga profitabilitas
perusahaan juga ikut meningkat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertumbuhan Koperasi
berpengaruh positif signifikan secara parsial terhadap variabel profitabilitas
yang berarti apabila pertumbuhan koperasi semakin meningkat maka dapat
meningkatkan profitabilitas koperasi. Hasil penelitian didukung Kusumajaya
(2011), dan Noerirawan (2012) bahwa pertumbuhan koperasi berpengaruh terhadap
profitabilitas.
BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
1. Hasil uji Anova
F hitung sebesar 16,388 dengan nilai sig sebesar 0,000 maka Ho ditolak. Ini berarti
variabel perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang dan
pertumbuhan koperasi berpengaruh secara simultan terhadap variabel
profitabilitas. Untuk melihat pengaruh variabel perputaran modal kerja,
perputaran kas, perputaran piutang dan pertumbuhan koperasi terhadap variabel
profitabilitas secara parsial dilakukan uji hipotesis yaitu uji-t. t1
sebesar 2,629 dengan nilai sig 0,011 < α (0,05) maka H0 ditolak.
t2 sebesar 3,751 dengan nilai sig 0,000 < α (0,05) maka Ha diterima. t3
sebesar 2,426 dengan nilai sig 0,018 < α (0,05) maka H0 ditolak.
t4 sebesar 2,804 dengan nilai sig
0,007 < α (0,05) maka Ha diterima.
5.2.Saran
1. Peneliti
selanjutnya diharapkan menggunakan jenis koperasi yang lain seperti Koperasi Simpan Pinjam dan lain-lain
dengan wilayah penelitian yang berbeda sehingga
diperoleh hasil yang lebih variatif. Pihak manajemen koperasi serba usaha agar memperhatikan rasio perputaran
modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang
dan pertumbuhan koperasi, karena rasio perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang, pertumbuhan
koperasi terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas dan diharapkan untuk melaporkan RAT
setiap tahun ke Dinas Koperasi.
DAFTAR PUSTAKA
Algifari.
2000. Analisis Regresi Teori, Kasus dan Solusi. Yogyakarta: BPFE.
Azlina, 2009. Pengaruh Tingkat Perputaran Modal,
Struktur Modal, dan Skala PerusahaanTerhadap Profitabilitas. Jurnal Vol. 1 No.
2 Hal 107-114.
Devita,
Elisa. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rasio Profitabilitas Pada Perusahaan Food And Beverages Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.Jurnal Forum Manajemen, Vol 1. 6, No. 1.
Gemima,
Samsuri, Indra Cahya Kusuma. 2013. Keunggulan Bersaing Koperasi Berkaitan
DenganPenerapan Intelectual Capital, Manajemen Keanggotaan dan Partisipasi
Anggota. Jurnal Vol. 15, NO. 2, September 2013.
Ghosali,
Imam. 2006. “Aplikasi Analisis Multivariante dengan Program SPSS”. Edisi
Keempat. Semarang: UNDIV.
Hadinata,
Ngakan Putu Teja. 2015. Pengaruh Tingkat Perputaran Kas, Perputaran Piutang,
Likuiditas, dan Pertumbuhan Koperasi Pada Rentabilitas di Koperasi Pasar Srinadi Klungkung
Tahun 2012-2014. SkripsiFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Bali.
Helfert,
Erich A. 1997. Teknik Analisis Keuangan.
Edisi Kedelapan. Jakarta : Erlangga.
Horton,
S. 2000. Introduction-The Competency Movement: Its Origins and Impact on The
Public Sector, The International Journal ofPublic Sector Management, 13(4):
306-318.
Jumingan.
2006. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta:PT Bumi Aksara.
Kadir,
Hainim. 2012. Optimalisasi Pengaruh dan Eksistensi Koperasi sebagai Soko Guru
Perekonomian Daerah. Jurnal Volume 20. Jurusan Ilmu Ekonomi Prodi Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Riau.
Kasmir.
2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta:PT Rajagrafindo Persada.
Kusumajaya,
Dewa Kadek Oka. 2011. Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan
terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia. Skripsi FEB UNUD.
Lazaridis
and Tryfonidis. 2006. The relationship between working capital management and
profitability of listed companies in the Athens Stock Exchange. Journal of Business
Finance & Accounting, Vol. 19, No. 1, pp. 1 – 12No. 1, hal. 86 – 96.
Leunupun,
Pieter. 2003. Profitabilitas ekuitas dan beberapa faktor yang mempengaruhinya
(studi pada beberepa KUD di kota ambon). Jurnal akuntansi & keuanganVol. 5
No. 2, hal. 133-149.
Mohamad,
Noriza. 2010. Working Capital Management: The Effect of Market Valuation and
Profitability in Malaysia.Journal of Business and Management. 5 (11). pp.
140-147.
Noerirawan,
Abdul Muid. 2012. Pengaruh Faktor Internal dan eksternal Perusahaan terhadap
Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
BEI periode 2007-2010). Jurnal Akuntansi, 1(2): h: 1-12. Diponegoro.
Nurcahyo,
Nico. 2009. Analisis Kinerja Likuiditas, Aktivitas, Rentabilitas, Dan Analisis
Hubungan Modal Kerja Terhadap Laba Perusahaan Pada 1941 Industry Otomotif Di BEI Periode
2006-2008. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.
Putra,
Lutfi Jaya. 2012. Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas
(Studi Kasus : PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.). Jurnal Ekonomi Gunadarma. 9
(1) pp. 1-10.
Raheman,
Abdul and Mohamed Nasr. 2007. “Working Capital Management And Profitability –
Case Of Pakistani Firms”. Journal of Business Research Papers, Vol.3 No 1, pp.
279 – 300
Rahma,
Aulia. 2011. Analisis Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas
Perusahaan. Jurnal Ekonomi.
Rajesh, Reddy. 2011. Impact of Working
Capital Management on Firm’s Profitability. Journal of Finance and Management. 3 (1). pp. 151 - 158.
Riyanto,
Bambang. 2001. Dasar – dasar Pembelajaran. Edisi Keempat.
Yogyakarta:BPFE.
Santoso,
Rahmat Agus dan Mohammad Nur. 2008. “Pengaruh Perputaran Piutang dan
Pengumpulan Piutang Terhadap Likuiditas Perusahaan Pada CV. Bumi Sarana Jaya Di
Gresik”. Jurnal Vol. 6, No. 1, hal. 37 – 54.
Singagerda,
Faurani. 2004. Analisis Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Dan
Rentabilitas Pada Koperasi “Mandalika” Mataram Nusa Tenggara Barat. Jurnal
Manajemen Keuangan. 2 (1).
Sugiyono.
2013. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Teruel,
Pedro Juan Garcia and Pedro Martinez Solano. 2007. Effect Of Working Capital Management On SME
Profitability. Journal of Managerial Finance. 3 (2). pp. 1-20.
Ulrich, D. 1998. Delivering Results, A New Mandatefor
Human Resource Professionals; Boston: HarvardBusinessSchool Press.
Undang-Undang
No. 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian.
Undang-Undang
No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian.
Warsidi,
Bambang Agus Pramuka.2000.”Evaluasi Kegunaan Rasio Keuangan dalam Memprediksi
Perubahan Laba di Masa yang Akan Datang.”Jurnal Akuntansi, Manajemen dan
Ekonomi.Volume 2 No 1.
Wiagustini,
Ni luh Putu. 2010. Dasar – Dasar Manajemen Keuangan. Denpasar. Udayana University Press.
Wijaya,
Anggita Langgeng. 2012. Pengaruh Komponen Working Capital Terhadap
Profitabilitas Perusahaan. Jurnal Dinamika Akuntansi. 4 (1). pp. 20-26.
Wild, Subramanyam, Halsey.2005. Analisis Laporan
Keuangan. Buku 1.Edisi 8.Salemba Empat. Jakarta
Yunawati,
Ade Gusweni. 2013. Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Pada Koperasi
Pegawai Republik Indonesi di Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu
2008-2012.JurnalIlmiah Renggagading, Vol. 2 No. 1.
No comments:
Post a Comment