1/03/2018

MAKALAH MSI (MAKALAH Kebutuhan Manusia Terhadap Agama)



BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Manusia adalah ciptaan tuhan yang maha esa sebagai pemimpin dibumi yang secara biologis di bekali akal dan pikiran. Kehidupan manusia sendiri sangatlah konflek, begitu pula hubungan manusia sangatlah luas. Hubungan tersebut bisa terjadi antara manusia dengan manusia,manusia dengan alam, dan manusia dengan sang penciptanya. Setiap hubungan tersebut harus berjalan selalaras dan seimbang. Selain itu manusia di ciptakan secara sempurna penciptaan. Dengan sebaik-baik bentuk yang dimiliki.
B.     Rumusan Masalah
Hal-hal yang berkaitan dengan manusia dan agama, pentingnya agama terhadap manusia serta rasa memiliki terhadap pencipta dan agamanya.
C.     Tujuan
Menyampaikan hal-hal yang berkaitan tentang pentingnya agama terhadap manusia untuk menambahkan rasa cinta terhadap sang pencipta yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari agar memiliki rasa tanggung jawab sebagai mahluk yang bermoral dan memiliki akal pikiran

















BAB II
PEMBAHASAN
Agama
A.    Pengertian
Menurut A. Mukti Ali bahwa pengalaman agama adalah soal batini, subjektif dan soal individualis sifatnya. Kedua, orang sangat emosional dalam membicarakan agama karena itu setiap pembahasan tentang arti agama selalu ada emosi yang melekat erat sehingga kata agama sulit untuk didefinisikan. Ketiga, konsepsi tentang agama dipengaruhi oleh tujuan dari orang yang memberikan definisi tersebut.
Ketuhanan
A.     Pengertian
Ketuhanan berasal dari kata tuhan yang dipahami sebagai roh mahakuasa dan asas dari suatu kepercayaan. Tetapi tidak ada kesepakatan bersama mengenai konsep ketuhanan,sehingga ada berbagai konsep tentang ketuhanan meliputi teisme, deisme, panteisme dan lain-lain. Menurut filsafat perennial, yang menganggap adanya satu kebenaran teologis yang mendasari segalanya, yang diamati oleh berbagai agama dan sudut pandang pandang yang berbeda-beda, agama-agama di dunia menyembah satu tuhan yang sama, namun melalui konsep dan pencitraan mental yang berbeda-beda mengenai-Nya[1]
B.     Konsep-konsep ketuhanan
Kepercayaan pada adanya tuhan adalah dasar yang paling utama sekali dalam paham keagamaan. Tiap-tiap agama terkecuali budhisme yang asli dan beberapa agama lain berdasar pada kepercayaan terhadap sesuatu kekuatan gaib. Sehingga bisa dikatakan bahwa setiap agama harus memiliki tuhan. Konsep tentang tuhan ada berbagai macam diantaranya :
1.      Dinamisme
Dinamisme berasal dari kata yunani dynamis yang di dalam bahasa Indonesia di sebut kekuatan. Yaitu benda-benda yang berada di sekeliling yang memiliki kekuatan batin yang misterius. Berbagai masyarakat primitif di dunia  menyebut kekuatan batin ini dengan berbagai nama. Orang malanesia menyebutnya “mana”,orang jepang “kami”, orang india “hari,shakti dan sebagainya” orang afrika  “oudah” dan orang orang Indian amerika “wakan,orenda dan maniti” di Indonesia sendiri kekuatan batin biasanya di sebut ”tuah”. namun kebanyakan orang biasa menyebut mana.


Mana mempunyai 5 sifat :
1.      Mana mempunyai kekuatan.
2.      Mana tak dapat dilihat
3.      Mana tidak mempunyai tempat yang tetap.
4.      Mana pada dasarnya tidak mesti baik dan tidak pula buruk.
5.      Mana terkadang dapat dikontrol terkadang juga tidak dapat dikontrol.[2]
Orang berusaha memperoleh mana untuk dirinya sendiri Jantung manusia hewan dan tumbuhan di percaya menjadi tempat bersarangnya mana, oleh karena itu orang primitif memakan benda-benda yang dianggap memiliki mana agar pemakannya memperoleh mana yang ada pada manusia dan binatang tersebut.
Tujuan manusia primitif yang memakai paham dinamisme ini berusaha untuk mendapatkan mana sebanyak banyaknya, mereka percaya bahwa dengan bertambahnya mana akan terjamin keselamatannya. dan apabila mana berkurang maka akan semakin berbahaya kedudukan orang tersebut.
2.      Animisme
Animisme berasal dari kata anima yang artinya roh. sehingga animisme adalah suatu kepercayaan bahwa semua benda baik yang benyawa maupun tidak bernyawa mempunyai roh. Menurut orang primitif, roh ini berbeda dengan roh yang di maksud oleh masyarakat di masa sekarang menurut mereka roh tersusun dari suatu materi  yang “halus” sekali. Menyerupai uap atau udara.
Dalam kepercayaan ini roh memiliki sifat. Dimana roh bisa merasa senang dann juga bisa merasa marah. Orang yang pandai dalam mengambil hati para roh adalah dukun atau ahli ilmu sihir. Mereka percaya bahwa roh bisa di usir oleh dukun umpamanya seperti gunung yang meletus terdapat sebuah roh yang mengamuk. Seterusnya dukun tersebut dianggap memiliki kepintaran untuk menangkap roh-roh jahat tersebut kedalam benda.
3.      Politeisme
Menurut kepercayaan ini suatu kekuatan gaib bisa menjadi roh yang mempunyai kekuatan gaib. demikian juga peningkatan roh, nenek moyang bisa menjadi dewa dan tuhan. Dalam agama ini perbedaan dewa dan roh hanya perbedaan dalam derajat kekuasaan. Dewa lebih berkuasa,lebih tinggi dan lebih mulia dan penyembahannya pun lebih umum dari roh. roh-roh bisa meningkat menjadi dewa dengan cara-cara penyembahan yang teratur.
     Diantara dewa-dewa lain, mereka memiliki dewa utama yang memiliki kududukan tertinggi. Ketika suatu kota menjadi ibukota maka dewanya ikut mempunyai kedudukan tertingi diantara dewa-dewa lainnya. contohnya dewa amon menjadi dewa tertinggi di mesir karena thebes menjadi ibukota, dan Jupiter di roma.
Politeisme ialah menyembah tuhan banyak. Perbedaan antara seorang monoteis dan politeis bukan terletak pada paham satu dan banyaknya tuhan, dan juga pada bentuk dan kepercayaan masing-masing. Pemikiran seorang politeis adalah sesuatu yang bersifat misterius itu di dewakan.
4.      Henoteisme
Henoteisme atau monolatry diambil dari kata heno yaitu satu dan latreuin paham ketuhanan dalam henoteisme ini adalah dimana tuhan utama diganti menjadi tuhan tunggal atau tuhan satu. Namun mereka tidak mengingkari adanya dewa-dewa bagi bagi agama lain Dalam sejarah barat tentang nabi sulaiman disebutkan bahwa salomon cukup kaya untuk mempunyai banyak istri yang memeluk agama-agama lain, dan tiap istri menyembah tuhannya masing-masing. Salomon membolehkan patung-patung dewa istrinya disembah dan disimpan di istananya.
5.      Monoteisme
Dalam masyarakat yahudi henoteisme mengalami peningkatan menjadi monoteisme. Peningkatan ini teradi pada abad ke-8 sebelum nabi isa. Yahwe di pandang lebih berkuasa dari tuhan agama-agama atau bangsa-bansa lain.
6.      Deisme
Monoteisme bisa berbentuk deisme atau teisme. Menurut paham deisme tuhan berada jauh diluar alam. Dan setelah alam diciptakan tuhan tidak memperhatikannya dan alam berjalan dengan sendirinya. Alam berjalan dengan peraturan-peraturan yang tak berubah-ubah. Maka tuhan tidak dekat dengan alam bahkan antara alam dan tuhan terdapat jurang. Paham ini timbul pada abad ke 17 dari falsafat newton (1642-1727)
7.      Panteisme
Pan berarti seluruh. Panteisme dengan demikian mengandung arti seluruhnya tuhan. Menurut paham ini benda-benda yang dapat ditangkap dengan pancaindera adalah bagian dari tuhan. Maka paham ini bertentangan dengan paham deisme, Dimana tuhan dekat sekali dengan alam. Dala panteisme tuhan yang maha agung itu hanya satu, dan tak berubah.
8.      Teisme
Teisme sepaham dengan deisme bahwa tuhan itu berada di luar alam. Namun juga sependapat dengan panteisme yang menyatakan bahwa tuhan, sungguhpun berada diluar alam juga dekat pada alam. Dalam paham ini alam tidak bersandar kepada aturan-aturan yang tak berubah-ubah. Namun alam bersandar atas kehendak mutlak tuhan.[3]
9.      [4]Naturalisme
paham naturalisme adalah tingkatan dari paham deisme, dimana menurut paham naturalisme, alam ini berdiri sendiri, serba sempurna, beredar dan beroperasi menurut sifat-sifat yang terdapat dalam dirinya sendiri, menurut aturannya, yaitu menurut hukum sebab dan musabab.dengan kata lain paham naturalisme tidak bergantung kepada kekuatan gaib dan super natural.
10.  Ateisme
Paham ateisme adalah tingakatan dari paham naturalisme. Ateisme adalah kepercayaan bahwa tidak adanya tuhan. Keterangan bahwa tidak adanya tuhan dikarenakan           dan wahyu tidak memuaskan. Banyak eksperimen eksperimen natural yang menunjukan pada kegagalan. Seperti binatang-binatang yang telah beribu-ribu tahun hidup dan berevolusi mencapai kesempurnaanya. Tetapi akhirnya akan hancur seluruhnya dikarenakan tuhan tidak menciptakan alam dengan sempurna.
11.  Agnostisisme
Paham angnostisisme disebut juga skeptisisme (ragu-ragu) adalah paham yang ragu dengan adanya tuhan. Menurut agnostisisme manusia tidak akan sanggup memperoleh pengetahuan tentang tuhan.
Menurut Thomas henry Huxley (1825-1895), sebagai lawan dari kata ‘gnostic’ yang mengatakan bahwa pengetahuan positif tentang tuhan dapat diperoleh manusia. Namun menurut kaum agama mengatakan bahwa mereka memperoleh pengetahuan positif dan pasti (gnosis) tentang tuhan.









IBADAH
A.    Hakikat Ibadah
Muhammad Al-Ghazali dalam bukunya, Raka’iz Al-Iman Baina Al-‘Aql wa Al-Qalb mengutip pendapat Ja’far Ash-Shadiq tentang hakikat ibadah, yaitu bahwa ibadah yang sesungguhnya baru dapat mewujud bila seseorang memenuhi tiga hal: pertama, tidak menganggap apa yang berada dalam genggaman tangannya (kewenangannya) sebagai milik pribadinya, karena seorang ‘abd tidak memiliki sesuatu-sesuatu pun, apa yang dimilikinya adalah milik siapa kepadanya ia mengabdi. Kedua,,menjadikan aktifitasnya berkisar kepada apa yang diperintahkan oleh siapa yang kepada-Nya ia beribadah atau mengabdi serta menjauhi larangan-Nya. Ketiga,tidak mendahului-Nya dalam mengambil keputusan, serta mengaitkan segala apa yang hendak dilakukannya dengan izin serta restu siapa yang kepada-Nya ia beribadah.
Allah swt adalah wujud yang Mahaagung, Mahakuat, dan amat dibutuhkan oleh semua makhluk. Oleh karena itu, puncak dari ketundukan harus diarahkan hanya kepada-Nya semata.
B.     Ibadah Mahdah
Ibadah mahdah sering berfungsi memperkenalkan suatu agama, karena ia tampak di permukaan, dipraktikkan dengan jelas oleh penganut agama sehingga menjadi tanda bagi agama dan keberagaman seseorang.
Ibadah mahdah merupakan amalan yang bersifat tanqifi yakni ditetapkan berdasarkan petunjuk Allah dan/atau Rasul-Nya, sehingga ia harus diterima dan dilaksanakan sebagaimana adanya.
Istilah  “ibadah mahdah” tidak dikenal pada awal kehadiran Islam. Istilah ini baru diperkenalkan oleh para ulama fiqih (hukum islam)  untuk tujuan sistematisasi uraian-uraian hukum atau pembagian teknis materi pembahasan terpaksa memilah-milih uraian. Pemilihan itu mereka lakukan berdasarkan aktifitas manusia,misalnya untuk masalah jual-beli. Gadai dan sebagainya.
Di dalam masalah ibadah mahdah inilah tampak jelas manfaat wahyu dan kebutuhan manusia kepada bimbingannya, yakni dalam hal –hal yang tidak dapat dijangkau oleh nalar [5]manusia. Sebab, seandainya ia terjangkau oleh nalar, maka seperti ditulis oleh filosof  Al-Farabi “lebih wajar bila ia diserahkan saja kepada akal manusia. Namun kenyataannya tidak demikian . kehadiran wahyu melalui para nabi membuktikan bahwa ada hal-hal yang tidak terjangkau oleh daya nalar manusia”. Jika, demikian maka pemberitaan wahyu dalam hal ibadah mahdah atau peristiwa-peristiwa hari kemudian dan semacamnya, harus diterima sebagaimana adanya.
Akhirnya harus digarisbawahi bahwa dengan beribadah manusia diharapkan dapat menyadari bahwa ada unsur ruhani di dalam dirinya yang juga memiliki kebutuhan-kebutuhan yang berbeda dengan kebutuhan jasmaninya. Disisi lain, dengan beribadah manusia diharapkan menyadari bahwa disamping hidup duniawi yang fana dan sedang dialaminya ini, masih ada hidup ukhrawi yang abadi dan pasti akan dialaminya pula.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Studi Islam meliputi kajian agama islam dan tentang aspek-aspek keislaman masyarakat dan budaya muslim. Menurut pendapat para ulama objek Studi Islam meliputi islam sebagai doktrin dari Tuhan, substansi ajaran-ajaran islam dan interaksi sosial. Adapun tujuan Studi Islam adalah sebagai wawasan normative, kontekstual, aplikatif dan konstribusi konkret terhadap dinamika dan perkembangan yang ada, mendapatkan gambaran tentang agama islam secara luas, mendalam namun utuh, dan dinamis.
Ada beberapa pendekatan Studi Islam antara lain, pendekatan historis, filosofis,ilmiah doktriner dan normatif. Selain itu terdapat metode studi islam yaitu, metode ilmu pengetahuan,diakronis,sinkronis-analistis, Problem Solving (hill al-musykilat), Empiris, Deduktif (al-Manhaj al-Isthinbathiyah), dan Induktif (al-Manhaj al-Istiqraiyah)

B.     Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Banyak sisi-sisi kekurangan yang memerlukan perbaikan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka segala kritik dan saran demi baiknya penyusunan makalah ini sangat diharapkan. Semoga makalah ini menjadi sumbangsih berharga bagi para pembaca, utamanya bagi kalangan rekan-rekan mahasiswa yang ingin mengambil inspirasi positif dari pembuatan makalah ini.
















DAFTAR PUSTAKA

Shihab,M.Quraish.1999.fatwa-fatwa.Jakarta:Mizan
Nasution,prof.dr.harun.1973.falsafat islam.Jakarta:PT Bulan Bintang
http://m.wikipedia.org/wiki/tuhan










[1] Http://id.m.wikipedia.org/wiki/tuhan
[2] Prof.Dr.HarunNasution,falsafat agama,Bulan Bintang,Bandung,1973,hal.24.
[3] ibid
[4]ibid
[5] Shihab,M.Quraish.1999.fatwa-fatwa.Jakarta:Mizan  

No comments:

Post a Comment