BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah ciptaan
tuhan yang maha esa sebagai pemimpin dibumi yang secara biologis di bekali akal
dan pikiran. Kehidupan manusia sendiri sangatlah konflek, begitu pula hubungan
manusia sangatlah luas. Hubungan tersebut bisa terjadi antara manusia dengan
manusia,manusia dengan alam, dan manusia dengan sang penciptanya. Setiap
hubungan tersebut harus berjalan selalaras dan seimbang. Selain itu manusia di
ciptakan secara sempurna penciptaan. Dengan sebaik-baik bentuk yang dimiliki.
B. Rumusan Masalah
Hal-hal yang berkaitan dengan
manusia dan agama, pentingnya agama terhadap manusia serta rasa memiliki
terhadap pencipta dan agamanya.
C. Tujuan
Menyampaikan hal-hal yang
berkaitan tentang pentingnya agama terhadap manusia untuk menambahkan rasa
cinta terhadap sang pencipta yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari agar memiliki rasa tanggung jawab sebagai mahluk yang bermoral dan
memiliki akal pikiran
BAB II
PEMBAHASAN
Agama
A. Pengertian
Menurut A. Mukti Ali
bahwa pengalaman agama adalah soal batini, subjektif dan soal individualis
sifatnya. Kedua, orang sangat emosional dalam membicarakan agama karena itu
setiap pembahasan tentang arti agama selalu ada emosi yang melekat erat
sehingga kata agama sulit untuk didefinisikan. Ketiga, konsepsi tentang agama
dipengaruhi oleh tujuan dari orang yang memberikan definisi tersebut.
Ketuhanan
A. Pengertian
Ketuhanan
berasal dari kata tuhan yang dipahami sebagai roh mahakuasa dan asas dari suatu
kepercayaan. Tetapi tidak ada kesepakatan bersama mengenai konsep
ketuhanan,sehingga ada berbagai konsep tentang ketuhanan meliputi teisme,
deisme, panteisme dan lain-lain. Menurut filsafat perennial, yang menganggap
adanya satu kebenaran teologis yang mendasari segalanya, yang diamati oleh
berbagai agama dan sudut pandang pandang yang berbeda-beda, agama-agama di
dunia menyembah satu tuhan yang sama, namun melalui konsep dan pencitraan
mental yang berbeda-beda mengenai-Nya[1]
B. Konsep-konsep ketuhanan
Kepercayaan pada
adanya tuhan adalah dasar yang paling utama sekali dalam paham keagamaan. Tiap-tiap
agama terkecuali budhisme yang asli dan beberapa agama lain berdasar pada
kepercayaan terhadap sesuatu kekuatan gaib. Sehingga bisa dikatakan bahwa
setiap agama harus memiliki tuhan. Konsep tentang tuhan ada berbagai macam
diantaranya :
1.
Dinamisme
Dinamisme
berasal dari kata yunani dynamis yang di dalam bahasa Indonesia di sebut
kekuatan. Yaitu benda-benda yang berada di sekeliling yang memiliki kekuatan
batin yang misterius. Berbagai masyarakat primitif di dunia menyebut kekuatan batin ini dengan berbagai
nama. Orang malanesia menyebutnya “mana”,orang jepang “kami”, orang india
“hari,shakti dan sebagainya” orang afrika
“oudah” dan orang orang Indian amerika “wakan,orenda dan maniti” di
Indonesia sendiri kekuatan batin biasanya di sebut ”tuah”. namun kebanyakan
orang biasa menyebut mana.
Mana
mempunyai 5 sifat :
1.
Mana mempunyai kekuatan.
2.
Mana tak dapat dilihat
3.
Mana tidak mempunyai tempat yang
tetap.
4.
Mana pada dasarnya tidak mesti
baik dan tidak pula buruk.
5.
Mana terkadang dapat dikontrol
terkadang juga tidak dapat dikontrol.[2]
Orang berusaha memperoleh mana untuk dirinya sendiri
Jantung manusia hewan dan tumbuhan di percaya menjadi tempat bersarangnya mana,
oleh karena itu orang primitif memakan benda-benda yang dianggap memiliki mana
agar pemakannya memperoleh mana yang ada pada manusia dan binatang tersebut.
Tujuan manusia primitif yang memakai paham dinamisme
ini berusaha untuk mendapatkan mana sebanyak banyaknya, mereka percaya bahwa
dengan bertambahnya mana akan terjamin keselamatannya. dan apabila mana
berkurang maka akan semakin berbahaya kedudukan orang tersebut.
2.
Animisme
Animisme
berasal dari kata anima yang artinya roh. sehingga animisme adalah suatu
kepercayaan bahwa semua benda baik yang benyawa maupun tidak bernyawa mempunyai
roh. Menurut orang primitif, roh ini berbeda dengan roh yang di maksud oleh
masyarakat di masa sekarang menurut mereka roh tersusun dari suatu materi yang “halus” sekali. Menyerupai uap atau
udara.
Dalam
kepercayaan ini roh memiliki sifat. Dimana roh bisa merasa senang dann juga
bisa merasa marah. Orang yang pandai dalam mengambil hati para roh adalah dukun
atau ahli ilmu sihir. Mereka percaya bahwa roh bisa di usir oleh dukun
umpamanya seperti gunung yang meletus terdapat sebuah roh yang mengamuk.
Seterusnya dukun tersebut dianggap memiliki kepintaran untuk menangkap roh-roh
jahat tersebut kedalam benda.
3.
Politeisme
Menurut
kepercayaan ini suatu kekuatan gaib bisa menjadi roh yang mempunyai kekuatan
gaib. demikian juga peningkatan roh, nenek moyang bisa menjadi dewa dan tuhan.
Dalam agama ini perbedaan dewa dan roh hanya perbedaan dalam derajat kekuasaan.
Dewa lebih berkuasa,lebih tinggi dan lebih mulia dan penyembahannya pun lebih
umum dari roh. roh-roh bisa meningkat menjadi dewa dengan cara-cara penyembahan
yang teratur.
Diantara dewa-dewa lain, mereka memiliki
dewa utama yang memiliki kududukan tertinggi. Ketika suatu kota menjadi ibukota
maka dewanya ikut mempunyai kedudukan tertingi diantara dewa-dewa lainnya.
contohnya dewa amon menjadi dewa tertinggi di mesir karena thebes menjadi
ibukota, dan Jupiter di roma.
Politeisme
ialah menyembah tuhan banyak. Perbedaan antara seorang monoteis dan politeis
bukan terletak pada paham satu dan banyaknya tuhan, dan juga pada bentuk dan
kepercayaan masing-masing. Pemikiran seorang politeis adalah sesuatu yang
bersifat misterius itu di dewakan.
4.
Henoteisme
Henoteisme atau
monolatry diambil dari kata heno yaitu satu dan latreuin paham ketuhanan dalam
henoteisme ini adalah dimana tuhan utama diganti menjadi tuhan tunggal atau
tuhan satu. Namun mereka tidak mengingkari adanya dewa-dewa bagi bagi agama
lain Dalam sejarah barat tentang nabi sulaiman disebutkan bahwa salomon cukup
kaya untuk mempunyai banyak istri yang memeluk agama-agama lain, dan tiap istri
menyembah tuhannya masing-masing. Salomon membolehkan patung-patung dewa
istrinya disembah dan disimpan di istananya.
5.
Monoteisme
Dalam
masyarakat yahudi henoteisme mengalami peningkatan menjadi monoteisme.
Peningkatan ini teradi pada abad ke-8 sebelum nabi isa. Yahwe di pandang lebih
berkuasa dari tuhan agama-agama atau bangsa-bansa lain.
6.
Deisme
Monoteisme
bisa berbentuk deisme atau teisme. Menurut paham deisme tuhan berada jauh
diluar alam. Dan setelah alam diciptakan tuhan tidak memperhatikannya dan alam
berjalan dengan sendirinya. Alam berjalan dengan peraturan-peraturan yang tak
berubah-ubah. Maka tuhan tidak dekat dengan alam bahkan antara alam dan tuhan
terdapat jurang. Paham ini timbul pada abad ke 17 dari falsafat newton
(1642-1727)
7.
Panteisme
Pan
berarti seluruh. Panteisme dengan demikian mengandung arti seluruhnya tuhan.
Menurut paham ini benda-benda yang dapat ditangkap dengan pancaindera adalah
bagian dari tuhan. Maka paham ini bertentangan dengan paham deisme, Dimana
tuhan dekat sekali dengan alam. Dala panteisme tuhan yang maha agung itu hanya
satu, dan tak berubah.
8.
Teisme
Teisme
sepaham dengan deisme bahwa tuhan itu berada di luar alam. Namun juga
sependapat dengan panteisme yang menyatakan bahwa tuhan, sungguhpun berada
diluar alam juga dekat pada alam. Dalam paham ini alam tidak bersandar kepada
aturan-aturan yang tak berubah-ubah. Namun alam bersandar atas kehendak mutlak
tuhan.[3]
paham
naturalisme adalah tingkatan dari paham deisme, dimana menurut paham
naturalisme, alam ini berdiri sendiri, serba sempurna, beredar dan beroperasi
menurut sifat-sifat yang terdapat dalam dirinya sendiri, menurut aturannya,
yaitu menurut hukum sebab dan musabab.dengan kata lain paham naturalisme tidak
bergantung kepada kekuatan gaib dan super natural.
10.
Ateisme
Paham
ateisme adalah tingakatan dari paham naturalisme. Ateisme adalah kepercayaan
bahwa tidak adanya tuhan. Keterangan bahwa tidak adanya tuhan dikarenakan dan wahyu tidak memuaskan. Banyak eksperimen
eksperimen natural yang menunjukan pada kegagalan. Seperti binatang-binatang
yang telah beribu-ribu tahun hidup dan berevolusi mencapai kesempurnaanya.
Tetapi akhirnya akan hancur seluruhnya dikarenakan tuhan tidak menciptakan alam
dengan sempurna.
11.
Agnostisisme
Paham
angnostisisme disebut juga skeptisisme (ragu-ragu) adalah paham yang ragu
dengan adanya tuhan. Menurut agnostisisme manusia tidak akan sanggup memperoleh
pengetahuan tentang tuhan.
Menurut
Thomas henry Huxley (1825-1895), sebagai lawan dari kata ‘gnostic’ yang
mengatakan bahwa pengetahuan positif tentang tuhan dapat diperoleh manusia.
Namun menurut kaum agama mengatakan bahwa mereka memperoleh pengetahuan positif
dan pasti (gnosis) tentang tuhan.
IBADAH
A.
Hakikat Ibadah
Muhammad
Al-Ghazali dalam bukunya, Raka’iz
Al-Iman Baina Al-‘Aql wa Al-Qalb mengutip pendapat Ja’far Ash-Shadiq
tentang hakikat ibadah, yaitu bahwa ibadah yang sesungguhnya baru dapat mewujud
bila seseorang memenuhi tiga hal: pertama, tidak menganggap apa yang berada dalam genggaman tangannya
(kewenangannya) sebagai milik pribadinya, karena seorang ‘abd tidak memiliki sesuatu-sesuatu
pun, apa yang dimilikinya adalah milik siapa kepadanya ia mengabdi. Kedua,,menjadikan aktifitasnya berkisar
kepada apa yang diperintahkan oleh siapa yang kepada-Nya ia beribadah atau
mengabdi serta menjauhi larangan-Nya. Ketiga,tidak mendahului-Nya dalam mengambil keputusan, serta
mengaitkan segala apa yang hendak dilakukannya dengan izin serta restu siapa
yang kepada-Nya ia beribadah.
Allah
swt adalah wujud yang Mahaagung, Mahakuat, dan amat dibutuhkan oleh semua
makhluk. Oleh karena itu, puncak dari ketundukan harus diarahkan hanya
kepada-Nya semata.
B.
Ibadah Mahdah
Ibadah
mahdah sering berfungsi memperkenalkan suatu agama, karena ia tampak di
permukaan, dipraktikkan dengan jelas oleh penganut agama sehingga menjadi tanda
bagi agama dan keberagaman seseorang.
Ibadah
mahdah merupakan amalan yang bersifat tanqifi
yakni ditetapkan berdasarkan petunjuk Allah dan/atau Rasul-Nya, sehingga ia
harus diterima dan dilaksanakan sebagaimana adanya.
Istilah “ibadah mahdah” tidak dikenal pada awal
kehadiran Islam. Istilah ini baru diperkenalkan oleh para ulama fiqih (hukum
islam) untuk tujuan sistematisasi
uraian-uraian hukum atau pembagian teknis materi pembahasan terpaksa memilah-milih
uraian. Pemilihan itu mereka lakukan berdasarkan aktifitas manusia,misalnya
untuk masalah jual-beli. Gadai dan sebagainya.
Di
dalam masalah ibadah mahdah inilah tampak jelas manfaat wahyu dan kebutuhan
manusia kepada bimbingannya, yakni dalam hal –hal yang tidak dapat dijangkau
oleh nalar [5]manusia.
Sebab, seandainya ia terjangkau oleh nalar, maka seperti ditulis oleh
filosof Al-Farabi “lebih wajar bila ia
diserahkan saja kepada akal manusia. Namun kenyataannya tidak demikian .
kehadiran wahyu melalui para nabi membuktikan bahwa ada hal-hal yang tidak
terjangkau oleh daya nalar manusia”. Jika, demikian maka pemberitaan wahyu
dalam hal ibadah mahdah atau peristiwa-peristiwa hari kemudian dan semacamnya,
harus diterima sebagaimana adanya.
Akhirnya
harus digarisbawahi bahwa dengan beribadah manusia diharapkan dapat menyadari
bahwa ada unsur ruhani di dalam dirinya yang juga memiliki kebutuhan-kebutuhan
yang berbeda dengan kebutuhan jasmaninya. Disisi lain, dengan beribadah manusia
diharapkan menyadari bahwa disamping hidup duniawi yang fana dan sedang
dialaminya ini, masih ada hidup ukhrawi yang abadi dan pasti akan dialaminya
pula.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Studi Islam meliputi kajian agama islam dan tentang aspek-aspek keislaman
masyarakat dan budaya muslim. Menurut pendapat para ulama objek Studi Islam
meliputi islam sebagai doktrin dari Tuhan, substansi ajaran-ajaran islam dan
interaksi sosial. Adapun tujuan Studi Islam adalah sebagai wawasan normative,
kontekstual, aplikatif dan konstribusi konkret terhadap dinamika dan
perkembangan yang ada, mendapatkan gambaran tentang agama islam secara luas,
mendalam namun utuh, dan dinamis.
Ada beberapa pendekatan Studi Islam antara lain, pendekatan historis,
filosofis,ilmiah doktriner dan normatif. Selain itu
terdapat metode studi islam yaitu, metode ilmu
pengetahuan,diakronis,sinkronis-analistis, Problem
Solving (hill al-musykilat), Empiris, Deduktif (al-Manhaj al-Isthinbathiyah), dan Induktif (al-Manhaj al-Istiqraiyah)
B.
Saran
Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Banyak sisi-sisi kekurangan
yang memerlukan perbaikan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka segala kritik
dan saran demi baiknya penyusunan makalah ini sangat diharapkan. Semoga makalah
ini menjadi sumbangsih berharga bagi para pembaca, utamanya bagi kalangan rekan-rekan
mahasiswa yang ingin mengambil inspirasi positif dari pembuatan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Shihab,M.Quraish.1999.fatwa-fatwa.Jakarta:Mizan
Nasution,prof.dr.harun.1973.falsafat islam.Jakarta:PT Bulan Bintang
http://m.wikipedia.org/wiki/tuhan
No comments:
Post a Comment