12/09/2016

MAKLAH TENTANG OBAT GENERIK



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Kesadaran masyarakat Indonesia akan konsumsi obat generik masih kurang. Penyebabnya adalah masih adanya anggapan bahwa obat generik yang harganya lebih murah tidak berkualitas jika dibandingkan dengan obat bermerek. Konsumsi obat generik di Indonesia paling rendah jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Di Thailand, konsumsi obat generik mencapai 25% dari penjualan obatnya, sedangkan di Malaysia mencapai 20% pada tahun 2007. Sepanjang tahun 2007, penjualan obat generik yang dikonsumsi masyarakat Indonesia hanya mencapai 8,7% dari total penjualan obat (Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2009) .
Harga obat di Indonesia lebih mahal jika dibandingkan dengan harga obat di negara lain. Penyebabnya adalah harga obat tersebut termasuk ke dalam biaya distribusi, rumitnya tata niaga obat, pajak pertambahan nilai, dan biaya promosi pada para dokter.Sebenarnya kualitas obat generik tidak kalah dengan obat bermerek lainnya. Hal ini dikarenakan obat generik juga mengikuti persyaratan dalam Cara Pembutan Obat yang Baik (CPOB) yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). Selain itu, obat generik juga harus lulus uji bioavailabilitas/bioekivalensi (BA/BE). Uji ini dilakukan untuk menjaga mutu obat generik. Pengujian BA dilakukan untuk mengetahui kecepatan zat aktif dari produk obat diserap oleh tubuh ke sistem peredaran darah.Pada beberapa obat bermerek dagang,terdapat bahan tambahan yang digunakan selain zat aktif, yatujuannya adalah untuk mengurangi reaksi alergi tubuh terhadap zat aktif, namun bagi sebagian orang, zat tambahan dapat menyebabkan alergi. Oleh karena itu, sekelompok orang tersebut lebih cocok menggunakan obat generik.
1.2.Rumusan Masalah
1.2.1.      Apakah definisi obat generik itu?
1.2.2.      Sebutkan macam-macam obat generik?
1.2.3.      Penyebab apa saja yang mempegaruhi penggunaan obat generic kurang diminati?
1.2.4.      Apakah efek samping, dan berapa dosis dari obat generik?
1.3.Tujuan
1.3.1.      Tujuan Umum
a)      Mengetahui definisi obat generik
b)      Mengetahui macam-macam obat generik
c)      Mengetahui manfaat obat generik
d)     Mengetahui perbedaan obat generik dengan obat-obat lain
1.3.2.      Tujuan Khusus
a)      Mengetahui dosis yang baik dalam penggunaan obat generik
b)      Mengetahui kegunaan obat generik dalam mengobati penyakit
1.4.Manfaat
1.4.1.      ManfaatTeoritis
a)      Siswa dapat lebih memahami dan mengerti tentang obat generik lebih mendalam.
b)      Siswa mampu mendefinisikan secara benar tentang obat generik serta mengetahui cara penggunaan obat generik secara benar dalam membantu proses penyembuhan penyakit.
1.4.2.      Manfaat Praktis
a)      Bagi Pengampu Dapat menjadi standar pembelajaran dalam mata kuliah farmakologi yang berkaitan dengan obat generik.
b)      Bagi Pembaca Dapat menjadi sumber informasi agar mengetahui jenis-jenis obat yang aman.
c)      Bagi Instansi Kesehatan Dapat menjadi tolak ukur dalam pemberian obat generik kepada pasien.














BAB II
LANDASAN TEORI

2.1.Pengertian Obat
Yang dimaksud dengan obat disini adalah semua zat baik itu kimiawi, hewani, maupun nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan, atau mencegah penyakit berikut gejalanya. Di beberapa pustaka disebutkan bahwa tidak semua obat memulai riwayatnya sebagai obat anti penyakit, namun ada pula yang pada awalnya digunakan sebagai alat ilmu sihir, kosmetika, atau racun untuk membunuh musuh. Misalnya, strychnine dan kurare mulanya digunakan sebagai racun-panah penduduk pribumi Afrika dan Amerika Selatan. Contoh yang lebih baru ialah obat kanker nitrogen-mustard yang semula digunakan sebagai gas-racun (mustard gas) pada perang dunia pertama. (Obat-obat Penting,2002). Di kalangan masyarakat istilah obat biasanya dikenal dalam berbagai pengelompokan, seperti : obat paten, obat generik, obat tradisional/ jamu, obat keras, narkotika, obat dengan resep, obat tanpa resep, obat racikan, obat  cina dan istilah obat lainnya misalnya yang berkaitan dengan harga misalnya istilah obat murah dan obat mahal. Pengertian obat paten atau dalam kamus obat dikenal dengan nama spesialite adalah obat milik suatu perusahaan  dengan nama khas yang dilindungi hukum, yaitu merek terdaftar atau proprietary name. Sedangkan yang dimaksud dengan obat generik adalah  nama obat sesuai dengan kandungan zat berkhasiat obat tersebut. Sebagai contoh : Asam Mefenamat (nama/obat generik) terdapat dalam obat paten seperti Ponstan, Mefinal, Pondex, Topgesic dan masih banyak lagi. Begitu juga dengan Amoxycillin (nama/obat generic) terdapat dalam nama obat paten seperti Amoxsan, Kalmoxillin, Kimoxil, dan juga masih banyak lagi nama obat paten dengan kandungan yang sama. Walaupun berisikan kandungan zat berkhasiat dengan nama generik/official yang sama namun setiap obat paten mempunyai harga yang berbeda-beda dari pabrik yang memproduksiya. Perbedaan harga tersebut umumnya terkait dengan faktor-faktor pembuatan obat tersebut dari mulai jenis bahan baku yang digunakan, alat-alat produksinya, biaya produksi, mutu pengujiannya, cara pengemasan sampai dengan promosi pemasarannya. Semua faktor tersebut kemudian dihitung serinci mungkin sehingga diperoleh harga netto dari pabrik yang selanjutnya dijual dalam jumlah besar kepada para pedagang besar farmasi(PBF)/ distributor. Apotek kemudian membeli obat tersebut sebagai harga netto untuk apotek (HNA) yang selanjutnya dijual kepada konsumen dengan harga yang berbeda-beda tergantung masing-masing apotek menetapkan faktor harga jual apotek (HJA) nya. Perbedaan harga yang sampai ke konsumen ini masih mendapat toleransi dari pemerintah pada range faktor harga penjualan/ harga eceran tertinggi (HET) tertentu.

2.2.Indikasi Pengunaan Obat Generik
Beberapa indikasi yang didapat dari obat generik adalah:
2.2.1.   Harga yang didapat lebih murah.
2.2.2.   Mutu obat generik tidak berbeda dengan obat paten karena bahan bakunya sama. Hanya saja, modelnya beraneka ragam.
Pada obat generik kemasannya dibuat biasa, karena yang terpenting bisa melindungi produk yang ada di dalamnya. Namun, yang bermerek dagang kemasannya dibuat lebih menarik dengan berbagai warna. Kemasan itulah yang membuat obat bermerek lebih mahal.




















BAB III
PEMBAHASAN

3.1.Pengertian Obat Generik
Obat generik adalah obat yang telah habis masa patennya, sehingga dapat diproduksi oleh semua perusahaan farmasi tanpa perlu membayar royalti.
3.2.Macam- Macam Obat Generik
Terdapat dua jenis obat generik, yaitu Obat Generik Berlogo (OGB) dan obat generik bermerek (branded generic) atau biasa disebut obat dagang. Sebenarnya tidak ada perbedaan zat aktif pada kedua jenis obat generik ini. Obat Generik Berlogo (OGB) pertama kali dikenalkan kepada masyarakat pada tahun 1991 oleh pemerintah dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan obat masyarakat menengah ke bawah. Jenis obat ini mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang merupakan obat esensial untuk penyakit tertentu. Sebelumnya, tahun 1985, pemerintah telah mewajibkan penggunaan obat generik dalam pelayanan kesehatan pemerintah. Demi terlaksananya penggunaan obat generik, maka dibuatlah landasan hukum untuk pengawasan penggunaan obat generik, yaitu SK Menkes No.085/Menkes/Per/I/1989 yang mewajibkan penulisan resep dan penggunaan obat generik di fasilitas kesehatan pemerintah . Sebenarnya kualitas obat generik tidak kalah dengan obat bermerek lainnya. Hal ini dikarenakan obat generik juga mengikuti persyaratan dalam Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). Selain itu, obat generik juga harus lulus uji bioavailabilitas atau bioekivalensi (BA/BE). Uji ini dilakukan untuk menjaga mutu obat generik. Studi BE dilakukan untukmembandingkan profil pemaparan sistematik (darah) yang memiliki bentuk tampilan berbeda-beda (tablet, kapsul, sirup, salep, dan sebagainya) dan diberikan melalui rute pemberian yang berbeda-beda. Pengujian BA dilakukan untuk mengetahui kecepatan zat aktif dari produk obat diserap oleh tubuh ke sistem peredaran darah.Pada beberapa obat bermerek dagang, terdapat bahan tambahan yang digunakan selain zat aktif. Hal ini biasanya dilakukan untuk mengurangi reaksi alergi tubuh terhadap zat aktif, namun bagi sebagian orang, zat tambahan malah dapat menyebabkan alergi. Oleh karena itu, sekelompok orang tersebut lebih cocok menggunakan obat generik. Perbedaan antara obat bermerek dan obat generik hanya terdapat pada tampilan obat yang lebih menawan dan kemasan yang lebih bagus sehingga terasa lebih istimewa. Penggunaan obat generik pun dipengaruhi oleh pemberian resep dokter. Tidak semua dokter dengan senang hati memberikan resep obat generik kepada pasien. Banyak alasan yang melatarbelakangi hal tersebut, salah satunya adalah pandangan masyarakat yang menganggap remeh obat generik sehingga akhirnya akan mengurangi reputasi dokter. Hal lain yang bisa mempengaruhi yaitu adanya pesan sponsor kepada dokter tersebut dan belum adanya obat generik dari obat paten yang akan diberikan kepada pasien. Selain itu, pasien biasanya juga enggan untuk meminta obat generik kepada dokternya sehingga penggunaan obat generic dengan resep dokter masih sangat kurang. Mulai saat ini, kita sebagai pasien harus bersikap lebih aktif lagi mengenai biaya kesehatan yang dikeluarkan. Oleh karena itu, jangan terlalu cepat menghakimi obat hanya karena obat tersebut tergolong obat generik yang notabene berharga lebih murah.


3.3.Penyebab Penggunaan Obat Generik Kurang Diminati
Beberapa penyebab penggunaan obat generik kurang diminati masyarakat karena adanya anggapan bahwa obat generik yang harganya lebih murah tidak berkualitas jika dibandingkan dengan obat dagang. Kemasan obat generik pun menjadi salah satu faktor kurang diminati nya obat generik ini. Generik kemasannya dibuat biasa, karena yang terpenting bisa melindungi produk yang ada di dalamnya. Namun, yang bermerek dagang kemasannya dibuat lebih menarik dengan berbagai warna. Kemasan itulah yang membuat obat bermerek lebih mahal. Meskipun mempunyai mutu yang sama. Faktor yang juga tak kalah penting dalam kurang berminat nya penggunaan obat generik adalah ketersediaan obat ini. Menurut data yang diperoleh di salah satu rumah sakit dan di apotik x hanya tersedia sekitar 69,7% dari target yang tersedia adalah 95%.
3.4.Penggolongan Obat Menurut Kandungan Bahannya
3.4.1.      Analgetik atau penghalang rasa nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetik anti inflamasi di duga bekerja berdasarkan penghambatan sintesis prostaglandin (mediator nyeri). Rasa nyeri sendiri dapat di bedakan dalam tiga kategori diantaranya yaitu:
3.4.1.1.Analgetik Perifer Analgetik Perfer
yaitu mengenai  rasa nyeri dan demam. Rasa nyeri merupakan suatu gejala yang berfungsi melindungi tubuh. Demam juga adalah suatu gejala dan bukan merupakan penyakit tersendiri. Kini para ahli berpendapat bahwa demam adalah suatu reaksi tangkis yang berguna dari tubuh terhadap infeksi. Pada suhu di atas 37˚C limfosit dan mikrofag menjadi lebih aktif. Bila suhu melampaui 40-41˚C, barulah terjadi situasi krisis yang bisa menjadi fatal, karena tidak terkendalikan lagi oleh tubuh.
3.4.1.2.Analgetik Antiradang dan Obat-Obat Rema
Analgetik antiradang di sebut juga Arthritis, adalah nama gabungan untuk dari seratus penyakit yang semuanya bercirikan rasa nyeri dan bengkak, serta kekakuan otot dengan terganggunya fungsi alat-alat penggerak (sendi dan otot). Yang paling banyak di temukan adalah artrose (arthiritis deformansi) (Yun.arthon = sendi,Lat.deformare = cacat bentuk), di sebut juga osteoartrose atau osteoarthritis.
Bercirikan degenerasi tulang rawan yang menipis sepanjang progress penyakit, dengan pembentukan tulang baru, hingga ruang di antara sendi menyempit.
3.4.1.3.Analgetik Narkotik
Analgetik narkotik, kini di sebut juga Opioida (mirip opiat), adalah zat yang bekerja terhadap reseptor opioid khas di SSP, hingga persepsi nyeri dan respons emosional terhadap nyeri berubah (dikurangi).
3.4.2.      Gejala yang khas berupa bengkak dan nyeri simetris di sendi-sendi tersebut. Nyeri ini paling hebat waktu bangun pagi dan umumnya berkurang setelah melakukan aktivitas. Nyeri waktu malam dapat menyulitkan tidur. Sendi-sendi ini menjadi kaku waktu pagi (morning stiffness), sukar digerakkan dan kurang bertenaga, khususnya juga setelah bangun selama 1-2 jam lebih. Gejala lainnya adalah perasaan lelah dan malas. Pada lebih kurang 20% dari pasien terdapat benjolan-benjolan kecil (noduli), terutama di jari-jari serta pergelangan tangan dan kaki.
3.4.3.      Penyebab Mediator nyeri antara lain dapat mengakibatkan reaksi radang dan kejang-kejang yang mengaktivasi reseptor nyeri di ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa dan dan jaringan lain. Nociceptor ini terdapat di seluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di SSP. Dari sini rangsangan di salurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan amat banyak sinaps via sumsum belakang, sumsum lanjutan, dan otak tengah. Dari thalamus (opticus) impuls kemudian di teruskan ke pusat nyeri di otak besar, di mana impuls dirasakan sebagai nyeri. Ada juga beberapa macam yang menyebabkan nyeri di antaranya sendi yang di bebani terlalu berat dengan kerusakan mikro yang berulang kali, seperti pada orang yang terlampau gemuk, juga akibat arthritis septis atau arthritis laid an tumbuhnya pangkal paha secara abnormal (dysplasia). Hanya sebagian kecil kasus yang disebabkan keausan akibat penggunaan terlalu lama dan berat.
3.4.4.      Golongan Obat
Atas dasar kerja farmakologinya,analgetik di bagi menjadi dua golongan obat kelompok besar,yakni:
3.4.4.1.Analgetik Non-narkotik
Golongan Analgetik ini dibagi menjadi dua, yaitu :
3.4.4.1.1.      Analgetik perifer
Analgetik perifer memiliki khasiat sebagai anti piretik yaitu menurunkan suhu badan pada saat demam. Khasiatnya berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, mengakibatkan vasodilatasi perifer di kulit dengan bertambahnya pengeluaran kalor disertai keluarnya keringat. Berdasarkan rumus kimianya analgesik perifer di golongkan terdri dari golongan salisilat, golongan para-aminofenol, golongan pirazolon, dan golongan antranilat. Contohnya Parasetamol, Asetosal, Antalgin.
3.4.4.1.2.      Analgetik NSAIDs (Non Steroid Anti Inflammatory Drugs) Anti radang sama kuat dengan analgesik di gunakan sebagai anti nyeri atau rematik contohnya asam mefenamat, ibuprofen.
3.4.4.2.Analgetik narkotik (analgetik central)
Analgetik narkotik bekerja di SSP, memiliki daya penghalang nyeri yang hebat sekali yang bersifat depresan umum (mengurangi kesadaran) dan efek sampingnya dapat menimbulkan rasa nyaman (euforia). Obat ini khusus di gunakan untuk penghalau rasa nyeri hebat, seperti pada fractura dan kanker. Contoh obatnya : Morfin, Codein, Heroin, Metadon, Nalorfin.
Yang termasuk analgetik narkotik antara lain :
3.4.4.2.1.      Agonis Opiat, yang dapat dibagi dalam :
·         Alkaloida candu
·         Zat-zat sintetis
·         Cara kerja obat-obat ini sama dengan morfin, hanya berlainan mengenai potensi dan lama kerjanya, efek samping, dan risiko akan kebiasaan dengan ketergantungan.
3.4.4.2.1.      Antagonis Opiat, bila digunakan sebagai analgetika, obat ini dapat menduduki salah satu reseptor.
3.4.4.2.2.      Kombinasi, zat-zat ini juga mengikat pada reseptor opioid, tetapi tidak mengaktivasi kerjanya dengan sempurna.
3.4.4.3.Obat-obat tersendiri
3.4.4.3.1.   Antalgin
-          Mekanisme kerja : Aminopirin merupakan derivate pirazolon yang mempunyai efek sebagai analgesik, antipiretik. Efek antipiretik diduga berdasarkan efek mempengaruhi pusat pengatur suhu di hipotalamus dan menghabisi biosintesa dari prostaglandin sedangkan efek analgesiknya mengurangi rasa nyeri cukup kuat.
-          Efek Samping agranulosis, reaksi hipersensitifitas, reaksi pada kulit.
3.4.4.3.2.   Asam Mefenamat 
-          Mekanisme kerja : Asam mefenamat merupakan kelompok anti inflamasi non steroid, bekerja dengan menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzim siklooksigenase, sehingga mempunyai efek analgesik, anti inflamasi dan antipiretik.
-          Efek Samping Sangat minimal selama dalam dosis yang di anjurkan. Dapat terjadi gangguan saluran cerna antara lain iritasi lambung, kolik usus, mual, muntah dan diare, rasa ngantuk,pusing, sakit kepala, penglihatan kabur, vertigo, dispepsia.
3.4.4.3.3.   Ibuprofen
-          Mekanisme kerja : Ibuprofen merupakan derivat asam fenil propionate dari kelompok obat anti inflamasi non steroid. Senyawa ini bekerja melalui penghambatan enzim siklo-oksigenase pada biosintesis prostaglandin, sehingga konversi asam arakidonat menjadi PG-G2 terganggu. Prostaglandin berperan pada pathogenesis inflamasi, analgesik dan damam. Dengan demikian maka ibuprofen mempunyai efek anti inflamasi dan analgetik-antipiretik. Khasiat ibuprofen sebanding, bahkan lebih besar dari pada asetosal (aspirin) dengan efek samping lebih ringan terhadap lambung. Pada pemberian oral ibuprofen diabsorbsi dengan cepat, berikatan dengan protein plasma dan kadar puncak dalam plasma tercapai 1-2 jam setelah pemberian. Adanya makanan akan memperlambat absorbsi, tetapi tidak mengurangi jumlah yang di absorbsi. Metabolisme terjadi di hati dengan waktu paruh 1,8-2 jam. Ekskresi bersama urin dalam bentuk utuh dan metabolit inaktif, sempurna dalam 24 jam.
-          Efek Samping  Efek samping adalah ringan dan bersifat sementara berupa mual, muntah, diare, konstipasi, nyeri lambung, ruam kulit, pruritus, sakit kepala, pusing, dan heart burn.
3.4.4.3.4.   Parasetamol
-          Mekanisme kerja : Parasetamol adalah derivate p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik/analgesik. Sifat antipiretik di sebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral. Sifat analgesik parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang. Sifat antiinflamasinya sangat lemah hingga tidak digunakan sebagai anti rematik. Pada penggunaan per oral parasetamol di serap dengan cepat melalui saluran cerna. Kadar maksimum dalam plasma di capai dalam waktu 30 menit sampai 60 menit setelah pemberian. Parsetamol dieksekresikan melalui ginjal, kurang dari 5 % tanpa mengalami perubahan dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.
-          Efek Samping  Dosis besar menyebabkan kerusakan fungsi hati.





BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Obat generik adalah obat yang sudah habis masa patennya dan dapat diproduksi oleh semua perusahaan farmasi serta dapat dikonsumsi oleh semua kalangan karena harganya yang terjangkau dan telah mendapat rekomendasi dari pemerintah. Obat ini memiliki kualitas yang sama dengan obat paten serta dijamin keamanannya.
4.2.Saran
Meskipun harganya murah tetapi obat generik aman untuk dikonsumsi oleh semua kalangan dengan dosis tertentu. Jadi, konsumsilah obat generik sesuai dengan dosis yang telah dianjurkan oleh dokter.






















DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1992, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992tentang Kesehatan. Bab I Pasal 1.
Sriana Aziz. 2012. Obat generik. from http://www.pdf obat generik.com/docs//.Tanggal 17 Maret 2012, pukul 09.00 WIB
NN. 2012.Pedoman obat generik. from http://pdf obat generik.com//. Tanggal 17 Maret 2012, pukul 09.05 WIB
NN. 2012. Obat generik. from http://www.obat generik.com/docs//. Tanggal 20 Maret 2012, pukul 10.00 WIB
NN. 2012.Pedoman obat generik. from http://obat generik.com//. Tanggal 20 Maret
2012, pukul 14.00 WIB


2 comments: