BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hampir
seluruh jenis sumber daya alam mineral dan pertambangan ada dan dimiliki oleh
Indonesia antara lainkategori pertambangan energi yaitu Minyak bumi, gas
alam,batubara. Kategori pertambangan mineral yaitu emas, perak,tembaga, besi,
timah, nikel, bauksit, mangan, sulfur, grafit,fosfat, yodium, intan, kapur,
marmer, silika, perunggu.Kesemuanya barang tambang tersebut terdistribusi
menyebar dalam wilayah Indonesia. Kategori yang lain seperti arealpertanian
10%, perkebunan 7%, padang rumput, 7% hutan dandaerah berhutan 62%, areal
lainya 14 % dari total luas daratanIndonesia sebesar 1.922.570 km.
Sumber
daya alam adalah semua yang terdapat di alam (kekayaan alam) yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi segala kebutuhan hidupnya. Sumber
daya alam terbagi dua yaitu sumber daya alam hayati dan sumber daya alam non
hayati. Sumber daya alam hayati disebut juga sumber daya alam biotik yaitu
semua yang terdapat di alam (kekayaan alam) berupa makhluk hidup. Sedangkan
sumber daya alam non hayati atau sumber daya alam abiotik adalah semua kekayaan
alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia berupa benda mati.
Indonesia
merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alamnya, baik sumber daya alam
hayati maupun sumber daya alam non hayati. Kekayaan alam Indonesia terdapat di
permukaan bumi, di dalam perut bumi, di laut dan di udara. Berdasarkan
ketersediaanya sumber daya alam terbagi dalam dua kelompok besar yaitu sumber
daya alam yang dapat diperbarui dan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbarui.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
PENGERTIAN EMAS
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa,
kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya
tergantung pada jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral
pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan
tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil
mineral non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida
yang telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida,
sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan
selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak
di dalamnya >20%.
A. KELIMPAHAN
EMAS DI ALAM
Dalam tabel periodik unsur, emas
merupakan unsur dengan nomor atom 79 dengan lambang Au setelah perak dan
tembaga dan termasuk golongan transisi tepatnya golongan IB. Emas yang terdapat
di alam umumnya berupa butiran-butiran halus bersama tembaga, perak dan kadang
bersama logam-logam golongan platina. Hal ini dimungkinkan kemiripan sifat dari
unsur-unsur tersebut. Selain itu emas sering diperoleh dalam bentuk senyawaan
sebagai mineral telurida, AuTe2 dan silvanit, AuAgTe4.
Di alam, emas umumnya
ditemukan dalam bentuk logam bebas yang terdapat di dalam retakan-retakan
batuan kwarsa dan dalam bentuk batuan mineral. Emas juga ditemukan dalam bentuk
emas aluvial yang terbentuk karena proses pelapukan terhadap batuan-batuan yang
mengandung emas (gold -bearing rocks) (Lucas, 1985). Kelimpahan relatif
emas didalam kerak bumi diperkirakan sebesar 0,004 g/ton, termasuk sekitar
0,001 g/ton terdapat didalam perairan laut
Di Indonesia tambang emas sangat
banyak yakni Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Tetapi
sebagian besar tambang yang ada di Indonesia diolah perusahaan luar asing, hal
ini tentu tidak terlepas dari pengetahuan masyarakat yang rendah mengenai
cara-cara pengolahan bahan-bahan galian yang ada, khususnya emas.
Saat ini perusahaan tambang emas
milik Pemerintah yang aktif adalah UPEC (Unit Pertambangan Emas Cikotok) dan
PT.Freeport Indonesia (PTFI) di Irian Jaya tepatnya gunung Ersberg. Cikotok
merupakan suatu kecamatan di kabupaten Banten, Jawa Barat. Beberapa tambang
emas yang ada di Indonesia dapat dilihat pada Tabel.
Nama
Perusahaan
|
Tempat
|
PT
Aneka Tambang Tbk
|
Jawa
barat, Kab.Bogor-gunung Bonggor
|
PT.Freeport
Indonesia (PTFI)
|
Irian
Jaya-gunung Ersberg
|
UPEC
(Unit Pertambangan Emas Cikotok)
|
Jawa
Barat, Kab. Banten, Kec.cikotok
|
B.
SIFAT-SIFAT EMAS
Emas
yang biasa dijual dipasaran kualitasnya sangat tergantung pada perusahaan yang
memproduksinya. Terutama untuk emas-emas yang diperoleh dengan cara pelapisan
atau yang disebut penyepuhan. Hal ini sering dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari dimana cincin atau gelang emas yang kilaunya memudar. Untuk
mengatasi hal ini sebaiknya membeli emas atau gelang dari tempat atau
perusahaan yang dipercaya, walaupun harganya sedikit lebih mahal.
Berikut
beberapa sifat fisis dari emas :
Fase : Padat
Warna : kuning
Massa jenis : (sekitar suhu
kamar)19.3 g/cm³
Massa jenis : cair pada titik lebur
17.31 g/cm³
Titik lebur : 1337.33 K (1064.18 °C,
1947.52 °F)
Titik didih : 3129 K (2856 °C, 5173
°F)
Kalor peleburan : 12.55 kJ/mol
Kalor penguapan : 324 kJ/mol
Kapasitas kalor : (25 °C) 25.418
J/(mol·K)
Emas juga merupakan logam yang
paling boleh tempa dan dimulurkan.
2.
Pengertian Perak
Perak adalah suatu unsur
kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Ag dan nomor atom 47. Lambangnya berasal dari bahasa Latin Argentum. Sebuah logam transisi lunak, putih, mengkilap, perak memiliki konduktivitas
listrik dan panas tertinggi di seluruh logam dan terdapat di mineral dan dalam bentuk bebas. Logam ini
digunakan dalam koin, perhiasan, peralatan
meja, dan fotografi. Perak termasuk logam
mulia seperti emas.
Perak termasuk logam mulia karena
tidak mengalami proses korosif, namun perak bisa mengalami proses oksidasi.
Proses oksidasi pada perak mengakibatkan lapisan kehitaman pada permukaan perak
yang biasa disebut "tarnish". Namun proses oksidasi ini tidak
mengakibatkan kerusakan pada unsur tersebut, beda hal-nya dengan proses korosi
pada logam besi (Fe).
A.
KELIMPAHAN
PERAK DI ALAM
Perak merupakan salah satu logam transisi yang berwarna
putih mengkilat dan mudah menghantarkan arus listrik maupun panas. Setelah emas, perak merupakan logam
yang paling mudah dibentuk dan ditempa di antara semua logam.
Perak telah
dikenal sejak jaman purba kala. Beberapa tempat buangan mineral di Asia Minor
dan di pulau-pulau di Laut Aegean mengindikasikan bahwa manusia telah belajar
memisahkan perak dari timah sejak 3000 SM.
Di alam, perak terdapat dalam bentuk unsur-unsur bebas
yang banyak terdapat dalam lapisan-lapisan batuan dan terdapat bersama-sama
dengan logam-logam lain, misalnya bijih-bijih timah, timbal-timah, tembaga,
emas dan perunggu-nikel. Selain itu juga terdapat dalam bentuk persenyawaan
dengan unsur-unsur lain mineral dan bijih logam seperti light ruby silver (Ag3AsS3), dark ruby
silver (Ag3SbS3), horn silver
(AgCl) dan brittle silver. Beberapa mineral perak yang penting antara lain
cerargyrite, pyrargyrite, sylvanite dan argentite.
Dalam industri, perak dapat dibuat melalui proses
metalurgi bijih perak atau dalam campurannya dengan bijih logam lain. Di dunia
belahan barat, Meksiko, Kanada, Peru dan Amerika Serikat merupakan
negara-negara penghasil perak.
B.
SIFAT-SIFAT PERAK
1.
Sifat Kimia
a. Sangat stabil di udara murni dan air
sehingga tidak bereaksi dengan udara dan air pada suhu normal.
b. Kurang reaktif daripada tembaga,
kecuali terhadap ozon, sulfur dan hydrogen sulfide, yang secara cepat menghitamkan
permukaan perak.
c. Tidak dapat
larut dalam larutan asam encer, tetapi dapat larut dalam asam nitrat dan asam
sulfat pekat.
d. Perak dan semua
senyawa perak dapat larut dalam sianida logam alkali sebagai ion Ag(CN)2- dalam
udara bebas, yang kemudian perak dibebaskan dengan menambahkan seng atau
aluminium sebagai reduktor.
e. Dapat
mengendapkan anion karena kebanyakan anion membentuk garam perak yang tidak
larut. Contohnya penambahan OH- terhadap Ag+ akan
mengendapkan perak (I) oksida. 2Ag+ (aq) + 2 OH-
(aq) à Ag2O (s)
+ H2O
3.
PENGERTIAN TEMBAGA
Tembaga adalah unsur
kimia dengan nomor atom 29 dan nomor massa 63,54, merupakan unsur logam, dengan
warna kemerahan. Unsur ini mempunyai titik lebur 1.803° Celcius dan titik didih
2.595° C. dikenal sejak zaman prasejarah. Tembaga sangat langka dan jarang sekali
diperoleh dalam bentuk murni. Mudah didapat dari berbagai senyawa dan mineral.
Penggunaan tembaga yaitu dalam bentuk logam merupakan paduan penting dalam
bentuk kuningan, perunggu serta campuran emas dan perak. Banyak digunakan dalam
pembuatan pelat, alat-alat listrik, pipa, kawat, pematrian, uang logam,
alat-alat dapur, dan industry. Senyawa tembaga juga digunakan dalam kimia
analitik dan penjernihan air, sebagai unsur dalam insektida, cat, obat-obatan
dan pigmen. Kegunaan biologis untuk runutan dalam organism hidup dan merupakan
unsur penting dalam darah binatang berkulit keras. tembaga.
A. SUMBER-SUMBER
Tembaga kadang-kadang ditemukan secara alami, seperti yang ditemukan
dalam mineral-mineral seperti cuprite, malachite, azurite, chalcopyrite,
dan bornite. Deposit bijih tembaga yang banyak ditemukan di AS, Chile,
Zambia, Zaire, Peru, dan Kanada. Bijih-bijih tembaga yang penting adalah
sulfida, oxida-oxidanya, dan karbonat. Dari mereka, tembaga diambil dengan cara
smelting, leaching, dan elektrolisis.
B. SIFAT FISIKA
1) Tembaga merupakan logam yang berwarna kuning seperti emas kuning seperti pada gambar dan keras bila tidak murni.
2) Mudah ditempa (liat) dan bersifat mulur sehingga mudah dibentuk
menjadi pipa, lembaran tipis dan kawat.
3) Konduktor panas dan listrik yang baik, kedua setelah perak.
C. SIFAT KIMIA
1)
Tembaga merupakan unsur yang relatif tidak reaktif sehingga tahan terhadap
korosi. Pada udara yang lembab permukaan tembaga ditutupi oleh suatu lapisan
yang berwarna hijau yang menarik dari tembaga karbonat basa, Cu(OH)2CO3.
2) Pada kondisi yang istimewa yakni pada suhu sekitar 300 °C tembaga
dapat bereaksi dengan oksigen membentuk CuO yang berwarna hitam. Sedangkan pada
suhu yang lebih tinggi, sekitar 1000 ºC, akan terbentuk tembaga(I) oksida (Cu2O)
yang berwarna merah.
3) Tembaga tidak diserang oleh air atau uap air dan asam-asam
nooksidator encer seperti HCl encer dan H2SO4 encer.
Tetapi asam klorida pekat dan mendidih menyerang logam tembaga dan membebaskan
gas hidrogen. Hal ini disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks CuCl2¯(aq)
yang mendorong reaksi kesetimbangan bergeser ke arah produk.
2Cu (s) +
2H+ (aq) --> a Cu+ (aq) + H2
2Cu+
(aq) + 4Cl- (aq) --> 2 CuCl2- (aq)
Asam sulfat pekatpun dapat menyerang tembaga, seperti reaksi berikut
Cu (s) +
H2SO4 (l) -> CuSO4 (aq) + 2H2O
(l) + SO2 (g)
4) Asam nitrat encer dan pekat dapat menyerang tembaga, sesuai reaksi
Cu (s) +
HNO3 (encer) -> 3Cu(NO3)2
(aq) + 4H2O (l) + 2NO (g)
Cu (s)
+4HNO3 (pekat) -> Cu(NO3)2 (aq)
+ 2H2O (l) + 2NO2 (g)
5)
Tembaga tidak bereaksi dengan alkali, tetapi larut dalam amonia oleh adanya
udara membentuk larutan yang berwarna biru dari kompleks Cu(NH3)4+.
6) Tembaga panas dapat bereaksi dengan uap belerang dan halogen.
Bereaksi dengan belerang membentuk tembaga(I) sulfida dan tembaga(II) sulfida
dan untuk reaksi dengan halogen membentuk tembaga(I) klorida, khusus klor yang
menghasilkan tembaga(II) klorida.
D. PEMAKAIAN TEMBAGA
a) Sebagai bahan untuk kabel listrik dan kumparan dinamo.
b) Paduan logam. Paduan tembaga 70% dengan seng 30% disebut kuningan,
sedangkan paduan tembaga 80% dengan timah putih 20% disebut perunggu.
Perunggu yang mengandung sejumlah fosfor digunakan dalam industri arloji dan
galvanometer. Kuningan memiliki warna seperti emas sehingga banyak digunakan
sebagai perhiasan atau ornamen-ornamen. Sedangkan perunggu banyak dijadikan
sebagai perhiasan dan digunakan pula pada seni patung. Kuningan dan perunggu
berturut-turut seperti yang tertera pada gambar
c) Mata uang dan perkakas-perkakas yang terbuat dari emas dan perak
selalu mengndung tembaga untuk menambah kekuatan dan kekerasannya. Gambar mata
uang yang terbuat dari emas:
d) Sebagai bahan penahan untuk bangunan dan beberapa bagian dari kapal.
e) Serbuk tembaga digunakan sebagai katalisator untuk mengoksidasi
metanol menjadi metanal.
E. PENGOLAHAN BIJIH TEMBAGA
Bijih tembaga dapat berupa karbonat, oksida dan sulfida. Untuk
memperoleh tembaga dari bijih yang berupa oksida dan karbonat lebih mudah
dibanding bijih yang berupa sulfida. Hal ini disebabkan tembaga terletak
dibagian bawah deret volta sehingga mudah diasingkan dari bijihnya.
Bijih berupa oksida dan karbonat direduksi menggunakan kokas untuk
memperoleh tembaga, sedangkan bijih tembaga sulfida, biasanya kalkopirit (CuFeS2),
terdiri dari beberapa tahap untuk memperoleh tembaga, yakni:
Pengapungan (flotasi)
Proses pengapungan atau flotasi di awali dengan pengecilan ukuran bijih
kemudian digiling sampai terbentuk butiran halus. Bijih yang telah dihaluskan
dimasukkan ke dalam campuran air dan suatu minyak tertentu. Kemudian udara
ditiupkan ke dalam campuran untuk menghasilkan gelembung-gelembung udara.
Bagian bijih yang mengandung logam yang tidak berikatan dengan air akan
berikatan dengan minyak dan menempel pada gelembung-gelembung udara yang
kemudian mengapung ke permukaan. Selanjutnya gelembung-gelembung udara yang
membawa partikel-partikel logam dan mengapung ini dipisahkan kemudian
dipekatkan.
Pemanggangan
Bijih pekat hasil pengapungan selanjutnya dipanggang dalam udara
terbatas pada suhu dibawah titik lelehnya guna menghilangkan air yang mungkin
masih ada pada saat pemekatan dan belerang yang hilang sebagai belerang
dioksida.
2Cu2FeS(s) + 4O2 --> 2Cu2S(s) + 2FeO(s) + 3SO2(s)
Campuran yang diperoleh dari proses pemanggangan ini disebut calcine,
yang mengandung Cu2S, FeO dan mungkin masih mengandung sedikit FeS.
Setelah itu calcine disilika guna mengubah besi(II) oksida menjadi suatu sanga
atau slag besi(II) silikat yang kemudian dapat dipisahkan. Reaksinya sebagai
berikut
FeO(s) + SiO2 -> FeSiO3
Tembaga(I) sulfida yang diperoleh pada tahap ini disebut matte dan
kemungkinan masih mengandung sedikit besi(II) sulfida
Reduksi
Cu2S atau matte yang yang diperoleh kemudian direduksi dengan
cara dipanaskan dengan udara terkontrol, sesuai reaksi
2Cu2S(s) + 3O2(g) → 2Cu2O(s)
+ 2SO2(g)
Cu2S(s) + 2Cu2O(s) → 6Cu(s) +
SO2(g)
Tembaga yang diperoleh pada tahap ini disebut blister atau tembaga
lepuhan sebab mengandung rongga-rongga yang berisi udara.
Elektrolisis
Blister atau tembaga lepuhan masih mengandung misalnya Ag, Au, dan Pt
kemudian dimurnikan dengan cara elektrolisis. Pada elektrolisis tembaga kotor
(tidak murni) dipasang sebagai anoda dan katoda digunakan tembaga murni, dengan
elektrolit larutan tembaga(II) sulfat (CuSO4). Selama proses
elektrolisis berlangsung tembaga di anoda teroksidasi menjadi Cu2+
kemudian direduksi di katoda menjadi logam Cu.
Katoda : Cu2+(aq) + 2e → Cu(s)
Anoda : Cu(s) → Cu2+(aq) + 2e
Pada proses ini anoda semakin berkurang dan katoda (tembaga murni) makin
bertambah banyak, sedangkan pengotor-pengotor yang berupa Ag, Au, dan Pt
mengendap sebagai lumpur.
F. TEMBAGA DAN PADUANNYA
Tembaga digunakan secara luas sebagai salah satu bahan teknik, baik
dalam keadaan murni maupun paduan. Tembaga memiliki kekuatan tarik hingga 150
N/mm2 dalam bentuk tembaga tuangan dan dapat ditingkatkan hingga 390 N/mm2
melalui proses pengerjaan dingin dan untuk jenis tuangan aangka kekerasanya
hanya mencapai 45 HB namun dapat ditingkatkan menjadi 90 HB melalui pengerjaan
dingin, dimana dengan proses pengerjaan dingin ini akan mereduksi keuletan,
walaupun demikian keuletannya dapat ditingkatkan melalui proses annealing
(lihat proses perlakuan panas) dapat menurunkan angka kekerasan serta
tegangannya atau yang disebut proses “temperature” dimana dapat dicapai melalui
pengendalian jarak pengerjaan setelah annealing.
Tembaga memiliki sifat thermal dan electrical conduktifitas nomor dua
setelah Silver. Tembaga yang digunakan sebagai penghantar listrik banyak
digunakan dalam keadaan tingkat kemurnian yang tinggi hingga 99,9 %. Sifat lain
dari tembaga ialah sifat ketahanannya terhadap korosi atmospheric serta
berbagai serangan media korosi lainnya. Tembaga sangat mudah disambung melalui
proses penyoderan, Brazing serta pengelasan. Tembaga termasuk dalam
golongan logam berat dimana memiliki berat jenis 8,9 kg/m3 dengan titik cair
1083 C.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa,
kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya
tergantung pada jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral
pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan
tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil
mineral non logam
Perak adalah suatu unsur
kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Ag dan nomor atom 47. Lambangnya berasal dari bahasa Latin Argentum. Sebuah logam transisi lunak, putih, mengkilap, perak memiliki konduktivitas
listrik dan panas tertinggi di seluruh logam dan terdapat di mineral dan dalam bentuk bebas. Logam ini
digunakan dalam koin, perhiasan, peralatan
meja, dan fotografi. Perak termasuk logam
mulia seperti emas.
Tembaga adalah unsur kimia dengan nomor atom 29 dan nomor massa 63,54,
merupakan unsur logam, dengan warna kemerahan. Unsur ini mempunyai titik lebur
1.803° Celcius dan titik didih 2.595° C. dikenal sejak zaman prasejarah.
Tembaga sangat langka dan jarang sekali diperoleh dalam bentuk murni. Mudah
didapat dari berbagai senyawa dan mineral. Penggunaan tembaga yaitu dalam
bentuk logam merupakan paduan penting dalam bentuk kuningan, perunggu serta
campuran emas dan perak. Banyak digunakan dalam pembuatan pelat, alat-alat
listrik, pipa, kawat, pematrian, uang logam, alat-alat dapur, dan industry.
Senyawa tembaga juga digunakan dalam kimia analitik dan penjernihan air,
sebagai unsur dalam insektida, cat, obat-obatan dan pigmen. Kegunaan biologis
untuk runutan dalam organism hidup dan merupakan unsur penting dalam darah
binatang berkulit keras.
DAFTAR PUSTAKA
Skiner, B.J., 1976. Sumber Daya Bumi. Gadjah Mada
Universitay Press.
Yogyakarta.
An, P.K. dan Kay, H.S., 1993, Rahasia Batu Permata. PT. Mandira.
Semarang.
Pengantar
Geologi.
No comments:
Post a Comment