12/10/2016

MakalhTentang Penyakit Tifus




BAB I

PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang

Bahan makanan, selain merupakan sumber gizi bagi manusia, juga merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan dapat menyebabkan perubahan yang menguntungkan seperti perbaikan bahan pangan secara gizi, daya cerna ataupun daya simpannya. Selain itu pertumbuham mikroorganisme dalam bahan pangan juga dapat mengakibatkan perubahan fisik atau kimia yang tidak diinginkan, sehingga bahan pangan tersebut tidak layak dikomsumsi. Kejadian ini biasanya terjadi pada pembusukan bahan pangan. Bahan pangan dapat bertindak sebagai perantara atau substrat untuk pertumbuhan mikroorganisme patogenik dan organisme lain penyebab penyakit.
Penyakit menular yang cukup berbahaya seperti tifus, kolera, disentri, atau tbc, mudah tersebar melalui bahan makanan. Gangguan-gangguan kesehatan, khususnya gagguan perut akibat makanan disebabkan, antara lain oleh kebanyakan makan, alergi, kekurangan zat gizi, keracunan langsung oleh bahan-bahan kimia, tanaman atau hewan beracun; toksintoksin yang dihasilkan bakteri; mengkomsumsi pangan yan mengandung parasitparasit hewan dan mikroorganisme. Gangguan-gangguan ini sering dikelompokkan menjadi satu karena memiliki gejala yang hampir sama atau sering tertukar dalam penentuan penyebabnya. Secara umum, istilah keracuan makanan yang sering digunakan untuk menyebut gangguan yang disebabkan oleh mikroorganisme., mencakup gangguangangguan yang diakibatkan termakannya toksin yang dihasilkan organismeorganisme tertentu dan gangguan-gangguan akibat terinfeksiorganisme penghasil toksin. Toksin-toksin dapat ditemukan secara alami pada beberapa tumbuhan dan hewan atau suatu produk metabolit toksik yang dihasilkan suatu metabolisme. Dengan demikian, intoksikasi pangan adalah gangguan akibat mengkonsumsi toksin dari bakteri yang telah terbentuk dalam makanan, sedangkan infeksi pangan disebabkan masuknya bakteri ke dalam tubuh melalui makanan yang telah terkontaminasi dan sebagai akibat reaksi tubuh terhadap bakteri atau hasil-hasil metabolismenya.
Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Untuk menyembuhkan penyakit, orang-orang biasa berkonsultasi dengan seorang dokter. Pada abad ke-20 lapangan bidang mikrobiologi berkembang secara cepat menjadi dua arah, yaitu dasar dan terapan. Pada bidang terapan kemajuan praktis yang dibuat Koch mengarah pada meluasnya perkembangan dalam bidang kedokteran dan imunologi. Ditemukannya beberapa bakteri patogen baru pada awal abad ke-20, ditemukan prinsip bahwa patogen tersebut dapat menginfeksi tubuh dan selanjutnya tahan terhadap sistem kekebalan tubuh. Hal ini terjadi akibat penggunaan berbagai antibiotik yang jumlah takaranya tidak tepat, sehingga menyebabkan terbentuknya proses kekebalan pada bakteri patogen.
Pada akhir abad ke-20, aplikasi mikrobiologi terutama dalam bidang pertanian mengalami kemajuan yang pesat, dengan ditemukannya pengetahuan proses dasar mikroba dalam tanah yang bermanfaat dan berbahaya bagi pertumbuhan tanaman, seperti ditemukannya bakteri pengikat nitrogen bebas dari udara yang bermanfaat dalam upaya peningkatan kesuburan tanah. Disamping itu ditemukan berbagai mikroorganisme patogen yang menyebabkan penyakit pada berbagai tanaman, sehingga dapat teridentifikasi cara pencegahannya. Penelitian mengenai mikrobiologi terapan dalam bidang kedokteran dan industry mengarah pada peran penggunaan mikroba dalam pembentukan antibiotik dan industry kimia. Hal ini terjadi setelah Perang Dunia I , dan mengarah pada bidang mikrobiologi industri. Selanjutnya disiplin mikrobiologi juga menjadi dasar untuk penelitian proses mikroba dalam air seperti; sungai, danau, laut. Bidang ini dibahas khusus pada suatu studi yang dikelompokkan ke dalam bidang mikrobiologi lingkungan akuatik. Salah satu cabang mikrobiologi akuatik, mengembangkan proses yang menyediakan air yang aman untuk dikonsumsi manusia. Pengendalian limbah khususnya limbah domestik, membutuhkan perlengkapan proses rekayasa skala besar untuk pengolahan limbah yang sebagian besar menggunakan mikroba. Bidang mikrobiologi sanitasi, tidak hanya membutuhkan ahli biologi tetapi juga insinyur yang mampu merancang proses berskala besar.

1.2 Rumusan Masalah
  1. Berapa lama masa inkubasi tifus ?
  2. Bagaimana gejala penyakit tifus?
  3. Bagaimana pencegahan penyakit tifus?
  4. Bagaimana pengobatan penyakit tifus?
  5. Bagaimana besarnya kasus  penyakit tifus dimasyarakat ?

1.3  Batasan Masalah
Dalam makalah ini, ruang lingkup permasalahan dibatasi pada mikroorganisme Rickettsia typhi yang menyebabkan penyakit tifus.

1.4  Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.      Mengetahui lama masa inkubasi tifus
2.      Mengetahui gejala penyakit tifus
3.      Mengetahui pencegahan penyakit tifus
4.      Mengetahui pengobatan penyakit tifus
5.      Mengetahui besarnya kasus  penyakit tifus dimasyarakat

 
BAB II
PEMBAHASAN

1.1  Pengertian penyakit tifus
Tifus merupakan suatu penyakit yang disebabkanoleh adanya suatu infeksi pada usus yang ber imbas pada jaringan seluruh tubuh. Penyakit tifus disebabkan dari adanya suatu bakteri yang masuk melalui makanan , minuman atau bisa pula dari wabah yang merata pada suatu wilayah. Tipe penyakit tifus terdapat dua macam tergantung dari bakteri penyebabnya seperti bakteri rickettsia typhi / tifes endemik (biasanya terjadi dalam satu wilayah yang di karenakan binatang seperti lalat dan kecoa yang menempelkan bakteri pada makanan) dan bakteri rickettsia prowazekii / tipes epidemik (dari seseorang yang pernah terkena penyakit tipus sebelunya dan kanbuh kembali). Penderita penyakit tipes sendiri biasnya akan mengalami banyak kekurangan kadal albumin, kadar sodium, sakit di sekitar ginjal, antibodi meninggi dan enzim dalam liver meningkat.
1.2  Cara penularan tifus
Penyebab tifus kecil Gram-negatif coccobacilli berbentuk bakteri, anggota genus Rickettsia yang parasit intraseluler banyak hewan dan memanfaatkan komponen-komponen dalam sel untuk bertahan hidup dan berkembang biak. Mereka sulit untuk membudidayakan karena mereka biasanya hanya tumbuh dalam sel mereka menginfeksi. Adakalanya, bakteri dapat menjadi aktif dalam sel yang terinfeksi, dan beberapa tahun kemudian, lagi mulai berkembang biak (menyebabkan penyakit Brill-Zinsser).
Umumnya, tifus berikut hewan (tikus, mouse) ke vektor (kutu, kutu) siklus. Manusia kebetulan terinfeksi biasanya ketika vektor datang di dekat manusia. Kedua Rickettsia spp. bertanggung jawab atas dua jenis utama tifus adalah R. prowazekii, penyebab tifus epidemi, dan R. typhi, penyebab tifus endemik. Namun, R. felis, spesies lain biasanya ditemukan pada kucing dan kutu kucing, telah dikaitkan dengan orang-orang dengan tifus endemik juga.
Epidemi tifus biasanya menyebar atau menular ke manusia dari kutu tubuh (Gambar 1) tinja terkontaminasi R. prowazekii atau kadang-kadang dari kotoran hewan yang terkontaminasi dengan bakteri ini. Tifus endemik biasanya ditularkan ke manusia oleh kotoran kutu atau kotoran hewan yang mengandung R. typhi atau R. felis. Gigitan loak atau kutu menyebabkan gatal-gatal dan menggaruk dan memungkinkan bakteri untuk memasukkan goresan atau area gigitan di kulit. Langsung orang-ke-orang penularan dapat terjadi jika kutu atau kutu menginfeksi satu orang yang mengembangkan penyakit dan kemudian kutu kutu yang terinfeksi atau berpindah dari orang ke orang melalui kontak langsung atau melalui pakaian bersama. Secara umum, kutu kepala yang berbeda dari kutu tubuh tidak mengirimkan Rickettsia. R. prowazekii, R. typhi, dan R. felis berbeda dari spp Rickettsia lainnya. Misalnya, R. rickettsii dan banyak lainnya R. spp. dipertimbangkan dalam literatur medis sebagai kelompok terpisah dari bakteri dan ditularkan oleh kutu, menyebabkan demam Rocky Mountain melihat (RMSF), dan preferentially menginfeksi dan menyebar melalui sel-sel endotel setelah gigitan kutu. Orientia tsutsugamushi, sebuah spesies bakteri awalnya bernama Rickettsia tsutsugamushi, menambah kompleksitas tifus terminologi karena penyakit itu menyebabkan tifus scrub disebut.
Perubahan nama bakteri terjadi karena bakteri yang ditemukan secara genetik berbeda cukup untuk disebut sebagai genus terpisah bernama Orientia. Juga, tifus scrub ditransmisikan, secara umum, oleh vektor yang berbeda: “. Chiggers” tungau atau Tifus Scrub ditemukan terutama di Asia dan Australia. Banyak peneliti menganggap tifus scrub sebagai penyakit yang berbeda, dalam hal agen bakteri, vektor, dan lokalisasi, yang hanya jauh terkait dengan dua jenis utama dari tifus dilihat seluruh dunia (tifus endemik dan epidemik). Untuk rincian tambahan tentang tifus scrub, kami merujuk pembaca untuk referensi terakhir dalam bagian informasi tambahan.
 Ada dua aspek lain yang dapat menemukan tentang bakteri Rickettsia menarik. Pertama, penelitian terbaru telah terlibat bahwa struktur intraseluler yang menghasilkan energi untuk semua sel-sel hewan, disebut mitokondria, muncul dari nenek moyang primitif dari bakteri Rickettsia. Penelitian genetik menunjukkan bahwa urutan DNA pada bakteri Rickettsia banyak lebih erat terkait dengan sekuens DNA yang ditemukan di mitokondria daripada DNA ditemukan dalam genera bakteri lainnya. Aspek lainnya adalah mengganggu karena Rickettsia (terutama R. prowazekii) telah dipelajari dan ditemukan untuk menjadi agen mungkin untuk senjata biologis karena bakteri artifisial dapat ditularkan melalui aerosol. Namun, personil yang sangat terampil dan keahlian teknis yang diperlukan untuk mengembangkan organisme ini menjadi senjata dan, karena penyakit yang disebabkan oleh organisme ini dapat diobati dengan antibiotik, beberapa ahli menyarankan bahwa organisme tidak akan berkembang melampaui eksperimentasi laboratorium di sebagian besar negara.


13  Masa inkubasi tifus
Yang dimaksud masa inkubasi adalah masuknya kuman atau virus ke dalam tubuh manusia sampai timbul gejala awal penyakit. Masa inkubasi tipus rata-rata berlangsung antara 7­14 hari. Pada akhir masa inkubasi, terjadi pelepasan endoktoksin yang menyebar ke seluruh tubuh dan menimbulkan gejala demam tifoid. Oleh sebab itu, puncak penyakit ini biasanya terjadi pada akhir minggu pertama.
1.4  Gejala tifus
Gejala tifus ditemukan antara selang waktu antara infeksi dan permulaan sakit (masa inkubasi) bergantung dari banyaknya bakteri yang masuk ke tubuh. Masa inkubasi berkisar antara 8-14 hari.
Dengan ciri-ciri gejala tifus adalah :
1. Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya seperti demam, sakit kepala, mual, muntah, nafsu makan menurun, sakit perut, diare pada anak-anak atau sulit buang air pada orang dewasa, dan suhu tubuh meningkat terutama sore dan malam hari.
2. Setelah minggu ke dua, gejala menjadi lebih jelas yaitu demam yang tinggi terus-menerus, nafas berbau tak sedap, kulit kering, rambut kering, bibir kering pecah-pecah, lidah ditutupi selaput putih kotor, pembesaran hati dan limpa dan timbul rasa nyeri bila diraba, dan perut kembung. Anak nampak sakit berat, disertai gangguan kesadaran dari yang ringan, acuh tak acuh (apatis), sampai berat (koma).
tifus endemik berkembang dalam waktu sekitar 1-2 minggu setelah infeksi awal dan mungkin termasuk demam tinggi (sekitar 105 M), sakit kepala,  malaise, mual, muntah, diare, dan ruam yang mulai sekitar empat sampai tujuh hari di dada dan perut setelah gejala awal di atas berkembang; ruam sering menyebar. Beberapa pasien juga mungkin memiliki batuk dan perut, nyeri sendi, dan punggung. Gejala dapat berlangsung selama sekitar dua minggu, dan komplikasi pembatasan atau kematian (kurang dari 2% meninggal), gejala mereda. Namun, epidemi gejala tifus, meskipun awalnya mirip dengan tifus endemik, menjadi lebih parah. Pasien mungkin mengalami gejala tambahan perdarahan ke dalam kulit (petechiae), delirium, stupor, hipotensi, dan shock, yang dapat menyebabkan kematian mereka. Penyakit tifus yang berat menyebabkan komplikasi perdarahan, kebocoran usus, infeksi selaput usus, renjatan bronkopneumonia (peradangan paru) dan kelainan di otak.
  
1.5  Cara pencegahan penyakit tifus
Untuk mencegah tifus adalah dengan menjaga lingkungan tetap bersih sehingga bakteri tifus tidak dapat berkembang biak. Pilihlah makanan dan minuman yang bersih untuk dikonsumsi. Usaha pencegahan penyakit tifus ini dibagi dalam dua upaya, yaitu terhadap lingkungan hidup dan manusianya sendiri. Penyediaan sarana air minum yang memenuhi syarat, pembuatan jamban yang hygienis, pemberantasan lalat dan pengawasan terhadap rumah makan dan penjual makanan adalah beberapa hal yang dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Sedangkan terhadap manusia dilakukan upaya imunisasi untuk memberikan kekebalan tubuh yang kuat, menemukan? dan mengawasi para carrier tifoid dan yang utama adalah pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Bila masyarakat memahami bahaya penyakit ini, maka masyarakat akan berusaha untuk menjaga dirinya dan lingkungannya agar selalau bersih dan sehat. Jika demikian halnya, kuman thyfus tidak akan menyerang.

1.6  Pengobatan penyakit tifus 
Pengobatan alternatif tifus yang dilakukan untuk membantu penyembuhan bisa lewat makanan sehat(sup, buah-buahan, atau makanan lain yang mengembalikan cairan tubuh) jika terjadi panas segera lakukan kompres dengan air dingin(bukan es), jangan melakukan pergerakan jika sedang panas alias harus benar-benar istirahat total, jaga kebersihan makan dan minuman yang akan di konsumsi. Jangan lupa bila ada orang yang terkena tipes maka harus menjaga jarak dalam masalah kebersihan lingkungan karena penyakit tifus sangat mudah menular terutama bagi orang yang kurang sehat. dengan menggunakan konsumsi obat herbal sangat baik untuk dapat menyembuhkan tipes seperti jelly gamat, karena dalam kandungan jelly gamat terdapat antiseftik dimana akan bekerja dalam tubuh untuk menghilangkan bakteri yang menyebabkan terjadinya penyakit tifus serta memperbaiki dengan cepat setiap jaringan yang sudah di serang bakteri dari penyakit tifus.
Perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit demam Tifoid atau types bertujuan menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah terjadinya komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali. Pengobatan penyakit tifus dilakukan dengan jalan mengisolasi penderita dan melakukan desinfeksi pakaian, faeces dan urine untuk mencegah penularan. Pasien harus berbaring di tempat tidur selama tiga hari hingga panas turun, kemudian baru boleh duduk, berdiri dan berjalan. Selain obat-obatan yang diberikan untuk mengurangi gejala yang timbul seperti demam dan rasa pusing (Paracetamol), Untuk anak dengan demam tifoid maka pilihan antibiotika yang utama adalah kloramfenikol selama 10 hari dan diharapkan terjadi pemberantasan/eradikasi kuman serta waktu perawatan dipersingkat. Namun beberapa dokter ada yang memilih obat antibiotika lain seperti ampicillin, trimethoprim-sulfamethoxazole, kotrimoksazol, sefalosporin, dan ciprofloxacin sesuai kondisi pasien. Demam berlebihan menyebabkan penderita harus dirawat dan diberikan cairan Infus.

1.7 Besarnya persentase penyakit tifus dimasyarakat indonesia
Tifus masih merupakan penyakit endemik di Indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit menular yang tercantum dalam Undang-undang nomor 6 tahun 1962 tentang wabah. Kelompok penyakit ini merupakan penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah (Djoko Widodo, 2007). Hal ini disebabkan oleh kesehatan lingkungan yang kurang memadai, penyediaan air minum yang tidak memenuhi syarat, tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan masyarakat (Harrison, 2005).
Dinas Kesehatan Kabupaten Jernber mencatat tifus menduduki peringkat 11 dari keseluruhan penyakit yang ada. Insiden tifus tahun 2006 tercatat 23.347 orang dan insiden terbanyak terjadi pada usia 20-44 tahun. UPT Unej Medical Center melaporkan jumlah penderita tifus mulai bulan Januari sampai bulan Oktober tahun 2007 adalah sebanyak 135 orang dan 100 diantaranya adalah mahasiswa. Prosentase jumlah penderita tifus antara mahasiswa fakultas kesehatan dengan mahasiswa fakultas non kesehatan yaitu ada 14 penderita tifus dari 374 mahasiswa fakultas kesehatan (3,74%) dan 86 penderita dari 2.533 mahasiswa fakultas non kesehatan (3,39%). Dewasa ini tingkat angka kematian baik di Indonesia maupun di dunia secara globalnya relatif meningkat pertahunnya, hal ini baik disebabkan kecelakaan, proses penuaan yang menyebabkan kelamahan fungsi organ tubuh ataupun karena menderita berbagai macam penyakit. Kita mengenal berbagai macam penyakit dan istilahnya baik itu penyakit menular maupun penyakit tidak menular, faktor fisik (seperti luka bakar dan trauma benturan) atau kimia (seperti keracunan) yang mana bisa ditularkan atau menular kepada orang lain melalui media tertentu seperti udara (TBC, Infulenza dll), tempat makan dan minum yang kurang bersih pencuciannya (Hepatitis, Typhoid/Types dll), jarum suntik dan transfusi darah (HIV Aids, Hepatitis dll).
























BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
     Bahan makanan, selain merupakan sumber gizi bagi manusia, juga merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan dapat menyebabkan perubahan yang menguntungkan seperti perbaikan bahan pangan secara gizi, daya cerna ataupun daya simpannya. Bahan pangan dapat bertindak sebagai perantara atau substrat untuk pertumbuhan mikroorganisme patogenik dan organisme lain penyebab penyakit.
Penyakit menular yang cukup berbahaya seperti tifus, kolera, disentri, atau tbc, mudah tersebar melalui bahan makanan. Gangguan-gangguan kesehatan, khususnya gagguan perut akibat makanan disebabkan, antara lain oleh kebanyakan makan, alergi, kekurangan zat gizi, keracunan langsung oleh bahan-bahan kimia, tanaman atau hewan beracun; toksintoksin yang dihasilkan bakteri; mengkomsumsi pangan yan mengandung parasitparasit hewan dan mikroorganisme. Tifus merupakan suatu penyakit yang disebabkanoleh adanya suatu infeksi pada usus yang ber imbas pada jaringan seluruh tubuh. Penyakit tifus disebabkan dari adanya suatu bakteri yang masuk melalui makanan , minuman atau bisa pula dari wabah yang merata pada suatu wilayah.


                                                                                        







DAFTAR PUSTAKA

Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta : Penerbit CV. Sagung Seto

Maramis WF. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Penerbit Airlangga University Press.

Tjandra YA. Dampak Merokok Bagi Kesehatan. Simposium Nasional I. Hasil Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Di selenggarakan oleh : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Jakarta, 20-21 Desember 2004.

Tim Dosen Unimed.2012. Mikrobiologi Makanan. Medan : FMIPA UNIMED

No comments:

Post a Comment