ANALISIS
PELAYANAN KOMUNIKASI ISLAMI TERHADAP LOYALITAS NASABAH KOPERASI HIDMAT PONDOK
PESANTREN SURYALAYA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Ekonomi Syariah
Oleh :
PROGRAM
STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM LATIFAH MUBAROKIYAH
PONDOK
PESANTREN SURYALAYA TASIKMALAYA
2023
LEMBAR PERSETUJUAN
ANALISIS
PELAYANAN KOMUNIKASI ISLAMI TERHADAP LOYALITAS NASABAH KOPERASI HIDMAT PONDOK
PESANTREN SURYALAYA
ABSTRAK
Diki
Darusman (2023) Analisis Pelayanan Komunikasi Islami Terhadap Loyalitas Nasabah
Koperasi Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya
Komunikasi dalam lembaga atau perusahaan merupakan
suatu sarana bagi sebuah lembaga
atau perusahaan untuk menyampaikan informasi
yang lembaga atau perusahaan itu ingin sampaikan, kepada nasabah atau
konsumen. Dalam menentukan tingkat kepuasan, seringkali dilihat dari nilai lebih suatu produk maupun kinerja
pelayanan yang diterima dari suatu proses
pembelian produk atau jasa.
Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis pelayanan komunikasi Islami terhadap
loyalitas nasabah koperasi Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu
penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan,
peristiwa, objek, apakah orang atau segala sesuatu yang terkait yang bias
dijelaskan baik dengan angka-angka maupun kata-kata. Metode penelitian ini
berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya.
Dimana teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa pelayanan komunikasi di koperasi Hidmat Pondok
Pesantren Suryalaya sanagatlah baik. Loyalitas anggota merupakan aset yang
sangat berharga bagi koperasi hidmat itu sendiri, karena dengan anggota yang
loyal akan terjalinnya hubungan baik jangka panjang antara koperasi dan
anggotanya.
Simpulan
dari penelitian ini adalah pelayanan komunikasi Islami berpengaruh terhadap
loyalitas anggota. bahwa koperasi Hidmat menggunakan prinsip-prinsip komunikasi
Islami diantaranya Qawlan Sadidan (perkataan yang benar), Qawlan
Baligha (efektif, tepat sasaran), Qawlan Ma’rufan (perkataan yang
baik, pantas), Qawlan karima (perkataan yang mulia), dan Qawlan
Layyina. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor loyalitas anggota kepada
koperasi
Kata
kunci : Analisis Pelayanan Komunikasi Islami Terhadap Loyalitas Nasabah
ABSTRACT
Diki Darusman (2023) Analysis of Islamic
Communication Services on Customer Loyalty of the Hidmat Cooperative Suryalaya
Islamic Boarding School
Communication within an institution or company
is a means for an institution or company to convey information that the
institution or company wants to convey, to customers or consumers. In
determining the level of satisfaction, it is often seen from the added value of
a product or service performance received from a product/service purchasing
process.
The purpose of this study was to analyze
Islamic communication services on the loyalty of members of the Suryalaya
Islamic Boarding School Hidmat cooperative
The method used in this research is descriptive
qualitative method, namely research that aims to explain or describe a
situation, event, object, whether person or anything related that can be
explained either with numbers or words. This research method seeks to describe
and interpret objects according to what they are. Where data collection
techniques are carried out by means of observation, interviews, and
documentation.
The results of this study indicate that
communication services at the Suryalaya Islamic Boarding School Hidmat
cooperative are very good. Member loyalty is a very valuable asset for the
hidmat cooperative itself, because with loyal members a long-term good
relationship will be established between the cooperative and its members.
The conclusion of this study is that Islamic
communication services have an effect on member loyalty. that the Hidmat
cooperative uses the principles of Islamic communication including Qawlan
Sadidan (true words), Qawlan Baligha (effective, on target), Qawlan Ma'rufan
(good, appropriate words), Qawlan Karima (noble words), and Qawlan Layyina .
This is one of the factors of member loyalty to the cooperative
Keywords:
Analysis of Islamic Communication Services on Customer Loyalty
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan nikmat dan
inayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian mengenai “Analisis Pelayanan
Komunikasi Islami Terhadap Loyalitas Nasabah
Koperasi Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya” Sholawat dan salam semoga
tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat akademik untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Syariah Institut Agama Islam Latifah
Mubarokiyah (IAILM) Suryalaya Tasikmalaya.
Penulisan skripsi ini masih dalam kapsitas cukup terbatas, namun proses
penyelesaiannya tidak lepas atas bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak.
Berkenaan dengan hal tersebut, penulis sampaikan terima kasih yang
sedalam-dalamnya dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. KH. Ahmad Sohibul Wafa Tajul
Arifin (alm), Mursyid Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah (TQN Pondok Pesantren
Suryalaya.
2. Bapak Dr. H. Asep Salahudin,
M.Ag. selaku Rektor Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah Suryalaya
Tasikmalaya. sekaligus Dosen Pembimbing I penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
3. Bapak Dr. H. Jamaludin.,
M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syariah Institut Agama Islam Latifah Suryalaya
Tasikmalaya.
4. Ibu Dr. Hj. Solihah Sari
Rahayu, S.Ag., MH. Selaku Ketua Program Studi Ekonomi Syariah sekaligus Dosen
Pembimbing II penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak/Ibu Dosen Fakultas
Syariah yang telah mendidik dan memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.
6. Kedua orang tua saya Bapak
Damin dan Ibu Cicih, serta keluarga lainnya yang telah memberikan do’a, dorongan
dan semangat selama penyusunan skripsi ini.
7. Teman-teman Fakultas Syariah
satu angkatan 2019 yang telah berjuang bersama-sama penulis dalam menyelesaikan
skrispi ini.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan skripsi penelitian ini sebaik-baik
mungkin peneliti menyadari bahwa skripsi penelitian ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam
penyusunan skripsi penelitian ini.
Akhir kata semoga skripsi penelitian ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca atau peneliti lainnya. Atas segala perhatiannya penulis sampaikan
terima kasih.
Suryalaya, 24 Agustus 2023
Peneliti
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
MOTTO
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
A.. Latar Belakang
B.. Rumusan Masalah
C.. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
D.. Tinjauan
Pustaka
E.. Kerangka Teori
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pelayanan
1.. Pengertian
Pelayanan
2.. Dasar-Dasar
Pelayanan
3.. Karakterristik
Pelayanan Yang Baik
4.. Pelayanan
Dalam Prespektif Islam
5.. Faktor–Faktor
Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan
B. Komunikasi
1.. Pengertian
Komunikasi
2.. Pengertian
Komunikasi Menurut Para Ahli
3.. Unsur-Unsur
Komunikasi
4.. Jenis-Jenis
Komunikasi
5.. Komunikasi
Dalam Prespektif Islam
C. Loyalitas
1.. Pengertian
Loyalitas
2.. Jenis-Jenis
Loyalitas
3.. Indikator
Ioyalitas Nasabah
4.. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Loyalitas Nasabah
5.. Loyalitas
Dalam Prespektif Islam
D. Koperasi
1.. Pengertian
Koperasi
2.. Landasan
Koperasi
3.. Asas
Koperasi
4.. Tujuan
Koperasi
5.. Fungsi
Koperasi
6.. Prinsip-Prinsip
Koperasi
7.. Perangkat
Organisasi Koperasi
8.. Akreditasi
Koperasi
9.. Tinjauan
Tentang AD/ART Koperasi
10.................................................................... Koperasi
Menurut Islam
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1.. Metode
Penelitian
2.. Pendekatan
Penelitian
3.. Sumber
dan Jenis Data
4.. Teknik
Pengumpulan Data
5.. Teknik
Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1.. Gambaran Umum Objek Penelitian
2.. Job
Description
B. Pembahasan
1.. Kondisi Pelayanan Komunikasi Di Koperasi Hidmat Pondok
Pesantren Suryalaya
2.. Loyalitas Nasabah Koperasi Hidmat Pondok Pesantren
Suryalaya
3.. Analisis Pelayanan Komunikasi Terhadap Loyalitas
Nasabah Koperasi Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1 Daftar Informan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Kerangka Pemikiran
Gambar
4. 1 Struktur Organisasi Koperasi Hidmat
BAB I
PENDAHULUAN
Suatu lembaga atau perusahaan yang bergerak
dalam bidang jasa maupun barang
tentunya akan sangat memperhatikan mengenai pelayanan yang akan diberikan
kepada siapapun yang menjadi nasabah
atau konsumennya. Hal ini dilakukan
dengan tujuan meningkatkan reputasi suatu
lembaga atau perusahaan sehingga diharapkan dapat memberikan rasa nyaman
kepada nasabah atau konsumen, bertambahnya nasabah atau konsumen, dan
meningkatnya loyalitas nasabah atau konsumen.
Komunikasi dalam lembaga
atau perusahaan merupakan
suatu sarana bagi sebuah lembaga
atau perusahaan untuk menyampaikan informasi
yang lembaga atau perusahaan itu ingin sampaikan, kepada nasabah atau
konsumen. Dengan cara komunikasi yang baik dan benar maka nasabah atau pelanggan akan merasa nyaman, selain itu
komunikasi juga merupakan alat bagi
lembaga atau perusahaan untuk mempromosikan produk atau jasa mereka.
Dalam memberiakn palayanan
yang baik, tentunya
suatu perusahaan atau lembaga haruslah
memenuhi kriteria-kriteria tertentu.
Dalam dunia perbankan, suatu bank setidaknya harus memenuhi 5 kriteria kualitas
pelayanan, yaitu bukti langsung (tangibles), kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan
(assurance), dan empati (emphaty). Bukti langsung dapat dilihat dari fasilitas fisik, perlengkapan,
pegawai, dan sarana komunikasi. Kehandalan dapat dilihat dari kemampuan dalam memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan. Daya tanggap dapat dilihat dari keinginan para staf untuk
membantu para nasabah dan memberikan pelayanan dengan tanggap. Jaminan mencakup
kemampuan, kesopanan, dan sikap dapat dipercaya
yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan. Empati meliputi kemudahan
dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan para nasabah.[1]
Pelayanan harus sangat diperhatikan oleh
lembaga atau perusahaan untuk
memberikan kepuasan kepada nasabah. Nasabah dapat merasakan dan menyimpulkan dengan memberikan harapan
dan asumsi. Jika pelayanan dan kinerja produk jasa tidak sesuai dengan harapan, maka nasabah
akan merasa tidak puas, begitupun sebaliknya. Dan jika pelayanan dan kinerja produk jasa melebihi
harapan, maka nasabah pun akan merasa sangat puas.
Dalam menentukan tingkat kepuasan, seringkali
dilihat dari nilai lebih suatu produk
maupun kinerja pelayanan yang diterima dari suatu proses pembelian produk/jasa. Besarnya nilai lebih yang
diberikan oleh sebuah produk/jasa
kepada pelanggan tersebut merupakan jawaban dari pertanyaan tentang mengapa seorang pelanggan menentukan
pilihannya. Pelanggan pada dasarnya mencari
nilai terbesar yang diberikan suatu produk
atau jasa.[2]
Apabila nasabah puas maka nasabah akan loyal
dalam memilih produk jasa yang
disediakan. Oleh karena itu lembaga keuangan harus bisa mengutamakan kualitas pelayanannya. Kualitas pelayanan sangat
berpengaruh pada kepuasan
nasabah dan dampaknya
juga akan berpengaruh pada kepercayaan nasabah dan kemudian terdorong untuk menimbulkan loyalitas nasabah yang akan
menguntungkan bagi lembaga keuangan
itu sendiri.
Melalui nasabah yang loyal, lembaga keuangan
bisa mendapatkan nasabah baru. Hal
tersebut dikarenakan perilaku nasabah yang loyal yaitu merekomendasikan lembaga keuangan tersebut kepada orang lain.
Maka dari itu, seseorang nasabah yang
loyal menjadi aset yang sangat berharga bagi suatu lembaga keuangan.
Sehingga disimpulkan bahwa kepuasan nasabah akan menciptakan loyalitas nasabah
terhadap lembaga keuangan tersebut.
Loyalitas juga didefinisikan sebagai komitmen
mendalam untuk membeli ulang atau
mengulang pola prefensi produk atau layanan di masa yang akan datang, yang menyebabkan pembelian berulang merek yang sama atau suatu set merek yang sama,
walaupun ada keterlibatan faktor situasional dan upaya-upaya pemasaran
yang berpotensi menyebabkan perilaku berpindah
merek.[3]
Berbagai upaya dilakukan
Koperasi Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya
dalam meningkatkan pelayanannya, diantaranya dengan didukung
oleh para tenaga operasional yang profesional dan berpengalaman dalam bidangnya. Hal yang melatar
belakangi permasalahan, bahwa
berbagai upaya yang dilakukan oleh pihak lembaga keuangan tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan nasabah
dan menunjukkan loyalitas
nasabah masih kurang,
oleh karena itu dikhawatirkan koperasi
Hidmat pondok pesantren
suyalaya mengalami fluktuasi dan tidak bisa berkembang dengan pesat.
Oleh karena itu, berdasarkan uraian latar
belakang penelitian diatas maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul; "Analisis Pelayanan
Komunikasi Islami Terhadap Loyalitas
Nasabah Koperasi Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya"
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
yang telah diuraikan
di atas dapat dirumuskan:
1. Bagaimana Kualitas Pelayanan
Komunikasi di Koperasi Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya ?
2. Bagaimana
Loyaliyas Nasabah di Koperasi Hidmat
Pondok Pesantren Suryalaya?
3. Bagaimana Pengaruh Pelayanan Komunikasi Islami
Terhadap Loyalitas Nasabahdi Koperasi
Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya ?
C.
Tujuan Dan Manfaat Penelitian
a.
Untuk menganalisis Kualitas Pelayanan Komunikasi Islami di Koperasi
Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya
b.
Untuk menganalisis Loyalitas di Koperasi
Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya.
c.
Untuk menganalisis Pengaruh Pelayanan Komunikasi Islami Terhadap Loyalitas Nasabah
di Koperasi Hidmat
Pondok Pesantren Suryalaya
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi pembacanya, baik sebagai praktisi,
akademisi, atau pemerhati
pemasaran. Dan manfaat
penelitian tersebut terurai
sebagai berikut:
a.
Manfaat Praktis
1) Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman terkait
Analisis Pelayanan Komunikasi Islami Terhadap Loyalitas
Nasabah Koperasi Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya.
2) Bagi Koperasi Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya
Memberikan masukan dan saran terhadap
Koperasi Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya
terkhusus dalam upaya meningkatkan pelayanan komunikasi Islami.
3) Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi
terkait koperasi, sehingga
masyarakat lebih berpartisipasi terhadap program-program yang
telah ada.
D. Tinjauan
Pustaka
Pembahasan mengenai analisis
kualitas pelayanan komunikasi Islami terhadap loyalitas nasabah ini memang telah banyak menjadi bahan berbagai judul buku
skripsi. Hal ini tidak dipungkiri, oleh karena itu langkah pertama
yang dilakukan penelitian ini adalah mengadakan eksplorasi terhadap berbagai
sumber yang mungkin dapat
digali.
Penelitian yang dilakukan oleh Gunarto (2006),
“Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepercayaan dan Loyalitas
Nasabah Perbankan di Surabaya”. Penelitian melibatkan 220 responden
yang merupakan nasabah
berbagai bank di Surabaya
baik bank negara
maupun bank swasta.
Dari Hasil uji hubungan kualitas
menunjukkan bahwa kepercayaan mempengaruhi kesetiaan sebesar 0.725. Temuan ini sesuai dengan
bukti-bukti empiris bahwa suatu hubungan
jangka panjang memang didasari adanya kepercayaan diantara pihak-pihak yang terlibat. Konsumen
akan setia pada perusahaan, merek atau produk yang telah mereka percaya
(Delgado et al., 2003).[4]
Penelitian yang dilakukan
oleh Melani (2003),
“Pengaruh Kualitas Pelayanan
dam Kualitas Komunikasi Terhadap Loyalitas Konsumen Bandoenggsche Melk Centrale”. Dengan Metode penelitian yang digunakan adalah
Metode Survei, sifat penelitian ini adalah deskriptif dan verifikatif, sedangkan
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
konsumen Bandoenggsche Melk Centrale yang berada di Bandung. Hasil penelitian ini bahwa Kualitas Pelayanan dan kualitas komunikasi
memiliki hubungan yang kuat dengan kepuasan konsumen.[5]
Penelitian yang dilakukan
oleh Hennike Ramadhani
(2015) melakukan penelitian
tentang “komunikasi interpersonal Fronliner dalam
melayani dan memberukan informasi kepada pelanggan PT. PLN (Persero) Rayon Panam Pekanbaru”. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui seberapa
efektif Frontliner komunikasi interpersonal melayani dan memberikan informasi
kepada pelanggan, serta untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi Frontliner komunikasi interpersonal dalam melayani dan memberikan informasi
kepada pelanggan. Hasil penelitian
menunjukan bahwa efektivitas interpersonal komponen komunikasi garis depan dalam melayani
dan memberikan informasi kepada pelanggan harus efektif,
karena frontliner harus mampu menjadi
komunikator memiliki kredibilitas tinggi dan memiliki
daya tarik sehingga
untuk menyampaikan pesan atau informasi
secara langsung dapat
dipahami oleh pelanggan.[6]
Wulan Pinontoan (2013) melakukan penelitian
tentang Pengaruh E-Banking, Kualitas
Pelayanan, Kualitas Komunikasi Dan Kepercayaan
Terhadap Loyalitas Nasabah pada PT. Bank Mandiri Cabang Manado. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
secara simultan dan parsial dari variabel E-Banking, Kualitas Pelayanan, Kualitas
Komunikasi dan Kepercayaan terhadap Loyalitas Nasabah
Pada PT. Bank Mandiri (Persero)
Cabang Manado. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara simultan
dan parsial variabel
E-Banking, Kualitas Pelayanan, Kualitas Komunikasi dan Kepercayaan berpengaruh terhadap Loyalitas Nasabah.[7]
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah
pelayanan komunikasi dalam loyalitas nasabah koperasi Hidmat Pondok Pesantren
Suryalaya. Yang membedakan penelitian ini dengan dari ke empat peneliti di atas
bahwa peneliti lebih fokus pada analisis komunikasi Islami terhadap loyalitas
nasabah.
E.
Kerangka Teori
a. Pengertian Komunikasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kumunikasi adalah
pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga
pesan yang dimaksud
dapat dipahami.[8] Istilah
komunikasi berasal dari bahasa Inggris
communication. Di antara arti
komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi
di antara individu
melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda, atau
tingkah laku.[9]
Adapun beberapa pengertian komunikasi menurut para ahli diantaranya sebagai berikut:
1)
Halah al-jamal
Halah
al-jamal mengatakan bahwa komunikasi adalah upaya
manusia untuk menampilkan hubungan yang terbaik dengan pencipta-Nya, dengan dirinya, dan dengan sesama manusia.[10]
2)
Everett M. Roger
Komunikasi
merupakan peroses dimana suatu ide dialihkan
dari sumber kepada suatu penerima
atau lebih, dengan maksud mengubah
tingkahlaku mereka.
Dari
beberapa pengertian diatas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa komunikasi merupakan sebuah peroses perpindahan ide, gagasan, informasi, dan emosi dengan menggunakan
kata-kata, simbol, gambar, tulisan, dan angka
antara individu atau kelompok dengan tujuan individu atau kelompok
tersebut bisa memahami
atau melakukan sesuatu.
b.
Prinsip-Prinsip Komunikasi Islam
1)
Qawlan Sadidan
(Perkataan Yang Benar)
Qaulan sadidan
dapat diartikan sebagai
“pembicaraan yang benar”, “jujur”, “tidak bohong”, “lurus”,
“tidak berbelit-belit”. Dalam
Al-Qur’an, kata qaulan sadidan terungkap sebanyak dua kali yaitu yang pertama, Allah Swt, menyuruh qaulan sadidan dalam menghadapi
urusan anak yatim dan keturunanya[11]
Kata
qawlan sadidan disebut dua kali dalam AlQur‟an.Pertama, Allah menyuruh manusia
menyampaikan qawlan sadidan
dalam urusan anak yatim dan keturunan, terdapat dalam Firman Allah
Al-Qur'an surat An-Nisa (4)
ayat 9 :
وَلْيَخْشَ
الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا
عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan
yang benar” (QS.
An-Nisa [4] : 9).[12]
Wahbah al-Zuhaily mengartikan qaulan sadidan pada
ayat ini dengan ucapan yang tepat dan bertanggung jawab, yakni ucapan yang tidak bertentangan dengan ajaran agama.
Selanjutnya ia berkata bahwa surah Al-Ahzab
ayat 70 merupakan perintah Allah terhadap dua hal:
Pertama, perintah untuk melaksana kan
ketaatan dan ketaqwaan dan menjauhi larangan-Nya. Kedua, Allah memerintahkan kepada orangorang yang beriman untuk berbicara dengan qaulan sadidan,
yaitu perkataan yang sopan tidak kurang ajar, perkataan yang benar bukan yang batil.[13]
2)
Qawlan Baligha
(Efektif, Tepat Sasaran)
Dalam
bahasa arab kata Baligha diartikan sebagai “sampai”, ”mengenai sasaran”, atau “sampai tujuan”.
Jika dikaitkan dengan kata-kata qawl (ucapan atau komunikasi) baligha
berarti “fasih”, ”jelas maknanya”, ”tepat mengungkapkan apa yang dikehendaki” dan “terang”. Akan
tetapi, juga ada yang mengartikan sebagai
“perkataan yang membekas di jiwa.[14]
Al-Qur'an surat An-Nisa (4) ayat 63 :
اُولٰۤىِٕكَ
الَّذِيْنَ يَعْلَمُ اللّٰهُ مَا فِيْ قُلُوْبِهِمْ فَاَعْرِضْ عَنْهُمْ
وَعِظْهُمْ وَقُلْ لَّهُمْ فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ قَوْلًا ۢ بَلِيْغًا
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu
berpalinglah kamu dari mereka, dan
berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka” (QS. An- Nisa
[4] : 63).[15]
3)
Qawlan Ma’rufan
(Perkataan Yang baik, Pantas)
Jalaluddin
Rahmat menjelaskan bahwa qaulan ma’rufan adalah perkataan yang baik. Allah menggunakan frase ini ketika berbicara tentang
kewajiban orang-orang kaya atau kuat terhadap orang-orang miskin atau lemah. qaulan ma’rufan
berarti pembicaraan yang bermamfaat memberikan pengetahuan, mencerahkan pemikiran, menunjukan pemecahan terhadap kesulitan kepada orang lemah,
jika kita tidak dapat membantu secara material,kita harus dapat membantu
psikologi.
4)
Qawlan Karima (Perkataan Yang Mulia)
Perkataan
yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat dan mengagumkan, enak didengar lemah-lembut,
dan bertata krama. Jika dikaji lebih jauh, komunikasi dakwah dengan menggunakan qawlan karima lebih ke sasaran
dengan tingkatan umurnya lebih tua.
Sehingga, pendekatan yang digunakan lebih pada pendekatan yang sifatnya pada sesuatu yang santun, lembut, dengan tingkatan dan sopan santun
yang diutamakan. Dalam artian,
memberikan penghormatan dan tidak menggurui dan retorika
yang berapi-api.
5)
Qawlan Layyina
Qaulan Layina berarti pembicaraan yang
lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar,
dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh
hati maksudnya tidak mengeraskan suara, seperti
membentak, meninggikan suara. Siapapun tidak suka bila berbicara dengan orang-orang yang kasar. Rasullulah SAW selalu bertutur kata dengan lemah lembut, hingga setiap kata yang beliau ucapkan
sangat menyentuh hati siapapun yang mendengarnya. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud layina
ialah kata-kata sindiran, bukan dengan kata kata terus terang atau lugas, apalagi
kasar. Qaulan Layina berarti pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar,
dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh
hati. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud
layina ialah kata kata sindiran, bukan dengan kata kata terus terang atau lugas, apalagi kasar.
Al-Qur'an surat Thaha
(20) ayat 44 :
فَقُوْلَا
لَهٗ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهٗ يَتَذَكَّرُ اَوْ يَخْشٰى
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya
dengan kata- kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia
ingat atau takut". (QS. Thaha [20]
: 44 ).[16]
6)
Qaulan. Maysura
Qaulan Maysura bermakna perkataan yang mudah,
Ungkapan qaulan maiysura
dalam al-Quran terdapat
pada surat al-Isra ayat 28. Secara leksikal ungkapan tersebut
bermakna perkataan yang mudah. Al-Maraghi
mengartikan ungkapan tersebut dengan
makna ucapan yang lunak dan baik atau ucapan janji yang tidak mengecewakan.
Dilihat dari kondisi
ketika ayat itu turun (asbab nuzul) sebagaimana diriwayatkan oleh Saad bin Mansur yang bersumber dari Atha al-Khurasani, ketika orang-orang dari Muzainah meminta
kepada Rasulullah supaya diberi kendaraan untuk berperang fisabilillah.
Rasulullah menjawab, “Aku tidak mendapatkan lagi kendaraan untuk kalian”. Mereka berpaling dengan air mata berlinang
karena sedih mengira
bahwa Rasulullah marah kepada mereka.
Maka turunlah ayat ini sebagai
petunjuk kepada Rasulullah
dalam menolak suatu permohonan supaya menggunakan kata-kata yang lemah lembut.
2. Kualitas Pelayanan
a.
Pengertian Kualitas
Pelayanan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kualitas didefinisikan sebagai “tingkat baik
buruknya sesuatu”. Kualitas dapat didefinisikan sebagai tingkat keunggulan, sehingga kualitas merupakan ukuran relatif kebaikan.[17]
Pelayanan adalah suatu aktifitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi akibat adanya interaksi antara kunsumen dengan karyawan
atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi
pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan
konsumen atau pelanggan.[18]
Kualitas pelayanan adalah seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan pelanggan
atas layanan yang mereka terima.
Tjiptono menjelaskan bahwa apabila jasa yang
diterima atau disarankan sesuai dengan harapan, kualitas jasa dipresepsikan baik dan memuaskan.[19]
Dari definisi diatas kitab isa melihat bahwa pelayanan
yang baik dari suatu perusahaan sangat berdampak positif guna memberikan kepuasan pada kunsumen terhadap pelayanan
yang diberikan.
b.
Faktor-Faktor Yang Menentukan Kualitas
Pelayanan
Menurut A.Parasuraman, dalam Philip Kotler menjelaskan
faktor-faktor yang menentukan kualitas jasa dapat dibagi menjadi 5 dimensi kualitas jasa, yaitu :[20]
1)
Bukti Langsung
(Tangible)
Meliputi penampilan fisik, seperti gedung dan ruangan
front office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapihan dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi dan penampilan karyawan.
2)
Keandalan (Realibility)
Yakni kemampuan memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.
3)
Daya Tangkap (Responsiveness)
Respon atau kesigapan
karyawan dalam membantu
pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap,
yang meliputi kesigapan
para karyawan untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan
dengan tanggap. Kecepatan
karyawan dalam menangani
transaksi, dan penanganan keluhan pelanggan.
4)
Empati (Emphaty)
Perhatian secara individual yang diberikan
perusahaan kepada pelanggan. Seperti kemudahaan untuk
menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan dan usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggan.
5)
Jaminan (Assurance)
Mencangkup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para
staff , bebas dari bahaya, resiko dan keraguan.
a.
Pengertian Loyalitas Nasabah
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Loyalitas adalah
kepatuhan; kesetiaan. Sedangkan Nasabah adalah orang yang biasa berhubungan dengan atau menjadi
pelanggan bank (dalam hal keuangan).[21]
Loyalitas
konsumen adalah komitmen pelanggan terhadap suatu merk, took atau pemasok berdasarkan sifat yang sangat positif
dalam pembelian jangka panjang. Dari pengertian ini dapat diartikan bahwa kesetiaan terhadap merek
diperoleh karena adanya kombinasi kepuasan
dan keluhan. Loyalitas
pelanggan sangat penting
artinya bagi perusahaan yang menjaga kelangsungan usahanya maupun kelangsungan kegiatan usahanya. Pelanggan
yang loyal adalah mereka yang sangat puas dengan produk dan pelayanan
tertentu, sehingga mempunyai
antusiasme untuk memperkenalkannya kepada orang lain yang
mereka kenal.[22]
Loyalitas nasabah
dapat didefenisikan sebagai
komitmen nasabah terhadap
suatu merk berdasarkan sikap yang sangat positif dan tercermin dalm pembelian ulang yang konsisten. Defenisi tersebut mencakup
dua komponen penting,
yaitu loyalitas sebagai perilaku dan loyalitas sebagai sikap.
Kombinasi kedua komponen itu menghasilkan empat tipe loyalitas yaitu :[23]
1) No Loyalty
Bila
sikap dan perilaku pembelian ulang pelanggan sama- sama lemah, maka loyalitas
tidak terbentuk. Ada dua kemungkinan yaitu:
a. Sikap yang lemah (mendekati netral) dapat
terjadi bila suatu produk atau jasa baru diperkenalkan dan atau pemasarannya tidak mampu mengkomunikasikan keunggulan unit produknya.
b. Berkaitan dengan dinamika pasar, dimana
merek-merek yang berkompetisi dipersiapkan serupa
atau sama.
2) Spurious Loyalty
Spurious Loyalty terjadi bila sikap yang relatif
lemah disertai pola pembelian
ulang yang kuat. Situasi ini ditandai dengan
faktor non sikap terhadap perilaku misalnya norma subyektif dan factor situasional. Situasi ini dikatakan pula inertia,
dimana konsumen sulit membedakan berbagai
merek dalam kategori produk dengan tingkat keterlibatan rendah,
sehingga pembelian ulang dilakukan atas dasar pertimbangan situasional, seperti
dikarenakan penempatan produk yang strategis pada rak panjangan, lokasi outlet dipusat pembelanjaan atau persimpangan
jalan yang ramai, atau faktor diskon.
3) Latent Loyalty
Situasi Latent Loyalty
tercermin bila sikap yang kuat disertai pola pembelian ulang yang lemah. Situasi
yang menjadi perhatian besar para pemasar ini disebabkan pengaruh
faktor-faktor non sikap yang sama kuat atau bahkan cenderung lebih kuat daripada
factor sikap dalam menentukan pembelian ulang.
4) Loyalty
Situasi
ini merupakan situasi ideal yang paling diharapkan para pemasar, dimana konsumen bersikap positif terhadap produk atau produsen
(penyedia jasa) dan disertai pola pembelian ulang yang konsisten.
PELAYANAN |
LOYALITAS NASABAH |
KOMUNIKASI |
KOPERASI HIDMAT |
Gambar
1.1 Kerangka Pemikiran
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pelayanan
Dalam kamus Bahasa Indonesia
dijelaskan bahwa pelayanan adalah sebagai usaha melayani
kebutuhan orang lain. Pada hakekatnya pelayanan adalah serangkaian kegiatan yang merupakan
proses. Sebagaian proses pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan orang dalam masyarakat, proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas
orang lain.[24]
Pelayanan
adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diaraba) terjadi
sebagai akibat adanya interaksi
antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal
lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan
permasalahan konsumen atau pelanggan.[25]
Pelayanan adalah proses pemenuhan
kebutuhan melalui aktivitas
orang lain secara langsung. Perusahaan yang mampu memberikan keunggulan pelayanan, akan
menciptakan nilai positif bagi perusahaan. Dengan adanya pelayanan
yang memadai, pelanggan akan
merasa puas serta mendorong pelanggan
untuk menggunakan produk itu kembali.
Penting memberi pelayanan
yang terbaik dan sesuai harapan
pelanggan, karena pelayanan
tidak hanya sekedar melayani, tetapi berarti mengerti, memahami, dan merasakan sehingga
penyampaiannya bisa mengenai
hati pelanggan sehingga
mampu memperkokoh posisi perusahaan dalam pikiran pelanggan.[26]
Pelayanan pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai
aktifitas seseorang, sekelompok atau organisasi baik langsung maupun tidak langsung
untuk memenuhi kebutuhan. Moenir Mengatakan bahwa pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara langsung. Standar dalam pelayanan adalah ukuran yang telah ditentukan sebagai suatu pembakuan
pelayanan yang baik.[27]
Menurut
Endar Sugiarto pelayanan adalah suatu tindakan
yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan orang lain (konsumen, pelanggan, tamu, klien, pasien,
penumpang, dan lain-lain) yang tingkat pemuasannya hanya dapat dirasakan
oleh orang yang melayani maupun yang dilayani.[28]
Sedangkan Kotler dalam Taufiq Amir mendefinisikan pelayanan merupakan setiap tindakan atau kegiatan yang ditawarkan
oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.[29]
Menurut R.A Supriyono pelayanan
adalah kegiatan yang diselenggarakan
organisasi menyangkut kebutuhan pihak konsumen dan akan menimbulkan kesan tersendiri, dengan adanya pelayanan
yang baik maka konsumen
akan merasa puas,dengan demikian pelayanan merupakan hal yang sangat penting dalam upaya menarik
konsumen untuk menggunakan produk atau
jasa yang ditawarkan.[30]
Selanjutnya
Munir juga mengatakan pelayanan umum adalah kegiatan yang oleh seseorang
(sekelompok orang) dengan landasan faktor material melalui
sistem, prosedur dan metode dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lainya sesuai dengan
haknya. Munir mengemukakan bahwa pelaksanaan
pelayanan dapat diukur, oleh karena itu dapat ditetapkan standar baik dalam waktu yang diperlukan maupun
hasilnya. Dengan adanya standar manajemen
dapatmerencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan pelayanan agar hasil akhir memuaskan
kepada pihak-pihak yang mendapatkan
pelayanan.[31]
Dari
penelitian diatas penulis menyimpulkan bahwa pelayanan adalah serangkaian aktivitas karyawan dengan konsumen untuk memenuhi kebutuhan, pelayanan dapat
dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung. Pelayanan tidak sekedar melayani, tetapi berarti memahami, mengerti
dan merasakan keiinginan para konsumen.
Seorang pegawai atau karyawan dituntut untuk memberikan pelayanan yang prima kepada konsumen. Agar pelayanan yang diberikan dapat memuaskan konsumen maka seorang
karyawan diharapkan dapat melayani keinginan dan kebutuhan
konsumennya. Berikut ini adalah dasar-dasar pelayanan
yang harus dipahami
dalam memberikan pelayanan
yaitu :
a.
Berpakaian dan berpenampilan bersih dan rapi
b.
Percaya diri, bersikap akrab
dengan penuh senyum
c.
Menyapa dengan lembut dan berusaha menyebutkan nama jika sudah kenal
d.
Tenang, sopan, hormat, serta tekun mendengarkan setiap pembicaraan
e.
Berbicara dengan
bahasa baik dan benar
f.
Bertanggung jawab sejak awal hingga selesai[32]
3. Karakterristik Pelayanan Yang Baik
Setiap perusahaan selalu ingin dianggap
terbaik dimata konsumennya. Konsumen pada intinya ingin
diberikan pelayanan yang terbaik.
Ciri–ciri pelayanan yang baik harus diketahui oleh pihak perusahaan sehingga keinginan konsumen dapat diberikan secara maksimal. Adapun ciri–ciri
pelayanan yang baik adalah sebagai berikut :
a.
Tersedia
sarana dan prasaranan yang baik
Konsumen ingin dilayani
prima, oleh karena itu untuk melayani konsumen
salah satu yang paling penting diperhatikan adalah sarana dan
prasarana yang tersedia.
b.
Tersedia
karyawan yang baik
Kenyamanan konsumen
tergantung dari petugas
yang melayaninya. Petugas
harus ramah, sopan, dan menarik, disamping itu petugas
harus cepat tanggap,
pandai berbicara, menyenangkan serta pintar.
c.
Bertanggung
jawab kepada konsumen dari awal sampai selesai
Dalam menjalankan kegiatan pelayanannya setiap
karyawan harus mampu melayani dari awal hingga selesai
d.
Mampu
melayani secara cepat dan tepat
Dalam melayani
konsumen diharapkan petugas
harus melakukannya sesuai prosedur. Layanan
yang diberikan sesuai jadwal dan pekerjaan tertentu dalam arti pelayanan yang diberikan sesuai
dengan keinginan konsumen.
e.
Mampu
berkomunikasi
Petugas harus mampu berbicara
kepada setiap konsumen dan memahami keinginan
konsumen. Artinya petugas
harus dapat berkomunikasidengan bahasa yang jelas dan
mudah dimengerti dan jangan menggunakan
istilah yang sulit dimengerti.
f.
Berusaha
memenuhi kebutuhan konsumen
Petugas
harus cepat tanggap apa yang diinginkan konsumen,
mengerti dan memahami
keinginan dan kebutuhan
konsumen.[33]
4.
Pelayanan
Dalam Prespektif Islam
Seorang pebisnis
selalu berusaha memberikan pelayanan yang
terbaik kepada mitra bisnisnya. Pelayanan yang terbaiknya tentunya tidak bertentangan dengan syariah
(Islam), seperti suap, menipu, serta praktik-praktik bisnis yang tidak bermoral. Rassulullah SAW tidak pernah menghancurkan pesaingnya. Beliau hanya memberikan pelayanan terbaik dan menyebutkan spesifik barangnya termasuk menyebutkan
cacat barangnya (kalau memang ada).[34]
Ada lima
karateristik pelayanan yang sudah dipraktikkan
oleh Rassulullah SAW yang dapat digunakan
sebagai panduan, antara lain :
a. Jujur
Jujur yaitu sikap yang tidak berbohong, tidak menipu,
tidak mengada- ngada fakta, tidak berkhianat,
serta tidak pernah ingkar janji.
b. Bertanggung jawab dan terpercaya
Bertanggung jawab dan terpercaya yaitu
suatu sikap dalam menjalankan
bisnisnya selalu betanggung jawab dan
dapat dipercaya. Artinya pelayanan yang diberikan handal dan bertanggung jawab, bila ini dijalankan dengan baik maka konsumen akan merasa sangat dihargai. Rasulullah SAW telah mempraktikkan dan memerintahkan supaya setiap muslim
senatiasa menjaga amanah yang diberikan
kepadanya. Karena tanggung
jawab beliau pada waktu berniaga
maupun aktivitas kehidupan
yang lainnya, maka beliau dipercaya
oleh semua orang dan mendapat gelar Al- amin.
c. Murah hati
Murah hati melayani
dengan rendah hati adalah sikap ramah tamah, sopan santun,
murah senyum, suka mengalah, namun tetap penuh tanggung
jawab. Adapun dalam sebuah hadist yang berbunyi : Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah Ra : Rasulullah SAW bersabda “Semoga kasih
sayang Allah dilimpahkan kepada orang
bersikap lemah lembut pada saat membeli,
menjual dan meminta
uang kembali uangnya” HR. Bukhori.
d. Tidak melupakan akhirat
Tidak melupakan akhirat
yaitu ketika sedang menjalankan
pekerjaannya tidak boleh selalu menyibukkan dirinya
semata-mata untuk mencari keuntungan materi dengan
meninggalkan keuntungan akhirat, sehingga jika
datang waktu sholat mereka wajib melaksanakan sebelum
habis waktunya.
e. Tidak menipu
Tidak menipu yaitu sikap yang sangat mulia
dalam menjalankan bisnisnya, seperti praktik bisnis
dan dagang yang diterapkan oleh Rasulullah SAW yaitu tidak pernah menipu. Adapun dalam sebuah
hadist yang berbunyi :
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Ra : seseorang menemui Nabi SAW dan berkata bahwa
ia selalu curang dalam pembelian. Nabi SAW bersabda kepadanya agar pada waktu membeli mengatakan “Tidak tidak ada penipuan”(Ia mempunyai
hak ntuk mengembalikan barang yang sudah dibelinya apabila
ternyata cacat, rusak, tidak sesuai dengan janji si penjual
dan sebagainya) HR. Bukhari[35]
5. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan
a.
Bukti Langsung
(Tangible)
Kemampuan
suatu perusahaan dalam menunjukan eksistensinya kepada pihak eksternal.
Penampilan dan kemampuan sara dan prasarana fisik perusahaan yang dapat
diandalkan keadaan lingkungan sekitarnya merupakan bukti nyata dari pelayanan
yang diberikan oleh para pemberi jasa. Hal ini meliputi pasilitas fisik (contoh
: gedung, gudang, dan lain–lain), perlengkapan dan peralatan yang digunakan (teknologi),
serta penampilan pegawainya.[36]
berkenaan dengan penampilan fisik fasilitas layanan, peralatan atau
perlengkapan, sumber daya manusia, dan materi komunikasi perusahaan.
Pengertian
bukti fisik dalam kualitas pelayanan adalah bentuk aktualisasi nyata secara
fisik dapat terlihat atau digunakan oleh pegawai sesuai penggunaan dan
pemanfaatannya yang dapat dirasakan membantu pelayanan yang diterima oleh orang
yang menginginkan pelayanan, sehingga puas atas pelayanan yang diberikan
perusahaan.[37]
Berarti
dalam memberikan pelayanan, setiap orang yang menginginkan pelayanan dapat
merasakan pentingnya bukti fisik yang ditunjukan oleh pengem0bang pelayanan,
sehingga pelayanan yang diberikan dapat memberikan kepuasan. Bentuk pelayanan
bukti fisik biasanya berupa sarana dan prasarana pelayanan yang tersedia,
teknologi pelayanan yang digunakan, kinerja pemberi pelayanan yang sesuai
dengan karakteristik pelayanan yang diberikan dalam menunjukan prestasi kerja
yang dapat diberikan dalam bentuk pelayanan fisik yang dapat dilihat.
Tidak
dapat dipungkiri bahwa dalam suatu organisasi modern dan maju, pertimbangan
dari para pengembang pelayanan, senan tiasa mengutamakan bentuk kualitas
kondisi fisik yang dapat memberikan apresiasi terhadap orang yang memberi
pelayanan.
Shadiqqin
Martul menyatakan bahwa kualitas pelayanan berupa kondisi fisik merupakan
bentuk kualitas pelayanan nyata yang memberikan adanya apresiasi dan membentuk
imej positif bagi setiap individu yang dilayaninya dan menjadi suatu penilaian
dalam menentukan kemampuan dari pengembang pelayanan tersebut memanfaatkan
segala kemampuannya untuk dilihat secara fisik, baik dalam menggunakan alat dan
perlengkapan pelayanan, kemampuan menginovasi dan mengadopsi teknologi, dan
menunjukan suatu kinerja tampilan yang cakap, berwibawa dan memiliki integritas
yang tinggi sebagai suatu wujud dari prestasi kerja yang ditujukan kepada orang
yang mendapat pelayanan.[38]
b.
Keandalan
(Realibility)
Kemampuan
perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara
akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang
berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa
kesalahan, sikap yang simpatik dan akurasi yang tinggi.
Kemampuan
perusahaan untuk menyampaikan pelayanan yang dijanjikan secara akurat sejak
pertama kali, contohnya sebuah perusahaan barangkali memilih konsultan semata–mata
berdasarkan reputasi. Apabila konsultan tersebut mampu memberikan apa yang
diinginkan klien, klien tersebut akan puas dan membayar fee konsultasi. Namun, apabila konsultan mewujudkan apa yang
diharapkan klien, fee konsultasi
tidak akan dibayar penuh.[39]
Setiap
pelayanan memerlukan bentuk pelayanan yang handal, artinya dalam memberikan
pelayanan, setiap pegawai diharapkan memiliki kemampuan dalam pengetahuan,
keahlian, kemandirian, penguasaan dan profesionalisme kerja yang tinggi,
sehingga aktivitas kerja yang dikerjakan menghasilkan bentuk pelayanan yang
memuaskan, tanpa ada keluhan dan kesan yang berlebihan atas pelayanan yang
diterima oleh pelanggan.[40]
Tuntunan
keandalan pegawai dalam memberikan pelayanan yang cepat, tepat, mudah dan
lancar menjadi syarat penilaian bagi orang yang dilayani dalam memperlihatkan
aktualisasi kerja pegawai dalam memahami lingkup dan uraian kerja yang menjadi
perhatian dan fokus dari setiap pegawai dalam memberikan pelayanannya.
Inti
pelayanan kehandalan adalah setiap pegawai memiliki kemampuan yang handal,
mengetahui seluk beluk prosedur kerja, mekanisme kerja, memperbaiki berbagai
kekurangan atau penyimpangan yang tidak sesuai dengan prosedur kerja dan mempu
menunjukan, mengarahkan dan memberikan arahan yang benar kepada setiap bentuk
pelayanan yang belum dimengerti oleh pelanggan, sehingga memberi dampak positif
atas pelayanan tersebut yaitu pegawai memahami, menguasai, handal, mandiri dan
professional atas uraian kerja yang ditekuninya.[41]
Kaitan
dimensi pelayanan Reliability (kehandalan)
merupakan suatu yang sangat penting dalam dinamika kerja suatu organisasi.
Kehandalan merupakan mentuk ciri khas atau karakteristik dari pegawai yang
memiliki prestasi kerja tinggi. Kehandalan dalam memberikan pelayanan dapat
dilihat dari kehandalan memberikan pelayanan sesuai dengan tingkat pengetahuan
yang dimiliki, kehandalan dalam terampil menguasai bidang kerja yang diterapkan,
kehandalan dalam penguasaan bidang kerja sesuai pengalaman kerja yang
ditunjukan dan kehandalan menggunakan teknologi kerja.[42]
kehandalan dari suatu individu organisasi dalam memberikan pelayanan sangat
diperlukan untuk menghadapi gerak dinamika kerja yang harus bergulir menuntut
kualitas layanan yang tinggi sesuai kehandalan individu pegawai.
c.
Daya Tangkap
(Responsiveness)
Suatu
kebijakan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (Responsive) dan tepat kepada pelanggan,
dengan menyampaikan informasi yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu persepsi
yang negatif dalam kualitas pelayanan. Berkenaan dalam kesediaan dan kemampuan
penyedia layanan untuk membantu para pelanggan merespon permintaan mereka
dengan cepat.[43]
Setiap
pegawai dalam memberikan bentuk–bentuk pelayanan, mengutamakan aspek pelayanan yang
sangat mempengaruhi perilaku orang yang mendapat pelayanan, sehingga diperlukan
kemampuan daya tangkap dari pegawai untuk melayani pelanggan sesuai dengan
tingkat penyerapan, pengertian, ketidak sesuaian atas berbagai hal bentuk
pelayanan yang tidak diketahuinya. Hal ini memerlukan danya penjelasan yang
bijaksana, mendetail, membina, mengarahkan dan membujuk agar menyikapi segala
bentuk–bentuk prosedur dan mekanisme kerja yang berlaku dalam suatu organisasi,
sehingga bentuk pelayanan mendapat respon positif .[44]
Suatu
organisasi sanbgat menyadari pentingnya kualitas pelayanan daya tanggap atas
pelayanan yang diberikan. Setiap orang yang mendapat pelayanan sanyat
membutuhkan penjelasan atas pelayanan yang diberikan agar pelayanan tersebut
jelas dan dimengerti. Untuk mewujudkan dan merealisasikan hal tersebut, maka
kualitas layanan daya tanggap mempunyai peranan penting atas pemenuhan berbagai
penjelasan dalam kegiatan pelayanan kepada pelanggan. Apabila pelayanan daya
tanggap diberikan dengan baik atas penjelasan yang bijaksan, penjelasan yang
mendetail penjelasan yang membina, penjelasan yang mengarahkan dan bersifat
membujuk, apabila hal tersebut secara jelas dimengerti oleh individu yang mendapat
pelayanan, maka secara langsung pelayanan daya tanggap berhasil, dan ini
menjadi suatu bentuk keberhasilan prestasi kerja.
d.
Empati (Emphaty)
Memberikan
perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada
para pelanggan dengan berupa memahami keinginan konsumen. Dimana suautu
perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan,
memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoprasian
yang nyaman bagi pelanggan. Menurut Fandy Tjiptono, perusahaan memahami masalah
para pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan
personal kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman.[45]
Setiap
kegiatan atau aktivitas pelayanan
memerlikan adanya pemahaman dan pengertian dalam kebersamaan asumsi atau
kepentingan terhadap suatu yang berkaitan dengan pelayanan. Pelayanan akan
berjalan dengan lancar dan berkualitas apabila setiap pihak yang berkepentingan
dengan pelayanan memiliki adanya rasa empati atau perhatian (Emphaty) dalam menyelesaikan atau mengurus atau memiliki
komitmen yang sama terhadap pelayanan.[46]
Empati
dalam suatu pelayanan adalah adanya suatu perhatian, keseriusan, simpatik,
pengertian dan keterlibatan pihak–pihak yang berkepentingan dengan pelayanan
untuk mengembangkan dan melakukan aktivitas pelayanan sesuai dengan tingkat
pemahaman dan pengertian dari masing–masing pihak tersebut. Pihak yang
memberikan pelayanan harus memiliki empati memahami masalah dari pihak yang
ingin dilayani. Pihak yang dilayani seyogyanya memahami keterbatasan dan
kemampuan orang yang melayani, sehingga keterpaduan antara pihak yang melayani
dan mendapt pelayanan memiliki perasaan yang sama.
Berarti
empati dalam suatu organisasi kerja menjadi sangat penting dalam memberikan
suatu kualitas pelayanan sesuai prestasi kerja yang ditunjukan oleh seorang
pegawai. Empati tersebut mempunyai inti yaitu mampu memahami orang yang
dilayani dengan penuh perhatian, keseriusan, simpatik, pengertian dan adanya
keterlibatan dalam berbagai permasalahan yang dihadapi orang yang dilayani.
e.
Jaminan (Asurance)
Pengetahuan,
kesopansantunan dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa
percaya para pelanggan kepada perusahaan. Hal ini meliputi beberapa komponen
antara lain komunikasi dan sopan santun. Menurut Fandy Tjiptono, berkenaan
dengan pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka dalam
menumbuhkan rasa percaya (Trust) dan
keyakinan pelanggan (Confidence).[47]
Setiap
bentuk pelayanan memerlukan adanya kepastian atas pelayanan yang diberikan.
Bentuk kepastian dari suatu pelayanan sangat ditentukan oleh jaminan dari
pegawai yang memberikan pelayanan, sehingga orang yang meneriama pelayanan
merasa puas dan yakin bahwa segala bentuk urusan pelayanan yang dilakukan akan tuntas
dan selesai sesuai dengan kecepatan, ketepatan, kemudahan, kelancaran dan kualitas
layanan yang diberiakan.[48]
Jaminan
atas pelayanan yang diberikan oleh pegawai sanagat ditentukan oleh Performance atau kinerja pelayanan,
sehingga diyakini bahwa pegawai tersebutmampu memberikan pelayanan yang handal,
mandiri dan profesional yang berdampak pada kepuasan pelayanan yang diterima.
Selain dari kinerja tersebut, jaminan dari suatu pelayanan juga ditentukan dari
adanya komitmen organisasi yang kuat, yang menganjurkan setiap pegawai
memberikan pelayanan secara serius dan sungguh – sungguh untuk memuaskan orang
yang dilayani. Bentuk jaminan yang lain yaitu jaminan terhadap pegawai yang
memiliki prilaku kepribadian (Personality
Behavior) yang baik dalam memberikan pelayanan, tentu akan berbeda dengan
pegawai yang memiliki watak atau karakter yang kurang baik dan yang kurang baik
dalam memberikan pelayanan.[49]
Komunikasi merupakan
aktivitas dasar manusia.
Dengan berkomunikasi, manusia dapat
saling berhubungan satu sama lain baik dalam
kehiduapan sehari-hari di rumah tangga, ditempat pekerjaan, dipasar,
dalam masyarakat atau dimana saja
manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak
akan terlibat dalam komunikasi. Komunikasi sangat penting bagi kehidupan manusia.
Berkembangnya pengetahuan manusia
dari hari ke hari karena komunikasi. Komunikasi juga membentuk sistem sosial yang saling membutuhkan satu sama lain, maka dari itu
komunikasi dan masyarakat tidak dapat dipisahkan.
Pengertian komunikasi dapat diihat dari etimologi (bahasa)
dan terminologi (istilah) Dari
sudut etimologi, menurut Roudhonah dalam buku
ilmu komunikasi, dibagi menjadi beberapa kata diantaranya “communicare
yang berarti berpartisipasi atau member tahukan, Communis
opinion yang berarti pendapat umum.[50]
Raymond S. Ross yang dikutip oleh Deddy Mulyana dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar mengemukakan bahwa “Komunikasi atau Communication dalam bahasa
inggris berasal dari kata latin Communis yang beberarti membuat sama”.[51] Dari pengertian tersebut penulis dapat menarik kesimpulan bahwa komunikasi adalah
suatu penyampaian pesan yang bertujuan
untuk membuat sama persepsi atau arti, antara komunikator dan komunikan. Sedangkan secara “terminologi” ada banyak ahi yang mencoba
mendefinisikan diantaranya Hovland, Janis dan Kelley seperti yang dikemukakan oleh Forsdale bahwa “komunikasi adalah proses individu
mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah
tingkah laku orang lain”.[52]
Menurut Laswell bahwa
“komunikasi itu merupakan jawaban terhadap who says what in which medium to whom with what effect (siapa mengatakan apa
dalam media apa kepada siapa dengan apa efeknya).[53] John B.
Hoben mengasumsikan bahwa komunikasi itu (harus) berhasil “Komunikasi adalah pertukaran verbal pikiran atau gagasan”.[54] Dari beberapa pengertian diatas dapat
dirangkum bahwa komunikasi adalah suatu proses dalam penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dengan media tertentu
yang berguna untuk membuat pemahaman yang sama diantara mereka,
informasi yang disampaikan dapat memberikan efek tertentu kepada komunikan.
Komunikasi
adalah informasi yang disampaikan dari satu tempat lain dengan pemindahan informasi, ide, emosi, keterampilan dan
lain-lain dengan menggunakan simbol seperti kata, figur dan grafik serta
memberi, meyakinkan ucapoan dan tulisan.[55] Komunikasi adalah “proses
atau tindakan menyampaikan pesan (Message) dari pengirim (Sender) ke penerima (Receiver), melalui
suatu medium(Channel) yang biasa mengalami gangguan (Noice). Dalam definisi ini, komunikasi haruslah bersifat Intentional (Disengaja) serta membawa perubahan.[56]
Komunikasi
atau dalam bahasa inggri Communication berasal
dari kata lain Communication dan bersumber dari kata Communis yang berarti sama. Sama
disini maksudnya adalah sama makna. Jadi dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya
dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan
makna mengenai apa yang dipercakapkan.
2. Pengertian Komunikasi Menurut Para Ahli
Pengertian komunikasi menurut para ahli adalah sebagai
berikut :
a. Thomas M. Scheidel,
menurutnya manusia itu pada umumnya
berkomunikasi untuk saling menyatakan dan mendukung identitas diri mereka dan untuk membangu interaksi
sosial dengan orang- orang disekelilingnya
serta untuk mempengaruhi orang lain agar berfikir, merasa,
ataupun bertingkah seperti
apa yang diharapkan.
b. Menurut Carl I.Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis
untuk merumuskan ecara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.
Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan
makna. Dengan lain perkataan, mengerti
bahasanyasaja belum tentu mengerti makna yang dibawakannya. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif.[57] Lebih lanjut Hovland
menjelaskan dengan contoh,
makna konotif anjing bagi seorang kiyai yang merupakan
hewan najis, bagi seorang polisi merupakan
pelacak pembunuh, dan bagi aktifis amerika mungkin merupakan teman sekamar di saat kesepian, merekaitu
berbeda dalam pandangan dan penilaian terhadap anjing.[58]
c. Selanjutnya menurut Edward Depari, menjelaskan
komunikasi adalah proses penyampaian
gagasan, harapan dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan
pada penerima pesan. Maksud pesan disini seperti menyampaikan amanah dengan melalui
komunikasi langsung atau bertatap muka sama penerima pesan.[59] Komunikasi adalah hubungan kontak dan antar
manusia baik individu maupun kelompok.
Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak, komunikasi bagian dari kehidupan manusia itu sendiri.
d. Menurut Wilbur Schram, apabila kita mengadakan
komunikasi maka kita harus mewujudkan persamaan
antara kita dengan orang lain. Kita mengetahui
bahwa pada dasarnya komunikasi itu adalah proses. Suatu proses komunikasi yang bersifat
dinamis, tidak statis.[60]
e. Menurut Cherry, kata komunikasi berasal dari
bahasa latin communis yang artinya membuat kebersamaan atau
membangun kebersamaan antar dua orang atau lebih, communico yang
artinya membagi.[61]
f. Rudolf F. Verderber, menurutnya, komunikasi memiliki
fungsi yakni fungsi sosial dan fungsi pengambilan keputusan. Fungsi sosial bertujuan
untuk kesenangan, menunjukkan ikatan, membangun dan memelihara hubungan
dengan orang lain. Sedangkan
fungsi pengambilan keputusan ialah memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan terhadap
sesuatu pada saat tertentu.
g. Gordon I. Zimmerman, beliau menjelaskan bahwa
komunikasi itu berguna dalam
menyelesaikan setiap tugas penting bagi kebutuhan kita, juga untuk memberi sandang pangan kepada diri sendiri dan memuaskan
kepenasaran kita kepada lingkungan, serta untuk menikmati hidup. Selain itu, hal
terpenting dari komunikasi ialah untuk menciptakan dan memupuk hubungan
dengan orang lain disekitar kita.[62]
Berdasarkan
definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan ataupun pesan dari satu
tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk menjalin
komunikasi dengan baik. Komunikasi
itu suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang- orang mengatur lingkungannya,membangun
hubungan antar sesama manusia, melalui
pertukaran informasi untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain serta berusaha
mengubah sikap orang lain.
a. Komunikator
Dalam
proses komunikasi komunikator berperan penting karena mengerti atau tidaknya
lawan bicara tergantung cara penyampaian komunikator. “Komunikator berfungsi
sebagai encoder, yakni sebagai orang
yang memformulasikan pesan yang kemudian menyampaikan kepada orang lain, orang yang menerima pesan ini adalah
komunikan yang berfungsi sebagai decoder,
yakni menerjemahkan lambang-
lambang pesan konteks pengertian sendiri.
Persamaan makna dalam proses komunikasi sangat bergantung pada komunikator, maka dari itu terdapat syarat-syarat yang diperlukan oleh komunikator, diantaranya :
1)
Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikannya.
2)
Kemampuan berkomunikasi.
3)
Mempunyai pengetahuan yang luas.
4)
Sikap.
5)
Memiliki
daya tarik, dalam arti memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan sikap atau perubahan pengetahuan pada diri komunikan.[63]
b. Pesan
Adapun
yang dimaksud pesan dalam proses
komunikasi adalah suatu informasi yang
akan dikirmkan kepada si penerima. “pesan ini
dapat berupa verbal maupun noverbal.
Pesan verbal dapat secara tertulis seperti: surat, buku, majalah,
memo, sedangkan pesan secara lisan
dapat berupa percakapan tatap muka, percakapan melalui telepon, radio, dan sebagainya. Pesan non verbal
dapat berupa isyarat, gerakan badan dan ekspresi muka dan nada suara.
Adapun
beberapa bentuk pesan diantaranya :
1) Informatif, yakni memberikan keterangan-keterangan dan kemudian
komunikan dapat mengambil kesimpulan sendiri.
2) Persuasif, yakni dengan bujukan untuk membangkitkan pengertian dan kesadaran seseorang
bahwa apa yang kita sampaikan
akan memberikan rupa pendapat atau sikap sehingga ada perubahan, namun perubahan
ini adalah kehendak sendiri.
3) Koersif, yakni menggunakan sanksi-sanksi.
Bentuknya terkenal dengan agitasi,
yakni dengan penekanan-penekanan yang menimbulkan tekanan
batin diantara sesamanya
dan pada kalangan
public.[64]
Ketiga
bentuk pesan ini sering kali kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya seorang guru dalam kegiatan
mengajar menggunakan komunikasi informatif, selain itu jika murid tidak mengetahui peraturan menggunakan komunikasi
koersif.
c. Media
Media yaitu sarana atau alat yang digunakan oleh kominkator untuk
menyampaikan pesan atau informasi kepada komunikan atau sarana yang digunakan
untuk memberikan feedback dari
komunikan kepada komunikator. “media sendiri merupakan
bentuk jamak dari kata medium, yang artinya
perantara, penyampai, atau
penyalur.
d. Penerima
Penerima
adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima
bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk
kelompok, partai atau Negara. Penerima
biasa disebut dengan
berbagai macam istilah seperti khalayak, sasaran, komunikan atau dalam bahasa inggris disebut audience atau receiver. Dalam proses komunikasi
telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber.
Tidak ada penerima jika tidak ada sumber.
Penerima
adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi
sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbukan
berbagai macam masalah yang sering kali memuntut perubahan, apakah pada sumber,
pesan, atau saluran.[65] Komunikasi yang efektif
harus ditunjang dari komunikator dan komunikan. Komunikan
harus mampu mendengarkan dan memahami pesan yang disamaikan. Begitu pula sebaliknya komunikator harus mampu menyampaikan
pesan yang baik.
e. Efek
Pengaruh atau efek adalah perbedaan apan yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah
penerima pesan “pengaruh ini bisa
terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu pengaruh juga bisa diartikan
perubahan atau penguatan keyakinan
pada pengetahuan sikap dan tindakan
seseorang sebagai akibat penerima
pesan”.[66]
Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut
kadarnya, yaitu:
1)
Dampak kognitif,
adalah yang ditimbulkan pada komunikan yang menyembabkan dia menjadi tahu atau meningkat
intelektualitasnya.
2)
Dampak efektif,
lebih tinggi kadarnya
dari pada dampak komunikan tahu, tetapi tergerak
hatinya, menimbulkan perasaan
tertentu, misalnya perasaan
iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya.
3)
Dampak Behavioral (Konatif), yang paling tinggi kadarnya,
yakni tampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku,
tindakan atau kegiatan.
a. Komunikasi tertulis
adalah komunikasi yang disampaikan secara tertulis. Keuntungan komunkasi ini antara lain adalah bahwa komunikasi itu telah dipersiapkan terlebih dahulu secara baik.
b. Komunikasi lisan adalah komunikasi yang dilakukan secara
lisan.
c. Komunikasi ini dapat dilakukan secara langsung
berhadapan atau tatap muka dan
dapat pula menggunakan telepon.
d. Komunikasi nonverbal adalah komunikasi
menggunakan mimik, pantonim, dan bahasa isyarat.
e. Komunikasi satu arah adalah komunikasi yang bersifat koersif
dapat berbentuk perintah, intruksi, dan bersifat memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi.
Komunikasi
dua arah lebih bersifat informative, persuasive dan memerluka hasil (feed back).
5. Komunikasi Dalam Prespektif Islam
Al-syaukani
dalam kitab tafsirnya, Fath Al-Qadir menafsirkan ”Al-Bayan” dalam ayat tersebut sebagai kemampuan berkomunikasi.[67] Selain itu, ayat tersebut memberi petunjuk bahwa Allah menciptakan
umat manusia dan mengajari apa yang
terlintas dalam hatinya dan terbetik dalam sanubarinya. Oleh karena itu, manusia itu makhluk sosial menurut tabiatnya yang tidak bisa hidup
kecuali bermasyarakat dengan
sesamanya, maka harus ada bahasa yang digunakan
untuk saling memahamkan sesamanya
berkomunikasi sastu sama lain. Disamping itu,
untuk memelihara ilmu-ilmu
orang orang terdahulu, supaya dapat diambil
manfaat-nya oleh para generasi berikutnya.[68]
Komunikasi merupakan
suatu hal yang sangat fundamental dalam kehidupan manusia,
bahkan di tengah suasana masyarakat dimana persaingan makin
ketat dalam memperoleh peluang berusaha dan meningkatkan karir, teknik-teknik
komunikasi persuasif, taktis dan dialogis makin dibutuhkan.[69] Untuk mengetahui
bagaimana orang-orang seharusnya berkomunikasi harus dilacak kata kunci yang dipergunakan oleh
Alquran. Selain
”Al-Bayan” kata kunci untuk
komunikasi yang banyak disebut dalam Al-Qur’an adalah “Al-Qawlu” sehingga dengan memperhatikan kata “Qawlu” dalam konteks perintah “Qawlan”
dapat ditemukan beberapa prinsip komunikasi dalam Al-Qur’an.[70]
a. Perinsip-Perinsip Komunikasi dalam Al-Qur’an
diantaranya :
1)
Qawlan Ma’rufan
Qawlan Ma’rûfan terulang sebanyak
empat kali. Yakni, QS. Al- Baqarah (2) ayat
235 :
وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيْمَا
عَرَّضْتُمْ بِهٖ مِنْ خِطْبَةِ النِّسَاۤءِ اَوْ اَكْنَنْتُمْ فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ
ۗ عَلِمَ اللّٰهُ اَنَّكُمْ سَتَذْكُرُوْنَهُنَّ وَلٰكِنْ لَّا تُوَاعِدُوْهُنَّ
سِرًّا اِلَّآ اَنْ تَقُوْلُوْا قَوْلًا مَّعْرُوْفًا ەۗ وَلَا تَعْزِمُوْا
عُقْدَةَ النِّكَاحِ حَتّٰى يَبْلُغَ الْكِتٰبُ اَجَلَهٗ ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ
اللّٰهَ يَعْلَمُ مَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ فَاحْذَرُوْهُ ۚوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ
اللّٰهَ غَفُوْرٌ حَلِيْمٌ
“Tidak ada dosa bagimu atas kata sindiran
untuk meminang perempuan-perempuan72) atau (keinginan menikah) yang kamu
sembunyikan dalam hati. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut
mereka. Akan tetapi, janganlah kamu berjanji secara diam-diam untuk (menikahi)
mereka, kecuali sekadar mengucapkan kata-kata yang patut (sindiran). Jangan
pulalah kamu menetapkan akad nikah sebelum berakhirnya masa idah. Ketahuilah
bahwa Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu. Maka, takutlah kepada-Nya.
Ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun”. (Q.S Al-Baqarah [2]
: 235).[71]
Dan juga
di dalam QS. Al-Ahzab (33) ayat 32 :
يٰنِسَاۤءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَاَحَدٍ مِّنَ النِّسَاۤءِ اِنِ
اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِيْ فِيْ قَلْبِهٖ
مَرَضٌ وَّقُلْنَ قَوْلًا مَّعْرُوْفًاۚ
“Wahai istri-istri Nabi, kamu tidaklah seperti
perempuan-perempuan yang lain jika kamu bertakwa. Maka, janganlah kamu
merendahkan suara (dengan lemah lembut yang dibuat-buat) sehingga bangkit nafsu
orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik”. (Q.S
Al-Ahzab [33] : 32).[72]
Ma’rûfan adalah bentuk
ism
al-maf’ûl yang berakar kata dari, فيعر , فعر , فةعر .
secara etimologi, ia berarti خير (لخيرا) dan
حسن (نحساالا).[73] Lebih lanjut dikatakan bahwa makna dasar فعر
adalah pemahaman terhadap sesuatu.[74] Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Qawlan
Ma’rûfan di sini diartikan sebagai suatu perkataan atau komunikasi yang baik
2) Qawlan
Sadidan
Qawlan Sadidan
terulang sebanyak dua kali. Yakni di dalam QS.
Al-Ahzab (33) ayat 70 dan juga QS. An-Nisa (4) ayat 9
QS.
An-Nisa (4) ayat 9 :
وَلْيَخْشَ
الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا
عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا
“Dan hendaklah
takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan
yang benar”. (QS. An-Nisa
[4] : 9)[75]
Qawlan
sadidan dapat diartikan sebagai “pembicaraan yang benar”, “jujur”, “tidak bohong”, “lurus”, “tidak
berbelit-belit”. Dalam Al-Qur’an, kata Qawlan
sadidan terungkap sebanyak
dua kali yaitu yang pertama,
Allah Swt, menyuruh qaulan sadidan dalam menghadapi urusan anak yatim dan keturunanya.[76]
Kedua, Allah memerintahkan qawlan sadidan sesudah
taqwa. Hal tersebut
dalam QS. Al-Ahzab
(33) ayat 70 :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ
وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada
Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar”. (QS.
Al-Ahzab [33]: 70). [77]
Wahbah al-Zuhaily mengartikan qaulan sadidan pada ayat ini dengan ucapan yang tepat dan bertanggung
jawab, yakni ucapan yang tidak bertentangan
dengan ajaran agama. Selanjutnya ia berkata bahwa surah al- Ahzab ayat 70 merupakan perintah Allah
terhadap dua hal: Pertama, perintah untuk
melaksana kan ketaatan dan ketaqwaan dan menjauhi larangan-Nya. Kedua, Allah memerintahkan kepada orangorang yang beriman untuk
berbicara dengan qaulan
sadidan, yaitu perkataan
yang sopan tidak kurang ajar,
perkataan yang benar bukan yang batil.[78]
Sadîdan
adalah bentuk ism masdar yang berakar kata
dari ايدسدواداسد , يسد . Secara etimologi ia berarti م ستقلا .[79] yakni, lurus atau adil. Kata سد
dapat pula diartikan betul atau benar.56 Dengan demikian, Qawlan Sadîdan di sini diartikan berkomunikasi
secara benar.
3)
Qawlan Baligan
Qawlan Balîgan
ditemukan penyebutannya dalam Alquran satu kali saja, yaki, dalam QS. An-Nisa (4) ayat 63
:
اُولٰۤىِٕكَ
الَّذِيْنَ يَعْلَمُ اللّٰهُ مَا فِيْ قُلُوْبِهِمْ فَاَعْرِضْ عَنْهُمْ
وَعِظْهُمْ وَقُلْ لَّهُمْ فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ قَوْلًا ۢ بَلِيْغًا
“Mereka
itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan
katakanlah kepada mereka perkataan
yang berbekas pada jiwa mereka”. (QS. An- Nisa [4] : 63).[80]
Balîgan adalah bentuk ism masdar yang berakar kata dari
غةبلا , يبلغ , بلغ
kemudian ber-wazan بليغ yang
setimbang dengan فعيل kata balaga sendiri memiliki banyak pengertian.[81] Di antara arti
yang
terkandung di dalamnya adalah pasih dalam perkataan.[82] Namun, secara umum ia berarti ليها وصل .[83] (sesuatu
yang
sampai padanya). Dengan demikian,
dapat
disimpulkan bahwa Qawlan Balîgan di sini diartikan berkomunikasi secara fasih atau
jelas.
4) Qawlan Layyinan
Qawlan Layyinan
ditemukan penyebutannya dalam Alquran satu kali saja. Yakni, dalam QS. Thaha (20)
ayat 44 :
فَقُوْلَا
لَهٗ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهٗ يَتَذَكَّرُ اَوْ يَخْشٰى
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya
dengan kata- kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia
ingat atau takut". (QS. Thaha [20] : 44).[84]
Layyinan
adalah bentuk ism masdar yang berakar kata dari
لينا , يلين , نل, yang
berarti
لطيف (lemah lembut). Lawannya adalah صلبواخشن (kasar).[85] Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa Qawlan
Layyinan di sini adalah komunikasi yang lemah lembut. Yaitu
komunikasi yang tidak disertai perkataan yang kasar.
5)
Qawlan
Kariman
Qawlan Karîman
ditemukan penyebutannya dalam Alquran satu kali saja. Yakni, dalam QS. Al-Isra (17) ayat
23 :
Karîman adalah bentuk ism masdar yang berakar kata
dari يمةكروماكر , ميكر , مكر yang berarti kemuliaan atau ke-muliaan
dalam akhlak.[87] Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Qawlan
Karîman di sini diartikan komunikasi yang memiliki norma-norma atau etika.
6)
Qawlan
Maysuran
Qawlan maysuran
ditemukan penyebutannya dalam Alquran satu kali
saja. Yakni, dalam QS. Al-Isra (17) ayat 28 :
وَاِمَّا تُعْرِضَنَّ عَنْهُمُ ابْتِغَاۤءَ رَحْمَةٍ
مِّنْ رَّبِّكَ تَرْجُوْهَا فَقُلْ لَّهُمْ قَوْلًا مَّيْسُوْرًا
“Jika (tidak mampu membantu sehingga) engkau
(terpaksa) berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang
engkau harapkan, ucapkanlah kepada mereka perkataan yang lemah lembut”. (QS. Al-Isra [17] : 28).[88]
Maysuran
adalah bentuk ism maf’ul yang
berakar kata
dari
اروسر , يسر , سر yang berarti
kegembiraan.[89] Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Qawlan Maysuran di sini diartikan komunikasi yang menyenangkan.
Loyalitas
berasal dari kata loyal yang berarti setia. Loyalitas pada dasarnya merupakan
kesetiaan, pengabdian dan kepercayaan yang diberikan atau ditujukan kepada
seseorang atau lembaga, yang di dalamnya
terdapat rasa cinta dan tanggung jawab untuk berusaha memberikan pelayanan dan
perilaku yang terbaik.[90]
Loyalitas secara harfiah diartikan
kesetiaan, yaitu kesetiaan seseorang terhadap suatu objek. Loyalitas
sebagai kondisi dimana pelanggan
mempunyain sikap positif terhadap suatu merk, mempunyai komitmen pada merk tersebut dan bermaksud meneruskan
pembeliannya di masa mendatang. Inti
loyalitas nasabah adalah komitmen mendalam nasabah
untuk melakukan pembelian ulang atau berlangganan kembali oproduk atau jasa terpilih secara
konsisten di waktu yang akan datang meskipun pengaruh
situasi memiliki potensi
untuk menyebabkan perubahan
perilaku.[91]
Loyalitas pelanggan
merupakan kecenderungan pelanggan
untuk memilih nilai organisasi yang ditawarkan di atas alternatif tawaran organisasi pesaing.[92] Loyalitas adalah keputusan
pelanggan untuk secara sukarela terus berlangganan dengan perusahaan tertentu
dalam jangka waktu yang lama.[93]
Menurut
Jill Griffin terdapat empat jenis loyalitas yang muncul bila keterikatan rendah dan tinggi diklasifikasi-silang dengan pola pembelian ulang, yang rendah dan tinggi.
Adapun jenis-jenis loyalitas pelanggan yaitu :
a.
Tanpa
loyalitas
Untuk berbagai alasan tertentu, ada
beberapa konsumen yang tidak mengembangkan loyalitas atau kesetiaan
kepada suatu produk
maupun jasa tertentu.
Tingkat keterikatan yang rendah dengan tingkat pembelian
ulang yang rendah menunjukkan absennya
suatu kesetiaan. Pada dasarnya, suatu usaha harus menghindari
kelompok no loyality ini untuk dijadikan target pasar, karena mereka tidak akan menjadi konsumen yang setia.
b. Loyalitas yang lemah (Inertia Loyality)
Inertia loyality merupakan
sebuah jenis loyalitas
konsumen yang dimana adanya
keterikatan yang rendah dengan pembelian ulang
yang tinggi. Konsumen yang memiliki sikap ini biasanya membeli berdasarkan kebiasaan. Dasar yang digunakan
untuk pembelian produk
atau jasa disebabkan oleh faktor kemudahan situsional. Kesetiaan semacam
ini biasanya banyak terjadi terhadap produk
atau Jasa yang sering dipakai. Contoh
dari kesetiaan ini terlihat dari
kegiatan pembelian bensin yang
dilakukan konsumen di dekat daerah rumahnya
dan sebagainya. Pembeli
dengan loyalitas yang lemah
rentan beralih ke produk pesaing yang dapat menunjukkan
manfaat yang jelas. Meskipun demikian, perusahaan Masih memiliki kemungkinan untuk mengubah jenis loyalitas ini ke
dalam bentuk loyalitas yang lebih tinggi melalui pendekatan yang aktif ke pelanggan dan peningkatan
nilai perbedaan positif yang diterima
konsumen atas produk maupun jasa yang ditawarkan kepadnya dibandingkan dengan yang ditawarkan para pesaing
lain. Hal ini dapat dilakukan
melalui peningkatan keramahan
dalam pelayanan dan fasilitas yang diberikan kepada
konsumen.
c. Loyalitas tersembunyi (Laten Loyality)
Jenis loyalitas tersembunyi merupakan sebuah
kesetiaan atau keterikatan yang relatif tinggi yang disertai
dengan tingkat pembelian ulang yang rendah. Konsumen
yang mempunyai sikap laten loyality
pembelian ulang juga didasarkan pada pengaruh faktor situasional daripada
sikapnya. Sebagai contoh,
seorang suami menyukai
Masakan Eropa, tetapi mempunyai istri yang kurang menyukai Masakan
Eropa. Maka suami tersebut hanya sesekali saja mengunjungi restoran
Eropa dan lebih sering pergi ke
restoran yang dimana Masakan yang ditawarkan dapat dinikmati bersama.
d. Loyalitas premium (Premium Loyality)
Loyalitas
ini merupakan yang terjadi bilamana suatu tingkat keterikatan tinggi yang berjalan selaras dengan aktivitas
pembelian kembali. Setiap perusahaan tentunya
sangat mengharapkan kesetiaan jenis ini dari setiap usaha preference yang tinggi. Contoh jenis loyalty premium adalah rasa bangga yang muncul ketika konsumen
menemukan dan menggunakan produk atau jasa tersebut dan dengan senang hati membagi
pengetahuan dan merekomendasikannya kepada teman, keluarga maupun orang lain.[94]
3. Indikator Ioyalitas Nasabah
Loyalitas merupakan
penentuan pilihan untuk tetap menggunakan produk maupun jasa dari
nasabah kepada suatu lembaga keuangan
syariah. Griffin menjelaskan bahwa sikap dapat menentukan pilihan dan membuat
komitmen dalam melakukan pembelian ulang. Terdapat indikator
dari loyalitas nasabah antara
lain :
a.
Rekomendasi
Merupakan perilaku yang menunjukkan nasabah
dapat merekomendasikan kepada orang lain untuk mengajak
menggunakan produk atau melakukan pembelian
produk tersebut.
b.
Pembelian ulang
Merupakan
perilaku nasabah untuk melakukan pembelian maupun penggunaan jasa secara konsisten
terhadap produk atau jasa dari suatu lembaga keuangan yang dipilih.
Tingkat kepuasan terhadap
produk akan mempengaruhi nasabah dalam menggunakan produk kembali.
c.
Kesesuaian harapan
Merupakan keyakinan nasabah kepada sesuatu
produk atau jasa yang dijadikan
acuan ataupun standar
dalam menilai kinerja
produk atau jasa yang bersangkutan.
d.
Pilihan pertama
Nasabah akan menjadikan lembaga keuangan
syariah tersebut sebagai
tempat pertama dalam penggunakan jasa keuangan.
e.
Word Of Mouth
Merupakan
suatu komunikasi yang terjadi melalui
mulut ke mulut dengan tujuan utamanya yaitu menyalurkan informasi
dari satu orang ke orang lain yang sifatnya mempengaruhi. WOM dianggap sebagai sumber informasi yang paling tepat dan mempunyai
pengaruh yang sangat
dominan terhadap pengambilan keputusan dari calon nasabah.[95]
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Nasabah
Menurut Zulfas Sa’adah
ada lima faktor utama yang mempengaruhi
loyalitas nasabah, yaitu :
a. kualitas produk
Kualitas produk yang baik secara langsung akan mempengaruhi
tingkat kepuasan nasabah dan bila hal tersebut
berlangsung secara terus- menerus akan mengakibatkan nasabah yang selalu setia membeli atau
menggunakan produk tersebut menjadi loyal.
b. Kualitas pelayanan
Jika pelayanan yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan
memuaskan, jika jasa yang diterima
melampaui harapan nasabah, maka kualitas pelayanan dipersepsikan sangat baik dan berkualitas. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas
pelayanan buruk.
c. Emosional
Emosional diartikan sebagai keyakinan penjual
itu sendiri agar lebih maju dalam
usahanya. Keyakinan tersebut nantinya akan mendatangkan ide- ide yang dapat meningkatkan usahanya.
d. Harga
Harga lebih diartikan sebagai akibat atau
dengan kata lain harga yang tinggi
adalah akibat dari kualitas produk
tersebut yang bagus atau harga yang
tinggi sebagai akibat dari kualitas layanan yang bagus.
e. Biaya
Orang yang berfikir bahwa Bank yang berani
mengeluarkan biaya yang banyak
dalam sebuah promosi atas produksi pasti produk
yang akan dihasilkan bagus dan berkualitas, sehingga nasabah lebih loyal
terhadap produk tersebut.[96]
5. Loyalitas Dalam Prespektif Islam
Islam
adalah agama yang mengatur semua dimensi kehidupan. Al- Qur'an diturunkan Allah SWT
kepada manusia untuk memberikan jalan
keluar atas segala permasalahan hidup. Oleh karena itu, setiap aktivitas hidup selalu berkaitan dengan aturan secara islam.
Begitu juga dalam penyampaian jasa,
setiap aktivitas yang terkait harus didasari oleh kepatuhan terhadap syariah yang penuh
dengan nilai-nilai moral dan etika.[97]
Loyalitas
dalam Islam disebut dengan al-wala'.
Secara etimologi, alwala' memiliki beberapa makna, antara lain mencintai, menolong, mengikuti, dan mendekat kepada sesuatu. Konsep loyalitas dalam Islam atau al-wala' adalah
ketundukan mutlak kepada Allah SWT dalam wujud menjalankan syariah Islam sepenuhnya.[98]
Loyalitas pelanggan dalam Islam terjadi
apabila aktivitas muamalah itu
dapat memberi manfaat yang saling menguntungkan kedua belah pihak, karena terpenuhinya kewajiban serta hak masing-masing
melalui penerapan nilai-nilai Islam.[99]
Loyalitas
dalam muamalah ini tidak hanya memperhatikan siapa saja yang memberi keuntungan bagi kita, akan tetapi
harus memperhatikan perkara-perkara syar'i
yang telah dituntun oleh agama islam. Di sisi lain, seorang Mukmin tidak boleh
loyal dan cinta terhadap musuh- musuh
Islam. Dalam kategori hablum minanas ini, berarti kita tidak diperbolehkan bekerjasama apalagi menjual loyalitas
muslim kepada hal-hal yang berbau riba. Dalam menjaga loyalitas pelanggan,
islam menganjurkan untuk menjaga hubungan dengan berbagai golongan
(bukan dalam bentuk aqidah) dengan memberikan kualitas
jasa yang baik. Penyedia jasa hendaklah memberikan kualitas jasa yang baik dengan menjaga hubungan baik kepada
pelanggannya agar tercipta hubungan
jangka panjang yang baik untuk membentuk loyalitas
pelanggan.[100]
Menurut Ratnasari
keseimbangan dalam hidup akan menciptakan jiwa yang memiliki loyalitas
yang merasakan ketenangan lahir dan batin. Jiwa loyalitas mencerminkan sikap konsisten dan teguh pendirian untuk menggunakan
sebuah jasa agar pelanggan menuju
keadaan yang lebih baik.[101]
Koperasi berasal dari bahasa latin “Coopere”, yang dalam bahasa inggris disebut cooperation. Co berarti bersama dan operation berarti bekerja, jadi cooperation berarti bekerja sama. Dalam
hal ini, kerja sama tersebut dilakukan oleh
orang-orang yang mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama.[102] Dalam bahasa Arab dikatakan dengan ta’awun yang berarti tolong menolong.[103]
Koperasi merupakan suatu kumpulan dari
orang-orang yang mempunyai tujuan atau kepentingan bersama.
Jadi koperasi merupakan
bentukan dari sekelompok orang yang memiliki tujuan
bersama. Kelompok orang inilah yang akan menjadi
anggota koperasi yang didirikannya. Pembentukan koperasi berdasarkan
asas kekeluargaan dan gotong royong khususnya untuk membantu para anggotanya yang memerlukan bantuan
baik berbentuk barang ataupun pinjaman uang.[104]
Sementara itu pada UU koperasi No. 12 tahun
1967 tentang pokok-pokok perkoperasian disebutkan pengertian koperasi yaitu koperasi
Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi
yang merupakan tata susunan ekonomi
sebagai usaha bersama
berdasarkan atas azas kekeluargaan.[105]
Definisi koperasi menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi, dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Koperasi sebagai suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum, yang memberikan kebebasan kepada anggota untuk masuk dan
keluar dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggu kesejahteraan jasmaniah para anggotanya. Sehingga
koperasi memungkinkan beberapa
orang atau badan dengan jalan bekerja sama atas dasar sukarela menyelenggarakan suatu pekerjaan untuk memperbaiki kehidupan anggota-anggotanya.[106]
Dari
beberapa pendapat diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa koperasi
merupakan kumpulan individu
yang saling membutuhkan modal bertujuan untuk mensejahterakan anggota
dan melaksanakan usaha berdasarkan pada prinsip-prinsip
koperasi berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Dalam koperasi terdapat unsur kesukarelaan dan dengan bekerja sama serta menanamkan rasa kepercayaan manusia akan
lebih mudah mencapai apa yang diinginkan karena pendirian dari suatu koperasi
mempunyai pertimbangan-pertimbangan ekonomis.
Organisasi koperasi merupakan suatu
sistem sosio ekonomi. Maka agar dapat
dipenuhi sebagai koperasi harus dipenuhi 4 kriteria berikut definisi :
a. Kelompok koperasi
adalah kelompok individu
yang sekurang- kurangnya
mempunyai kepentingan yang sama
(tujuan yang sama)
b. Swadaya kelompok
koperasi adalah kelompok
individu yang mewujudkan tujuannya melalui suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama.
c. Perusahaan
koperasi, dalam melakukan kegiatan bersama, dibentuk suatu wadah yaitu perusahaan koperasi yang dimiliki dan
dikelola secara bersama untuk mencapai tujuan yang sama.
d.
Promosi anggota, perusahaan koperasi
yang terdapat dalam organisasi tersebut,
mempunyai tugas sebagai
penunjang untuk meningkatkan kegiatan ekonomi.[107]
Dari
beberapa rumusan pengertian koperasi di atas dapat disimpulkan bahwa tiap-tiap koperasi
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Adanya sekelompok orang yang berkepentingan ekonomis yang sama.
b. Memiliki dan membangun satu usaha bersama.
c. Memiliki
motivasi kuat untuk dapat berdikari sebagai kekuatan utama dari kelompok.
d. Kepentingan bersama
yang merupakan cerminan
dari kepentingan individu atau
anggota adalah tujuan utama usaha bersama
mereka.[108]
Untuk mendirikan koperasi yang kokoh perlu adanya landasan
tertentu. Landasan ini merupakan suatu dasar tempat berpijak yang memungkinkan koperasi untuk tumbuh dan berdiri
kokoh serta berkembang dalam pelaksanaan usaha-usahanya untuk mencapai tujuan
dan cita-citanya. Tentang
landasan-landasan koperasi dapat terbagi atas :
a.
Landasan Idiil Koperasi Indonesia
Landasan idiil koperasi adalah dasar
atau landasan yang digunakan
dalam usaha untuk mencapai cita-cita
koperasi. Koperasi sebagai
kumpulan sekelompok orang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota. Gerakan koperasi
sebagai organisasi ekonomi rakyat yang hak hidupnya dijamin
oleh UUD 1945
akan bertujuan untuk
mencapai masyarakat adil dan makmur.
b. Landasan Strukturil dan Gerak Koperasi
Indonesia
Landasan strukturil Koperasi adalah tempat berpijak
Koperasi dalam susunan hidup bermasyarakat. Tata kehidupan di dalam suatu Negara diatur dalam Undang-Undang Dasar. Di Indonesia berlaku Undang-Undang Dasar 1945
yang merupakan ketentuan atau tata
tertib dasar yang mengatur
terselenggaranya falsafah hidup dan moral cita-cita suatu bangsa dan karena Koperasi di Indonesia adalah Undang-Undang
Dasar 1945. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, salah satu bagian terpenting adalah kehidupan ekonomi yaitu segala kegiatan dan usaha untuk mengatur dan mencapai atau memenuhi
kebutuhan dan keperluan hidup.[109]
c. Landasan
Mental Koperasi Indonesia
Landasan Mental Koperasi Indonesia
adalah setia kawan dan kesadaran
berpribadi. Rasa setia telah ada dalam masyarakat Indonesia sejak dulu dan merupakan sifat asli bangsa Indonesia. Sifat ini tercermin dalam bentuk perbuatan
dan tingkah laku yang nyata sebagai
kegiatan gotong royong. Tetapi landasan setia kawan saja hanya dapat memelihara persekutuan dalam masyarakat yang statis bukan dinamis dan karenanya tidak dapat mendorong
kemajuan.
Oleh sebab itu rasa setia kawan
haruslah disertai dengan kesadaran
harga diri berpribadi, keinsafan akan harga diri sendiri dan kemakmuran. Oleh karena itu dalam Koperasi harus tergabung ke dua landasan mental diatas, yaitu setia
kawan dan kesadaran berpribadi sebagai
dua unsur yang dorong-mendorong, hidup- menghidup
dan awas-mengawasi.[110]
Koperasi Indonesia berasaskan kekeluargaan dan kegotong- royongan. Sesuai dengan kepribadian bangsa
Indonesia tata kehidupan berasaskan
kekeluargaan dan bekerja sama saling bantu membantu. Bergotong royong dengan koperasi untuk meningkatkan
kesejahteraan bersama koperasi
Indonesia hendaknya menyadari
bahwa dalam dirinya
terdapat kepribadian sebagai
pencerminan kehidupan yang dipengaruhi
keadaan dan tempat lingkungan berasaskan kekeluargaan dan gotong royong dengan semboyan
Bhineka Tunggal Ika. Bagi koperasi
asas gotong royong berarti terdapatnya keinsyafan dan kesadaran semangat dan tanggung jawab
terhadap akibat dari kerja tanpa memikirkan untuk diri sendiri,
akan tetapi selalu untu kesejahteraan bersama. Masalah solidaritas
merupakan unsur penting, karena koperasi
tidak dapat berkembang secara sendiri. Satu sama lain harus saling membantu
dan mengenal terhadap
kemajuan yang diperoleh.[111]
Asas
Koperasi meliputi :
a.
Kekeluargaan, mencerminkan adanya kesadaran dari
budi, hati nurani manusia bekerja
sama dalam koperasi oleh semua untuk semua.
b.
Kegotong-royongan, bahwa pada koperasi terdapat keinsyafan
dan semangat bekerja
sama rata bertanggung jawab bersama tanpa memikirkan diri sendiri melainkan
selalu untuk kesejahteraan bersama.
Asas
gotong royong dan kekeluargaan dalam koperasi hendaklah merupakan pikiran dinamis yang
dapat menggambarkan suatu kerja
bersama dalam pelakasanaan kewajiban dan hak bantu membantu berdasarkan keadilan
dan cinta kasih. Jelaslah asas kekeluargaan dan kegotong royongan
yang dinamis bantu membantu berdasarkan keadilan dan swasembada.[112]
Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasaian pasal 3 disebutkan bahwa, koperasi bertujuan
memajukan kesejahteraan anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun
tatanan perekonomian nasional, dalam
rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Koperasi
Indonesia di dalam Pancasila tidak bertujuan untuk mengadakan persaingan, akan tetapi harus mengadakan kerja sama dengan siapa
pun dengan pihak mana pun juga.
Tujuan tersebut dikatakan bahwa, koperasi memajukan
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Pernyataan ini mengandung arti bahwa, meningkatkan kesejahteraan anggota
adalah menjadi program utama koperasi
melalui pelayanan usaha. Jadi,
pelayanan anggota merupakan prioritas utama dibandingkan
dengan masyarakat umum.[113]
Koperasi Indonesia merupakan perkumpulan orang-orang yang miskin
dan lemah ekonominya yang bertujuan untuk memperbaiki nasib
dan meningkatkan taraf hidup serta
kesejahteraan anggota- anggotanya. Tujuan koperasi Indonesia
yang lebih jauh dan lebih luhur
adalah mencapai serta mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.[114] Dari beberapa pendapat
tentang tujuan koperasi
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan koperasi
adalah untuk mensejahterakan anggotanya dan mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur serta tidak
mencari keuntungan, tetapi
memberikan layanan yang terbaik bagi para anggotanya. Koperasi Indonesia juga bertujuan untuk
memperkokoh perekonomian rakyat
sebagai dasar kekuatan
dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi
sebagai soko gurunya.
Fungsi Koperasi untuk Indonesia tertuang dalam Pasal 4 Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yaitu :
a. Membangun dan mengembangkan potensi
dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
b.
Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas
kehidupan manusia dan masyarakat.
c.
Memperkokoh perekonomian rakyat
sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.
d.
Berusaha untuk mewujudkan dan
mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar
atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.[115]
6. Prinsip-Prinsip Koperasi
Prinsip-prinsip koperasi (cooperative
principles) adalah ketentuan- ketentuan pokok yang berlaku
dalam koperasi dan dijadikan sebagai
pedoman kerja koperasi. Lebih jauh, prinsip-prinsip tersebut merupakan “rules
of game” dalam kehidupan koperasi. Pada dasarnya, prinsip-prinsip koperasi sekaligus merupakan jati diri
atau ciri khas koperasi tersebut. Adanya
prinsip koperasi ini menjadikan watak koperasi
sebagai badan usaha berbeda
dengan badan usaha lain.[116]
Prinsip-prinsip koperasi tertuang
dalam Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992
tentang Perkoperasian yang berlaku saat
ini di Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Keanggotaan bersifat
sukarela dan terbuka
b. Pengelolaan dilakukan secara demokrasi
c. Pembagian SHU dilakukan secara
adil sesuai dengan
besarnya jasa usaha
masing-masing anggota
d. Pemberian batas jasa yang terbatas terhadap
modal
e. Kemandirian
f. Pendidikan perkoperasian
g. Kerja sama antar koperasi27
7. Perangkat Organisasi Koperasi
Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1992 pasal 21 perangkat organisasi koperasi
terdiri dari : Rapat Anggota,
Pengurus, dan Pengawas.
a.
Rapat Anggota
Rapat Anggota atau RAT, secara normal
diselenggarakan satu tahun sekali
atau selambat-lambatnya tiga bulan setelah tutup buku pada tahun yang bersangkutan. Rapat anggota merupakan
kekuasaan tertinggi pada organisasi koperasi
yang dapat diwujudkan sebagai berikut :
1)
Dalam Rapat Anggota, dipilih
dan diberhentikan jabatan
pengurus serta Badan
Pengawas.
2)
Dalam Rapat Anggota, didengar
laporan pengurus serta disahkan laporan pertanggung jawaban
pengurus.
3)
Dalam Rapat Anggota, berbagai usul
dan saran serta pendapat dari para
anggota dapat dikeluarkan secara adil sesuai haknya, yaitu anggota satu suara.
4)
Dalam Rapat Anggota, diputuskan rencana-rencana koperasi untuk
periode yang akan datang.
5)
Dalam Rapat Anggota ini semua anggaran
pendapatan dan biaya yang telah disusun dimintakan juga
persetujuan dari para anggota.
b. Pengurus
Koperasi
Pengurus Koperasi terdiri dari Ketua, sekretaris, dan Bendahara serta
anggota yang dipilih oleh Rapat Anggota sesuai
dengan anggaran dasar koperasi. Pengurus merupakan wakil para anggota
yang memenuhi syarat dan kriteria tertentu serta dipilih dan disahkan oleh Rapat Anggota.
Pengurus berhak mewakili
organisasi di dalam dan di luar pengadilan bila terjadi suatu masalah.
c.
Pengawas
Pengawas merupakan badan yang dipilih dari dan oleh anggota
dalam Rapat Anggota yang sesuai dengan bunyi Pasal 38 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992. Pengawas bertugas
melakukan pemeriksaan terhadap tata kehidupan koperasi termasuk organisasi usaha, dan pelaksanaan kebijakan pengurus. Dalam melakukan tugas-tugas tersebut pengawas menyusun
laporan tertulis tentang hasil pemeriksaannya yang akan disampaikan ke RAT. Karena dia berwenang untuk meneliti
catatan serta menguji kebenaran
harta, hak, dan kewajiban yang dimiliki koperasi, maka jabatan ini tidak
boleh dirangkap, apalagi oleh
pengurus.[117]
8. Akreditasi Koperasi
Dalam rangka mensyaratkan koperasi Departemen Koperasi setiap tahun mengadakan akreditasi terhadap koperasi-koperasi yang sudah terdaftar. Dengan akreditasi setiap tahun berarti
pembinaan koperasi yang telah ada secara berkesinambungan. Kelemahan-kelemahan koperasi sebelumnya bisa diperbaiki menuju
koperasi yang didambakan. Adapun mengenai akreditasi tersebut dapat digolongkan ke dalam 3 golongan, yaitu :
a. Koperasi dengan
Akreditasi golongan A (baik).
b. Koperasi dengan
Akreditasi golongan B (sedang).
c. Koperasi dengan Akreditasi golongan
C (kurang).
Koperasi yang mempunyai predikat
golongan A, kepercayaan anggota, masyarakat terutama dunia usaha yang ada kaitan
kegiatan bisnis dengan koperasi
tersebut makin tinggi. Demikian juga pemerintah tidak ragu-ragu lagi memberikan fasilitas yang diperlukan koperasi sesuai dengan kemampuannya.[118]
9. Tinjauan Tentang AD/ART
Koperasi
a.
Pengertian AD/ART Koperasi
Anggaran Dasar (AD) adalah keseluruhan
aturan yang mengatur secara langsung
kehidupan koperasi dan hubungan
antara koperasi dan para anggotanya. Anggaran Rumah Tangga (ART) adalah Himpunan peraturan
yang mengatur urusan rumah tangga sehari-hari, yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari Anggaran Dasar.[119] Hal ini dimaksudkan untuk menjadi pegangan dan
pedoman, baik bagi pengurus, maupun bagi anggota-anggotanya dan siapa saja yang terikat
dalam koperasi itu.
Anggaran dasar berisikan peraturan-peraturan dan ketentuan- ketentuan yang menjadi dasar dari pada seluruh kehidupan
koperasi. Anggaran dasar
dibuat oleh para anggota dan untuk anggota di dalam rapat anggota nantinya sebagai kekuasaan
tertingi dalam kehidupan koperasi. Anggaran dasar merupakan buah dari perumusan
para anggota sendiri
yang diputuskan secara demokratis.[120]
Anggaran dasar juga dimuat didalam akta pendirian
dari awal pembentukan koperasi sampai pembubaran koperasi. Berdasarkan pembentukannya, koperasi terbagi dua yaitu koperasi
primer dan koperasi
sekunder.[121] Koperasi
primer dibentuk sekurang-kurangnya 20 orang (calon anggota). Sedangkan
koperasi sekunder dibentuk
sekurang-kurangnya 3 koperasi. Oleh karena itu, anggaran dasar menjadi landasan
daripada kehidupan demokrasi dalam koperasi.
10. Koperasi Menurut Islam
Koperasi dalam Islam dikenal
dengan syirkah ta’awuniyah. Secara etimologis,
syirkah mempunyai arti percampuran, yakni bercampurnya salah
satu dari dua harta dengan harta lainnya, tanpa dapat
dibedakan antara keduanya.[122]
Sebagian ulama, menyebut koperasi dengan
syirkah ta’awuniyah (persekutuan tolong menolong), yaitu suatu perjanjian kerja sama antara dua
orang atau lebih, yang satu pihak menyediakan modal usaha, sedangkan pihak lain melakukan usaha atas dasar profit sharing (membagi untung) menurut perjanjian.[123]
Para
ahli fikih mendefinisikan As-syirkah menurut
bahasa adalah ikhtilath (percampuran), sedangkan menurut syara’ As-syirkah
diartikan dengan akad antara
dua orang yang bererikat dalam modal dan keuntungan.[124]
Dan dalam kata lain syirkah di sebut dengan musyarakah yang berasal
dari kata syirkah yang berarti
percampuran.
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
Jenis penelitian yang penulis buat yaitu menggunakan metode penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait yang bisa dijelaskan baik dengan
angka- angka maupun kata kata. Penelitian deskriptif merupakan metode
penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai
dengan apa adanya.[125]
Jenis penelitian yang penulis buat yaitu dengan menggunakan metode penelitian pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui
prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.[126]
a. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah
sumber dari mana data dapat diperoleh. Mengenai sumber data yang penulis
gunakan dalam penyusunan
proposal ini penulis kelompokan menjadi dua bagian yaitu:
1)
Sumber Data Primer
Data primer adalah data yang bersumber
dari keterangan- keterangan seseorang
yang berhubungan deangan
suatu penelitian atau data yang diperoleh peneliti
dari sumber aslinya.[127]
Jadi data yang diperoleh dari responden di lapangan yakni pengurus dan anggota Koperasi
Hidmat Pondok Pesantren
Suryalaya.
2)
Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh
dalam bentuk yang sudah jadi, sudah
dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi-publikasi.[128]
Dalam penelitian ini penulis mendapatkan data dari perpustakaan, buku-buku literatur dan data sekunder
yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang diperoleh dari
pengurus dan anggota Koperasi Khidmat Pondok Pesantren Suryalaya.
b. Jenis
data
Penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif. Data kualitatif adalah
data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk
kata-kata atau gambar daripada angka-angka.[129] Data tersebut mencakup
transkrip wawancara, catatan
lapangan, fotografi, videotape, dokumen pribadi, memo, dan
rekaman-rekaman resmi lainnya
Untuk
memperoleh data yang lengkap dalam melakukan analisis data dan pengolahan data maka digunakan beberapa metode dan alat pengumpulan data sebagai berikut
:
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dan
gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan
pencatatan.[130] Untuk mengamati kejadiaan
yang komplek dapat menggunakan alat bantu misalnya
seperti kamera, video tape,
dan audio tape recorder.[131]
Observasi dalam penelitian ini dengan cara melakukan pengamatan langsung di Koperasi
Khidmat Pondok Pesantren Suryalaya.
c. Wawancara
Wawancara adalah suatu kegiatan
yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para responden.[132]
Sedangkan jenis wawancara
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan kepada para karyawan
dan anggota Koperasi
Khidmat Pondok Pesantren
Suryalaya untuk memperoleh informasi mengenai kinerja koperasi.
d. Dokumentasi
Penjaringan data melalui metode ini, adalah
peneliti mencari dan
mendapatkan data-data primer dengan melalui data- data dari prasasti-prasasti, naskah-naskah kearsipan (baik dalam bentuk barang cetakan maupun rekaman),
data gambar atau foto atau blue print dan
lain sebagainya.[133]
Dokumentasi dalam penelitian ini dengan cara penulis menggunakan handphone dan
barang tertulis lainnya
untuk memperoleh data-data
yang ada kaitannya
dengan Koperasi Khidmat Pondok Pesantren Suryalaya yakni
arsip atau dokumen, foto, surat, dan lain sebagainya.
5. Teknik Analisis Data
Analisis
data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, menemukan pola, memilah dan memilih menjadi satuan yang dapat di kelola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari
dan memustuskan apa yang dapat diceritakan orang lain. Atau lebih mudahnya analisis data adalah proses penyederhanaan
data kedalam bentuk yang mudah dibaca dan di interprestasikan. Berdasarkan penjelasan diatas maka analisis data dalam penulisan
ini adalah jenis penelitian pendekatan kualitatif lapangan dan bersifat deskritif yaitu penelitian yang dilakukan
memiliki permasalahan awal mengenai situasi
masalah yang dihadapi.[134]
Proses
analisis pendekatan kualitatif dilakukan melalui “tiga alur terjadi
bersamaan, yaitu reduksi
data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan”.
Reduksi adalah upaya mengurangi kesimpulan sementara atau melengkapi hasil pengamatan dengan cara pemilihan
pemusatan perhatian, penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang
diambil dari catatan tertulis selama peneliti berada dilapangan. Proses selanjutnya penyajian data dengan
cara mengklasifikasikan data menurut
isu dan kebutuhan secara menyusun
sekumpulan informasi dan pengambilan keputusan.[135]
Sehingga
untuk memecahakan masalah penelitian, dari data yang dikumpulkan kemudian penulis
menganalisa dan mengkritisinya. Dimana penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu
cara melaporkan data dengan menerangkan, memberi gambaran dan mengklasifikasikan serta menginterpretasikan data yang terkumpul
secara apa adanya kemudian disimpulkan
Secara teknis
penulis melakukan upaya-upaya :
a. Data-data
dan informasi yang didapatkan melalui observasi atau pengamatan langsung, penulis
mencatat mengenai Analisis
Pelayanan Komunikasi Islami Terhadap Loyalitas
Nasabah Koperasi Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya
b. Data-data dan informasi yang diperoleh melalui
wawancara, dengan karyawan
dan Anggota Koperasi
Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya diberikan penjabaran
serta disimpulkan sesuai dengan permasalahan penelitian ini.
c. Data-data
dan informasi yang berbentuk dokumentasi digunakan untuk melengkapi
uraian dan pembahasan penelitian.
Sedangkan data-data dan informasi yang
berbentuk dokumentasi yang digunakan
adalah content analisis
yaitu berupa teknik pengumpulan
data untuk menjelaskan informasi yang terdapat dalam material bersifat simbolis seperti dalam buku, surat kabar dan
internet. Dalam teknik ini penulis menghubungkan teori-teori yang ada dengan Analisis Pelayanan Komunikasi
Islami Terhadap Loyalitas Nasabah Koperasi Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya yangterdapat dalam sumber-sumber yang
ada.
Sehingga setelah data terkumpul melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi kemudian
penulis melakukan analisa
terhadap keseluruhan data
secara mendalam untuk dapat mengetahui hasil dari apa yang sedang penulis teliti. Kemudian disusun secara
sistematis dengan mengacu pada
perumusan masalah dan tinjauan teoritis yang
berkaitan dengan penelitian
ini.
Kemudian penulis juga menggunakan
teknik triangulasi data yang diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai
cara dan berbagai
waktu. Dengan demikian
terdapat triangulasi sumber
triangulasi tehnik pengumpulan data dan waktu.
a.
Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji
kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang
telah diperoleh melalui beberapa
sumber.
b.
Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji
kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data dengan
sumber yang sama dengan teknik berbeda.
c.
Trianguasi Waktu
Data yang dikumpulkan dengan teknik
wawancara di pagi hari saat nara
sumber masih segar belum banyak masalah, akan
memberikan data yang lebih valid
sehingga lebih kredibel.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.
Gambaran Umum Objek Penelitian
a. Sejarah Singkat Koperasi
Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya
Koperasi
Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya didirikan oleh Letjen TNI (Purn) Drs. H.
Sarsaban Adimadja dan tim saat itu. Koperasi Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya didirikan
pada tanggal 23 Juni 1979 Kemudian pada tanggal 10 Juni 2022 dilakukan
pengesahan dengan Badan Hukum No. 6908/BH/
DK.10/23 SK.Menhumkam NO. AHU-0000615.AH.01.38. Tahun 2022.
Ruang lingkupnya pun diperluas bukan saja
sekedar santri atau murid yang sedang belajar dipondok pesantren suryalaya,
tetapi juga meliputi seluruh Ikhwan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah yang bisa
berada diseluruh pelosok daerah.
Tujuan
utama Koperasi Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya adalah sebagai wadah pembinaan
perekonomian Ikhwan TQN. Disamping itu diharapkan juga hasil usahanya kelak
dapat membantu beban biaya seluruh kegiatan yang ada dalam lingkungan Yayasan
Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya. Seperti dalam bidang da’wah Pendidikan,
inabah, kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial lainnya.
Koperasi
Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya berlokasi di Jl. Suryalaya, Rt. 01/02 Ds,
Tanjungkerta, Kec, Pagerageung, Kab, Tasikmalaya Post, 46158.
b. Visi dan Misi Koperasi Hidmat
Pondok Pesantren Suryalaya
Setiap
Perusahaan memiliki visi dan misi untuk mencapai targetnya dalam jangka waktu
panjang. Selain itu pula hal tersebut dibutuhkan untuk memperbaiki Perusahaan
tersebut agar menjadi perusahaan yang terbaik dari pesaing-pesaingnya. Berikut
visi dan misi Koperasi Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya.
a. Visi
Menjadi Koperasi Hidmat
Pondok Pesantren Suryalaya yang mapan dan mampu membangun potensi ekonomi untuk
kesejahteraan anggota.
b. Misi
1) Menghimpun dana dari anggota
dalam bentuk simpanan
2) Menghimpun dana sebagai modal
untuk menyelengarakan berbagai usaha dalam bidang perdagangan, jasa, investasi,
dan simpan pinjam, yang dikelola secara mandiri, professional, berkualitas dan
transparan yang hasilnya dinikmati oleh seluruh anggota koperasi.
3) Memberikan pelayanan kepada
anggota sebagai mitra kerja, sesuai dengan jati diri koperasi.
4) Menjalankan kerja sama usaha
dengan berbagai pihak untuk meningkatkan manfaat dan promosi ekonomi anggota.
c. Tujuan Koperasi Hidmat Pondok
Pesantren Suryalaya
1) Untuk menghimpun dana dari
anggota sebagai modal usaha Bersama
2) Untuk membangun dan
mengembangkan potensi ekononomi anggota.
3) Untuk membantu anggota dalam
menyediakan sumber daya yang dibutuhkan.
4) Untuk mendidik dan melatih
anggota agar memiliki kemampuan dan keahlian yang bernilai ekonomi.
5) Untuk meningkatkan
kesejahteraan melalui pola pembagian sisa hasil usaha
d. Struktur Organisasi Koperasi
Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya
Dalam
rangka melaksanakan tugas operasional koperasi, perlu adanya struktur
organisasi. Struktur organisasi adalah kerangka dan susunan perwujudan pola
hubungan diantsra fungsi-fungsi, bagian-bagian dan orang-orang yang menunjukan
delegasi tugas, kedudukan, wewenang, dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam
suatu Perusahaan. Berikut bentuk struktur organisasi Koperasi Hidmat Pondok
Pesantren Suryalaya:
MITAN
NS |
PPOB |
Agen
Kurir |
ANGGOTA |
PENGURUS Ketua: Drs. Ahmad,M.SI Sekretaris: Nana Heryana Bendahara: Karomah, S.ag |
PENGAWAS Drs. Agus S., MM Dra. Ai Sadiah Drs. Wawan, M.SI |
PEMBINA: 1.
Dinas Koperasi dan UK Jawa Barat 2.
PT. Pertamina Patra Niaga JBB 3.
Hiswana Migas DPC Priatim |
LPG |
USP |
Hidmat
Neet |
KEMITRAAN: 1.
PT. HIDMAT PUTRA 2.
PT. HIDMAT KENCANA 3.
BRI KCP CIAWI |
MANAJER |
PENASEHAT Pondok Pesantren Suryalaya 1.
KH.
Zenal Abidn A 2.
KH.
Baban Ahmad Jihad, S. Ar |
RAT |
e. Bidang Usaha Koperasi Hidmat
Pondok Pesantren Suryalaya
Unit-unit
usaha Koperasi Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya dilaksanakan dengan sistem
otonomi, artinya setiap unit diketuai oleh ketua unit atau menejer, dimana
masing-masing unit memiliki administrasi tersendiri sesuai kemampuan
masing-masing unit. Adapun unit-unit usaha tersbeut antara lain :
1) Simpan Pinjam
Unit
simpan pinjam penyaluran dana dialokasikan untuk anggota koperasi yang memiliki
usaha produktif dan menguntungkan, sehingga pengembalian pembiayaan tersebut
dapat bergulir kepada anggota yang lain. Jenis produk yang ada di USP : pembiayaan bulanan dengan porsi bagi
hasil.
Untuk
saat ini USP masih dalam pembinaan PT. USSI Bandung dalam penggunaan sistem,
segala permasalahan yang berhubungan dengan sistem dapat dipantau secara online
dari PT. USSI Bandung.
2) Minyak Tanah Non Subsidi
Unit
minyak tanah non subsidi pada tahun 2022 masih berjalan, walaupun dalam proses
pemasaran masih mengalami kendala sehubungnya berkurangnya pengguna minyak
tanah. Walaupun demikian unit ini tetap menjalankan aktifitasnya dengan target
mempertahankan langganan yang ada terutama home industri yang masih
membutuhkan.
3) Keagenan LPG 3 Kg
Dalam
perjalanannya unit ini bersifat horizontal, artinya tidak bisa dikembangkan
sesuai keinginan sendiri, sehubungan ada standar operasi yang mengatur antara
lain :
a) Kuota, ada schedul agrimen
diatur oleh pertamina sesuai kontrak agen
b) Penarikan, mengacu pada SA
diatur oleh SPBE
c) Harga, diatur oleh Pemda
(HET)
d) Perizinan, oleh BPPT
e) Pengawasan, Pemda kemen ESDM
dan pertamina
f) Audit, Badan Pemeriksaan
Keuangan Negara
g) Penyaluran, ke pangkalan,
pelaporan sistem online.
Selain
LPG 3 Kg koperasi juga bertindak sebagai pangkalan dari PT. Elbu gas yang
menyediakan LPG non subsidi dalam kemasan : 5,5 Kg bg, 12 Kg bg dan 12 Kg biru.
4) Payment Poin Online Bank
(PPOB) Pembayaran Rekening Listrik
Koperasi
masih bertahan di unit ini karena koperasi secara langsung memberdayakan
kolektor pembayaran rekening listrik sebagai ,mitra kerja aktif dan koperasi
menggunakan sistem manajemen fee. Dengan pola pemberdayaan kolekyor
pemberdayaan kolektor koperasi dengan anggota maupun hubungan koperasi dengan
konsumen listreik.
5) Pangkalan lpg PSO dan lpg non
PSO
Selain
bertindak sebagai agen LPG 3 Kg, Koperasi juga membuka pangkalan yang
ditempatkan di Cikoranji desa Tanjungkerta, tujuan membuka pangkalan lpg 3 Kg
melayani anggota dan Masyarakat anggota, status lpg Non PSO atau non subsidi ini
kerja sama dengan PT. Elbu gas, dimana pada status kerja sama tersebut koperasi
berstatus pangkalan.
6) JNE
Unit
usaha JNE tahun 2022, telah menjalankan tugas dan fungsinya, dimana unit JNE
adalah sebagai usaha Koperasi Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya bidang jasa
pengiriman barang. Pada prinsip yang dijalankan oleh unit ini adalah
melaksanakan penampungan untuk pengiriman barang serta jemput bola pada
usaha-usaha yang berbasis online, dengan cara pendekatan, pelayanan dan
keamanan barang sedangkan asuransi kehilangan atau rusak menjadi tanggung jawab
pihak JNE.
7) Hidmat Net
Usaha
ini sudah mulai menampakan hasil walaupun pemasukannya buat Koperasi Hidmat
Pondok Pesantren Suryalaya, dan usaha kedepan dapat menjadikan usaha yang
menguntungkan mengingat semakin digitalisasi program ini sangat diperlukan.
Uraian tugas dan wewenang dari
masing-masing bagian pada Koperasi Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya adalah
sebagai berikut :
a.
Rapat Anggota
Salah
satu perangkat organisasi yang merupakan kekuasaan tertinggi dalam koperasi
adalah rapat anggota. Setiap anggota akan menggunakan hak suaranya berdasarkan
prinsip “satu orang satu suara” dan tidak ada suara yang diwakilkan. Dengan
forum rapat anggota setiap anggota mempunyai peluang untuk mempengaruhi
jalannya organisasi dan usaha koperasi, mengevaluasi kinerja pengurus dan
pengawas serta memutuskan apakah koperasi dapat berjalan terus atau
dibubarkaan.
1) Rapat anggota tahunan
merupakan fungsi pemegang kekuasaan tertinggi dalam tata kehidupan koperasi,
yang mempunyai fungsi : Menetapkan kebijakan umum di bidang organisasi,
manajemen dan usaha koperasi;
2) Memilih, mengangkat dan
memberhentikan badan pemeriksa dan pengurus;
3) Menetapkan dan mengesahkan
rencana kerja dan rencana anggaran belanja koperasi serta kebijakan pengurus
dalam bidang organisasi dan usaha koperasi;
4) Pembagian Sisa Hasil Usaha
(SHU);
5) Penggabungan, peleburan,
pembagian, dan pembubaran koperasi.
b.
Pengawas
Pengawas
adalah perangkat yang dipilih oleh anggota dan diberi mandat untuk melakukan
pengawasan terhadap jalannya roda organisasi dan usaha koperasi.
Tugas Pengawas Koperasi adalah
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan usaha
koperasi. Sehubungan dengan tugas tersebut, Pengawas Koperasi membutuhkan
sejumlah kompetensi dalam bidang pengetahuan perkoperasian, teknik pengawasan,
dan ketrampilan menyusun laporan, serta kemauan untuk melaksanakan tugas
sebagai Pengawas Koperasi.
c.
Pengurus
Adalah
sekelompok orang yang berdasarkan rapat anggota (RAT) dipilih dan diangkat
untuk mengelola koperasi, yang terdiri dari :
1)
Ketua
Dalam melaksanakan tugas ketua
bertanggung jawab terhadap terlaksananya kegiatan antara lain :
a) Bertanggung jawab atas
terlaksananya kegiatan organisasi sesuai dengan anggaran dasar, anggaran rumah
tanggadan rapat anggota tahunan
b) Menetapkan kebijakan dan
rencana kerja, anggaran pendapatan dan biaya (RAKPB)
c) Memimpin rapat anggota
tahunan (RAT)
d) Memimpin rapat pengurus,
pengawas dan karyawan
e) Menandatangani surat
keputusan dan perjanjian kerja sama dengan pihak ketiga
f) Membuat disposisi untuk
bendahara, seksi pengadaan barang dan seksi simpan pinjam
g) Menandatangani surat-surat
berharga yang berhubungan dengan koperasi
h) Membuat laporan
pertanggungjawaban pengurus untuk acara RAT
2)
Sekretaris
Dalam melaksanakan tugas sekretaris
bertanggung jawab terhadap terlaksananya kegiatan antara lain :
a) Menindak lanjuti kebijakan
ketua dibidang administrasi
b) Bertanggung jawab atas
terlaksnanya tata Kelola administrasi yang baik
c) Mendampingi ketua,
menandatangani surat perjanjian pinjaman dengan pihak ketiga
d) Mewakili ketua apabila
berhalangan
e) Menandatangani surat yang
bersifat internal ( surat rapat, pemberitahuan)
f) Mengikuti rapat pengurus,
pengawas, karyawan dan rapat anggota tahunan (RAT)
g) Menyusun konsep dan membuat
surat keputusan ketua
3)
Bendahara
Dalam melaksanakan tugas bendahara
bertanggung jawab terhadap terlaksananya kegiatan antara lain :
a) Menindak lanjuti kebijakan
ketua dibidang keuangan
b) Membuat perencanaan kebutuhan
keuangan perperiodik, yaitu bulanan, triwulan, semester
c) Bertanggung jawab atas
terlaksananya tata Kelola administrasi keuangan yang baik
d) Mendampingi ketua
menandatngani surat perjanjian pinjaman dengan pihak ketuga
e) Mewakili ketua apabila
berhalangan
f) Mengikuti rapat pengurus,
pengawas dan karyawan
g) Menandatangani surat
perjanjian pinjaman kepada anggota
h) Bertanggung jawab atas
pembayaran dibidang usaha
i) Bersama-sama ketua
menandatangani surat-surat berharga yang berhubungan dengan koperasi
j) Menyimpan dan menyalurkan
uang koperasi kepada anggota
k) Membantu ketua membuat
laporan pertanggung jawaban untuk acara RAT
4)
Anggota
Dalam melaksanakan tugas ketua dan
sekretaris dibantu oleh seorang anggota dan bertanggung jawab terhadap
terlaksananya kegiatan antara lain :
a) Mematuhi anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga serta keputusan yang telah disepakati dalam rapat anggota
b) Berpartisipasi dalam kegiatan
usaha yang diselenggarakan oleh koperasi
c) Mengembangkan dan memelihara
kebersamaan berdasar atas asas kekeluargaan
Pada
tahap ini peneliti akan memaparkan bagian terpenting yang menjadi fokus
penelitian Analisis Pelayanan Komunikasi Islami Terhadap Loyalitas Nasabah
Koperasi Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya dengan menggunakan penelaahan
deskriptif kualitatif.
Pada
penelitian deskriptif kualitatif ini peneliti dituntut agar dapat mengenali,
menjelaskan, menggambarkan atau mendeskripsikan dan mencari data berdasarkan
fakta-fakta yang didapatkan dilapangan yang berdasarkan dengan hasil wawancara,
observasi langsung, serta dokumentasi dilokasi penelitian
1.
Kondisi Pelayanan Komunikasi Di Koperasi Hidmat Pondok
Pesantren Suryalaya
Pada penelitian ini yang
menjadi informan adalah pengurus dan karyawan Koperasi Hidmat Pondok Pesantren
Suryalaya yang dianggap representatif dalam pengumpulan informasi selama
penelitian berlangsung. Dengan informan kunci yaitu Ibu karomah, S.ag sebagai
Pengurus dan yang menjadi informan non kunci yaitu Ahmad Hakiki sebagai anggota
Koperasi. Berikut ini informan penelitian, sebagai berikut :
Tabel 4.2 Daftar Informan
No |
Nama |
Jabatan |
1. |
Karomah, S.ag |
Bendahara |
2. |
Atim |
Anggota |
a)
Deskripsi wawancara dengan pengurus Koperasi Hidmat Pondok
Pesantren Suryalaya.
Berdasarkan wawancara yang
dilakukan peneliti dengan pengurus. Pertama peneliti menanyakan tentang Apa
rencana koperasi hidmat untuk jangka waktu yang akan datang? kemudian beliau
menjawab :
“Setiap dilaksanakannya rapat
anggota tahunan, disana pasti dicantumkan rencana kerja koperasi. Nah, Rencana
kerja untuk kedapannya adalah membenahi, membina, memupuk, serta mengembangkan
seluruh unit usaha yang ada sesuai potensi pasar, penyesuaian income dari mitra
usaha tertentu, serta investasi usaha baru. Terus mencari peluang usaha yang
dapat memberikan manfaat bagi anggota maupun Masyarakat sekitar. (wawancara
dilakukan pada hari senin, 14 agusutus 2023).”
Peneliti lebih lanjut
menanyakan mengenai Sejauh ini rencana apa saja yang belum terrealisasikan oleh
koperasi hidmat ? kemudian beliau menjawab :
“Sampai saat ini rencana
yang sudah terrealisasikan salah satunya yaitu menambah unit usaha dan anggota
koperasi.” (wawancara dilakukan pada hari senin, 14 agusutus 2023).”
Peneliti lebih lanjut
menanyakan mengenai Apa saja rencana yang sudah tercapai oleh koperasi hidmat ?
kemudian beliau menjawab : “untuk rencana yang belum terrealisasikan yaitu
menambah unit lagi dan anggota lagi.” (wawancara dilakukan pada hari senin, 14
agusutus 2023).”
Peneliti lebih lanjut
menanyakan mengenai Bagaimana cara pegawai koperasi hidmat memberi kesan yang
baik kepada anggotanya ? kemudian beliau menjawab :
“Untuk memberi kesan yang
baik koperasi hidmat selalu memberikan pelayanan yang maksimal kepada
anggotanya seperti berkomunikasi dengan nasabahnya dengan baik, sopan santun,
jujur, dan menggunakan bahasa yang mudah untuk dipahami. Selain itu koperasi
hidmat juga memberikan pelayanan secara cepat dan tepat sasaran. Itulah cara
kami memberikan kesan yang baik kepada anggota. (wawancara dilakukan pada hari
senin, 14 agusutus 2023).”
Peneliti lebih lanjut
menanyakan mengenai Bagaimana koperasi hidmat membuat anggotanya paham dengan
informasi yang ingin disampaikan oleh koperasi hidmat kepada anggota ? kemudian
beliau menjawab :
“Koperasi hidmat selalu
menggunakan komunikasi yang baik dalam menyampaikan informasi kepada anggota,
seperti komunikasi yang mudah dipahami, jujur, tidak berbelit-belit, sopan dan
lemah lembut dalam menyampaikan informasinya. (wawancara dilakukan pada hari
senin, 14 agusutus 2023).”
Peneliti lebih lanjut menanyakan
mengenai Seperti apakah pelayanan komunikasi di koperasi hidmat ? kemudian
beliau menjawab :
”Pelayanan komunikasi yang
diterapkan di koperasi hidmat yaitu komunikasi yang sopan, jujur, mudah
dimengerti, lemah lembut, tegas dan nyaman. (wawancara dilakukan pada hari
senin, 14 agusutus 2023).”
Peneliti lebih lanjut
menanyakan mengenai Bagaimana cara koperasi hidmat menjaga loyalitas anggotanya
? kemudian beliau menjawab :
“Cara kami menjaga loyalitas
anggota kami adalah dengan memberikan pelayanan yang maksimal terhadap anggota,
baik dari segi fasilitas, komunikasi, dan tetap menjaga komitmen dengan
anggota. (wawancara dilakukan pada hari senin, 14 agusutus 2023).”
Peneliti lebih lanjut
menanyakan mengenai Apakah pelayanan komunikasi berpengaruh terhadap loyalitas
anggota? kemudian beliau menjawab :
“Dengan pelayanan komunikasi
yang kami berikan kepada anggota, sangatlah berpengaruh terhadap loyalitas
anggota kami karena dengan komunikasi yang baik akan membuat nasabah menjadi
nyaman dan berkesan terhadap pelayanan yang kami berikan, terbukti dengan
bertambahnya anggota koperasi hidmat di setiap tahunnya. (wawancara dilakukan
pada hari senin, 14 agusutus 2023).”
Dari hasil wawancara di atas
terlihat jelas bahwa koperasi hidmat sudah berusaha dengan maksimal untuk
memberikan pelayanan yang baik bagi anggotanya seperti berkomunikasi dengan
nasabahnya dengan baik, sopan santun, jujur, dan menggunakan bahasa yang mudah
untuk dipahami dengan jumlah anggota koperasi yang bertambah. Hal ini sejalan
dengan prinsip-prinsip komunikasi Islam. Dalam
prinsip-perinsip komunikasi Islam disebutkan bahwa komunukasi yang baik
menurut Al-Qur’an salah satunya adalah pembicaraan yang benar, jujur,
tidak bohong, lurus, tidak berbelit-belit, lemah lembut, dan jelas.
2.
Loyalitas Nasabah Koperasi Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya
Data dari hasil penelitian
didapatkan melalui wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti pada Koperasi
Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya, dimana informan adalah anggota koperasi Hidmat.
a)
Deskripsi wawancara dengan anggota Koperasi Hidmat Pondok
Pesantren Suryalaya
Berdasarkan wawancara yang
dilakukan peneliti dengan anggota Koperasi Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya.
Pertama peneliti menanyakan tentang. Apakah koperasi hidmat dalam setiap
pelayanannya memberikan kesan yang baik terhadap anda ? kemudian beliau
menjawab :
“Selama saya menjadi anggota
koperasi hidmat, saya selalu terkesan atas pelayanan yang diberikan koperasi
hidmat. Karena pelayanannya yang cepat, tanggap, sopan dan ramah terhadap
anggotanya. (wawancara dilakukan pada hari senin, 14 agusutus 2023).”
Peneliti lebih lanjut
menanyakan mengenai Apakah pemaparan informasi yang diberikan koperasi hidmat
mudah dipahami oleh anda ? kemudian beliau menjawab :
“Alhamdulillah dalam pemaparan
informasi yang saya terima dari koperasi hidmat mudah untuk dipahami dan
dimengerti. (wawancara dilakukan pada hari senin, 14 agusutus 2023).”
Peneliti lebih lanjut
menanyakan mengenai Kesan apa yang anda dapat dari pelayanan koperasi hidmat ?
kemudian beliau menjawab :
“Kesan yang saya terima dari
pelayanan koperasi hidmat sangalah baik, saya menjadi lebih mudah untuk
mengerti maksud dari informasi yang diberikan oleh koperasi hidmat. (wawancara
dilakukan pada hari senin, 14 agusutus 2023).”
Peneliti lebih lanjut
menanyakan mengenai Apa alasan anda loyal terhadap koperasi hidmat ? kemudian
beliau menjawab :
“Alasan saya tetap loyal
terhadap koperasi hidmat yaitu karena kualitas pelayanannya yang baik.
(wawancara dilakukan pada hari senin, 14 agusutus 2023).”
Dari hasil wawancara di atas
terlihat jelas bahwa anggota koperasi merasa sangat terkesan dalam setiap
pelayanan yang diberikan oleh koperasi hidmat dengan kualitas pelayanan yang
memuaskan dan baik sehingga informasi yang diterima oleh anggota koperasi mudah
dipahami dan dimengerti oleh anggota koperasi. Hal ini merupakan jenis loyality
premium, loyality premium merupakan
bentuk perasaan bangga yang muncul ketika konsumen menemukan dan menggunakan produk
atau jasa tersebut dan dengan senang hati membagi pengetahuan dan merekomendasikannya kepada teman,
keluarga maupun orang lain.
3. Analisis Pelayanan Komunikasi
Terhadap Loyalitas Nasabah Koperasi Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya
Berdasarkan hasil analisis
dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif menunjukkan bahwa penelitian
dari fakta lapangan, Koperasi Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya menerapkan
strategi pelayanan komunikasi yang baik untuk menjaga loyalitas anggota
terhadap koperasi hidmat. Koperasi Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya juga
menerapkan komunikasi yang mudah dimengerti, jujur, sopan, lemah lembut, tegas
dan tidak berbelit-belit, sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh anggota
koperasi yaitu dengan terkesannya setiap pelayanan yang diberikan oleh koperasi
hidmat dengan kualitas pelayanan yang memuaskan dan baik sehingga informasi
yang diterima oleh anggota koperasi mudah dipahami dan dimengerti oleh anggota
koperasi. Hal inilah yang menjadi faktor para anggota koperasi menjadi loyal.
Karena Loyalitas anggota yang dimiliki oleh koperasi hidmat merupakan aset yang
sangat berharga bagi koperasi hidmat itu sendiri, karena dengan anggota yang
loyal akan terjalinnya hubungan baik jangka panjang antara koperasi dan
anggotanya.
Keuntungan koperasi yang
diperoleh dari anggota yang loyal diantaranya. Pertama, meningkatkan daya beli
anggota koperasi terhadap produk-produk koperasi Hidmat. Memperlihatkan bahwa anggota cenderung
menggunakan pelayanan lebih setiap
tahunnya dari satu produk pelayanan Koperasi Hidmat yang memiliki
hubungan khusus dengan para nasabah
itu. Pada saat para anggota mempersepsikan nilai produk dan jasa sebuah Koperasi berada pada tingkat
tinggi, para anggota akan cenderung membeli kembali dari penyedia jasa yang sama untuk menangkal risiko anggota perpindah pada
koperasi yang lain.
Loyalitas nasabah
juga meningkatkan komunikasi yang positif dari mulut ke mulut. Para anggota yang puas dan loyal kemungkinan besar memberikan rekomendasi
sangat positif dari mulut ke mulut. Bentuk
komunikasi ini dapat terbukti membantu promosi bagi para anggota baru yang ingin bergabung dengan koperasi. Oleh karena itu, suatu rekomendasi berfungsi sebagai suatu pendukung pemasaran
dan membantu menurunkan pengeluaran suatu
koperasi untuk menarik anggota baru.
Koperasi Hidmat juga
menggunakan strategi pelayanan komunikasi yang sama dengan prinsip-prinsip
komunikasi Islami diantaranya Qawlan Sadidan (perkataan yang benar), Qawlan
Baligha (efektif, tepat sasaran), Qawlan Ma’rufan (perkataan yang
baik, pantas), Qawlan karima (perkataan yang mulia), dan Qawlan
Layyina. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor loyalitas anggota kepada
koperasi Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya tetap terjaga.
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian di atas
maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelayanan komunikasi berperan
penting sebagai salah satu strategi utama koperasi Hidmat Pondok Pesantren
Suryalaya untuk menjaga loyalitas anggotanya. Dengan komunikasi yang baik anggota
koperasi akan lebih mudah mengerti maksud dari informasi yang disampaikan,
timbulnya kesan yang baik dari anggota, dan juga loyalitas anggota koperasi
Hidmat Pondok Pesantren Suryalaya.
2. Loyalitas anggota terhadap
koperasi merupakan aset yang sangat penting. Karena loyalitas anggota dapat
meningkatkan Rekomendasi dari anggota, pembelian ulang, kesesuaian harapan,
pilihan pertama, WOM (Word Of Mouth). Para anggota yang loyal berkemungkinan
besar memberikan rekomendasi sangat positif dari mulut ke mulut. Bentuk
komunikasi ini dapat membantu promosi koperasi. Sehingga dapat menarik minat
calon anggota baru yang ingin bergabung dengan koperasi. Oleh karena itu, loyalitas
anggota sangatlah penting bagi koperasi Hidmat
3. Pelayanan komunikasi
sangatlah berpengaruh terhadap loyalitas anggota karena pelayanan komunikasi yang
baik merupakan salah satu strategi yang digunakan untuk menjaga loyalitas anggota koperasi. Salah
satu contoh pelayanan komunikasi yang diterapkan yaitu seperti komunikasi yang
mudah dimengerti, jujur, sopan, lemah lembut, tegas, jelas, dan tidak
berbelit-belit. Dari anggota yang loyal dapat menimbulkan tingkat rekomendasi
dari anggota, pembelian ulang, kesesuaian harapan, pilihan pertama, dan juga WOM
(Word Of Mouth). Oleh karena itu loyalitas anggota merupakan suatu keuntungan
dan aset yang sangat berharga bagi koperasi
Saran yang bisa diambil dari
hasil penelitian ini meliputi terus meningkatkan sumber daya manusia untuk
mengoptomalkan kualoitas pelayanan komunikasi serta menjaga komunikasi terbuka
dan efektif antara pengurus dan anggota koperasi untuk memastikan pemahaman terhadap
tujuan bersama. Dan juga terus menjaga loyalitas anggota dengan pelayanan
komunikasi yang baik. Karena anggota yang loyal merupakan aset yang sangat
berharga bagi koperasi
Abdullah
Boedi. Beni Ahmad Saebeni, (2014). Metodologi Penelitian Ekonomi Islam
Muamalah, Bandung : Pustaka Setia
Abdurrahman
Nana herdiana, (2013). Manajemen Bisnis Syariah dan Kewirausahaan,
Bandung: Pustaka Setia
Afifah
Azka Al, (2016). Pengaruh Kualitas Layanan, Kepercayaan, dan Kepuasan
Terhadap Loyalitas Nasabah, (Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN
Raden Fatah Palembang)
Ali
Abdullah, (2007). Metodologi Penelitian dan Penelitian Karya Ilmiah,
Cirebon: STAIN Cirebon Press
Amir
Taufiq, (2005). Dinamika Pemasaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Anoraga
Panji, (2002). Koperasi Kewirausahaan dan Usaha Kecil, Jakarta: Reineka
Cipta Suhardi. et.al.,( 2012). Hukum Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah di Indonesia. Jakarta: Akademia
Assauri
Sofjan, (2013). Strategic Marketing, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Cangara
Hafied, (2008). Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Chaniago
Arifinal, (1987). Perkoperasian Indonesia, Bandung: Angkasa
Efendy
Onong Uchjana, M.A. (1988). Ilmu Komunikasi dan Praktek, Bandung:
Remadja Karya
Effendi,
(1996). Kepemimpinan dan Komunikasi, Yogyakarta: Al-Amin Press
Emzir,
(2011). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, Jakarta : PT.
Rajagrafindo Perseda
Engel F,
et. Al. (2015). Perilaku Konsumen. Terjemahan. Jakarta: Bina Rupa
Aksara. Jilid 1
Firmansyah
M. Anang, (2018). Pelaku Konsumen. Yohyakarta: CV Budi Utama
Gunarto.
Suhardi. (2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepercayaan dan Loyalitas
Nasabah Perbankan di Surabaya.(skripsi, Universitas Diponegoro semarang)
Hasibuan
Alayu, (2005). Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta : PT Bumi Aksara
Hendrojogi,
(2007). Koperasi: Asas-asas, Teori dan Praktik, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, edisi 4
https://kbbi.web.id/.
Diakses pada tanggal 16 Agustus 2023, Pukul 00:05 WIB
https://kbbi.web.id/komunikasi.Diakses
pada tanggal 16 Agustus 2023, Pukul 00:05 WIB
Jafri
A.Syafi’i, (2000). Fiqh Muamalah, Pekanbaru : Suska Press, cet. ke-1
Kartono
Kartini, (2003). Pengantar Metodologi RisetSosial, Jakarta: Gaya Media
Pratama
Kasiram
Moh., (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif, Yogyakarta:
Sukses Ofhet
Kasmir,
(2005). Pemasaran Bank, Jakarta : Kencana
Kasmir,
(2010). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta : Rajawali Pers
Kemenag
RI, (2019). Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Qur’an,Edisi Penyempurnaan
Kotler
Philip. (2002). Marketing Management, Jakarta: Diterjemahkan oleh Hendra
Teguh, dkk,
Lovelock
Christoper H. Lauren K Wright, (2005). Manajemen Pemasaran Jasa,
Jakarta: Indeks
MA.
Wahyu Ilahi, (2010). Komunikasi Dakwah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Margaretha,
(2003). Kualitas Pelayanan, Jakarta: Mandar Maju
Martul
Shadiqqin, (2004). Implementasi Dimensi Kualitas Pelayanan Konsumen,
Jakarta: Sinar Grafika
Mashuri,
(2020). Analisis Dimensi Loyalitas Pelanggan Berdasarkan Prespektif Islam,
Iqtishaduna: Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita, vol 9 (1)
Mufid
Muhammad, M.Si, (2005). Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, Jakarta:
Kencana
Muhmmad
Dr. Arni, (2014). Komunikasi Organisasi, Jakarta: PT. Bumi Aksara
Mulyana
Deddy, (2007). Iilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Mutis
Thobi, (2004). Pengembangan Koperasi, Jakarta: PT. Grasindo
Nuh
Abd.Bin. Oemar Bakry, (1996). Kamus Indonesia-Arab, Jakarta : Mutiara
Sumber Widya, Cet. Ke-3
Pararusman A. Valerie, (2001). Delivering Quality
Service, (diterjemahkan oleh: Susanto), New York: The Free Press
Ratmiko.
Atik Septi Winarsih, (2015). Manajemen Pelayanan, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Ratminto,
Atik Septi Winarsih, (2010). Manajemen Pelayanan, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Ratnasari
Ririn Tri. Aksa Mastuti, (2011). Teori
dan Kasus Manajemen
Rianto
M. Nur, (2010). Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syari’ah, Bandung: Alfabeta
Ronika
Piper. (2015). Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Loyalitas Nasabah
Non-Muslim Pada PT. Frudential Syariah Cabang Bekasi, (Skripsi, Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Roudhonah,
(2007). Ilmu Komunikasi, Jakarta: UIN Press
Sabiq
Sayyid, (1997). Fiqih Sunnah, Beirut : Darul Fikri
Sangadji,
Etta Mamang. Sopiah, (2013). Perilaku Konsumen, Yogyakarta: Andi Offset
Setyosari.
Punaji, (2012). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Sitio
Arifin. Halomon Tamba, (2001). Koperasi Teori dan Praktek, Jakarta :
Erlangga
Subagyo
Joko, (2006). Metode Penelitian (dalam teori dan praktek), Jakarta: PT.
Asdi Mahasatya, cetakan kelima
Sudarsono.
Edilius, (1994). Beberapa Perspektif Pelayanan Prima, Bisnis dan Birokrasi,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Sugiarto
Endar, (2002). Psikologi Pelayanan dalam Industri Jasa, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Sukamdiyo,
(1996). Manajemen Koperasi, Jakarta: Erlangga
Sunyonto,
Dadang. Fathonah Eka Susanti, (2015).
Manajemen Pemasaran Jasa, Yogyakarta: CAPS
Sunyoto
Hamingpraja, (2004). Jaminan Kualitas Pelayanan, Yogyakarta: Liberty
Supadie
Didiek Ahmad, (2013). Sistem Lembaga Keuangan Ekonomi Syariah dalam
Pemberdayaan Ekonomi Rakyat, Semarang: Pustaka Rizki Putra
Sutrisno
Hadi, (2012). Metode Research, Yogyakarta: UGM
Tjiptono
Fandy, (2012). Service Management Mewujudkan layanan Prima, Yogyakarta: Andi
Tjiptono,
Fandy. Anastasia Diana, (2010). Total Quality Management Edisi Revisi,
Yogyakarta: ANDI
Tyastuti
Siti, S.Kep, NS, (2009). Komunikasi dan Konseling, Yogyakarta: PT.
Fitramaya
Unir,
(2006). Manajemen Pelayanan Umum, Jakarta: Bumi Aksara
W.
Andjar Pachta, (2005). Hukum Koperasi Indonesia. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
Widiyanti
Ninik.YW.Sunidia, (2002). Koperasi dan Perekonomian Indonesia, Jakarta :
PT. Rineka Cipta
Widiyanti,
(1993). Dinamika Koperasi, Jakarta: Rineka Cipta
Widjaja
H.A. W., (2000) Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Jakarta: PT. Rineka
Cipta
Widjaya
H.A.W, (1997). Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta: PT Bumi
Aksara
Wisasmita
Rivai (et.al.), (1990). Manajemen Koperasi, Bandung: CV. Pionir Jaya
Zulfa Moch,
(2010). Pengaruh Kualitas Pelayanan Islami dan Citra Terhadap Kepuasan dan
Loyalitas Pasien Rumah Sakit Islam Jawa Tengah, (Disertasi, tidak
diterbitkan, Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga)
LAMPIRAN
Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA SUBJEK PENELITIAN (KETUA KOPERASI
HIDMAT)
ANALISIS PELAYANAN KOMUNIKASI ISLAMI TERHADAP
LOYALITAS NASABAH KOPERASI HIDMAT PONDOK PESANTREN SURYALAYA
A. IDENTITAS SUBJEK
Nama |
: |
Drs. Ahmad Ismail, M.SI. |
Alamat |
: |
Kp. Godebag RT 02 RW 02, Desa Tanjugkerta, Kecamatan
Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya |
Jabatan |
: |
Ketua Koperasi Hidmat |
B. PERTANYAAN
1. Bagaimana Sejarah berdirinya
koperasi hidmat ponpes suryalaya ?
2. Bagaimana struktur organisasi
koperasi hidmat ponpes suryalaya ?
3. Bagaimana visi dan misi dari
koperasi hidmat ponpes suryalaya ?
4. Bagaimana Rencana pengembangan Kopontren Suryalaya hidmat ?
5. Bagaimana koperasi dalam meningkatkan pelayanan kepada anggota?
6. Sebagai badan usaha manakah yang paling penting bagi
koperasi keuntungan atau pelayanan kepada anggota ?
7. Bagaimana cara untuk meningkatkan partisipasi anggota
dalam koperasi ?
8. Mengapa partisipasi anggota koperasi memiliki peranan
penting dalam upaya pengembangan koperasi ?
Lampiran 1.2
PEDOMAN WAWANCARA INFORMAN ( ANGGOTA KOPERASI)
UPAYA PELAYANAN KARYAWAN KEPADA ANGGOTA KOPERASI
KEPADA ANGGOTA DAN PARTISIPASI ANGGOTANYA
A. IDENTITAS INFORMAN
Nama |
: |
Drs. Ahmad Ismail, M.SI. |
Alamat |
: |
Kp. Godebag RT 02 RW 02, Desa Tanjugkerta, Kecamatan
Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya |
Jabatan |
: |
Ketua Koperasi Hidmat |
B. PERTANYAAN
1. Apakah anda sudah merasa puas
dengan pelayanan yang diberikan ?
2. Apakah Karyawan sudah
memberikan informasi yang jelas dan akurat tentang produk dan layanan koperasi
?,
3. Apakah manfaat yang anda
rasakan setelah menjadi anggota koperasi ?
4. Apa peran anda dalam membantu
koperasi mencapai tujuannya ?
5. Apa motivasi anda untuk aktif
berpartisipasi dalam kegiatan koperasi ?
Lampiran 2
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama |
: |
Drs. Ahmad Ismail, M.SI. |
Jabatan |
: |
Ketua |
Waktu |
: |
18 Agustus 2023, Pukul 13.00 WIB |
Tempat |
: |
Kopontren Suryalaya Hidmat |
No |
Pertanyaan |
Jawaban |
1. |
Assalamualaikum bapak mohon maaf
sebelumnya menggangu waktu bapak, saya Ripal Sopar Sopari mahasiswa dari
IAILM Suryalaya tujuan saya menemui bapak ingin mewawancarai tentang
Pelayanan Karyawan dan partisipasi anggotanya di Kopontren suryalaya Hidmat ? |
Waalaikumsalam, Iya boleh, Apa
saja yang ingin di pertanyakan ? |
2. |
Baik Pak sebelumnya terima kasih
sudah mengizinkan untuk melakukan penelitian di koperasi hidmat, yang saya
tanyakan yaitu Bagaimana
Rencana pengembangan Kopontren Suryalaya hidmat ? |
Jadi untuk rencana pengembangan Kopontren Suryalaya Hidmat selalu melaksanakan
Rapat Tahunan, dalam Rapat Tahunan tersebut selalu membahas tentang Rencana
Kerja kedepannya adalah membenahi,
membina, dan mengembangkan seluruh unit usaha yang ada sesuai dengan
potensi pasar, serta investasi usaha baru, dan mencari peluang usaha yang
dapat memberikan manfaat bagi Anggota maupun Masyarakat sekitar |
3. |
Baik pak, untuk pertanyaan
selanjutnya Sebagai badan usaha manakah yang
paling penting bagi koperasi keuntungan atau pelayanan kepada anggota ? |
Jadi Begini, Pelayanan Koperasi kepada anggota adalah jasa yang diberikan
Koperasi dalam memajukan usaha anggotanya. Sebagian Koperasi adalah pemberi
pelayanan yang bertugas memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada usaha
anggota-nya, Oleh karena itu untuk memberikan pelayanan yang baik kepada
anggota Koperasi harus mewujudkannya melalui penyedia-an barang dan jasa yang
sesuai dengan keinginan anggota dengan penawaran harga, kualitas dan kondisi
yang lebih menguntungkan anggota dari pada penawaran yang ditawarkan oleh
pasar. |
|
Bagaimana cara untuk meningkatkan partisipasi
anggota dalam koperasi ? |
Dalam konteks koperasi, pelayanan kepada anggota memiliki peran yang
lebih penting daripada keuntungan finansial. Karena Prinsip dasar koperasi
adalah memberikan manfaat kepada anggota dan memajukan kepentingan bersama.
Oleh karena itu, pelayanan yang berkualitas dan memberikan nilai tambah
kepada anggota menjadi prioritas utama dalam usaha koperasi. Keuntungan
finansial dalam koperasi juga penting, namun bukan menjadi tujuan utama. |
|
Mengapa partisipasi anggota koperasi memiliki
peranan penting dalam upaya pengembangan koperasi ? |
1. Membayar iuran wajib secara tertib dan teratur. 2.Menabung sukarela sehingga akan dapat menambah
modal koperasi. 3.Memanfaatkan jasa koperasi (barang/belanja barang-barang
dari koperasi). 4. Memanfaatkan dana pinjaman koperasi dengan taat mengangsur. 5.Menghadiri rapat-rapat dan pertemuan secara aktif.
Dengan begini akan meningkatkan partisipasi anggota. |
|
Mengapa
partisipasi anggota koperasi memiliki peranan penting dalam upaya
pengembangan koperasi ? |
Partisipasi anggota dalam koperasi menjadi hal yang
sangat penting dalam pencapaian keberhasilan usaha koperasi, hal ini
disebabkan oleh kedudukan anggota yang sebagai pemilik sekaligus sebagai
pelanggan koperasi. Sebagai pemilik koperasi, anggota harus berupaya
mendukung manajemen organisasi dan permodalan koperasi. |
Lampiran 2.2
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama |
: |
Haryati |
Jabatan |
: |
Anggota |
Waktu |
: |
18 Agustus 2023, Pukul 14.40 WIB |
Tempat |
: |
Kopontren Suryalaya Hidmat |
No |
Pertanyaan |
Jawaban |
1. |
Assalamualaikum Ibu mohon maaf
sebelumnya menggangu waktu Ibu, saya Ripal Sopar Sopari mahasiswa dari IAILM
Suryalaya, tujuan saya menemui Ibu ingin mewawancarai tentang Pelayanan dan
Partisipasi anggota di Kopontren suryalaya Hidmat ? |
Waalaikumsalam, Iya mangga a, Apa
saja yang ingin di pertanyakan ? |
|
Baik bu sebelumnya terima kasih sudah mengizinkan untuk melakukan
penelitian di koperasi hidmat, yang saya tanyakan adalah Apakah anda sudah
merasa puas dengan pelayanan yang diberikan ? |
Saya pribadi merasa sangat puas
dengan pelayanan yang diberikan koperasi, sehingga saya sampai saat ini masih
menjadi anggota koperasi. |
|
Apakah Karyawan sudah memberikan informasi yang jelas dan akurat tentang
produk dan layanan koperasi ?, |
Karyawan koperasi memberikan
informasi yang jelas dan akurat tentang produk dan layanan yang mereka
tawarkan. |
|
Apakah manfaat yang anda rasakan setelah menjadi anggota koperasi ? |
Sebagai anggota koperasi saya
merasakan manfaat dalam mendapatkan harga lebih terjangkau untuk
produk-produk yang saya butuhkan. |
|
Apa peran anda dalam membantu koperasi mencapai tujuannya ? |
Peran saya dalam membantu
koperasi mencapai tujuannya adalah dengan aktif berpartisipasi dalam
program-program sosial dan memberikan ide-ide untuk meningkatkan pelayanan
kepada anggota. |
|
Apa motivasi anda untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan koperasi ? |
Motivasi saya untuk aktif
berartisipasi dalam kegiatan koperasi adalah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi bersama dan
membangun komunitas yang lebih kuat. |
Lampiran 3
Lampiran 3.1
Lampiran 5
RIWAYAT HIDUP
[1] Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management Edisi Revisi, (Yogyakarta: ANDI, 2010),
27-28
[2] Dadang
Sunyonto dan Fathonah Eka Susanti, Manajemen Pemasaran Jasa, (Yogyakarta: CAPS,
2015), 283
[3] .F
Engel, et. Al., Perilaku Konsumen. Terjemahan Jilid 1 (Jakarta: Bina Rupa
Aksara, 2015), 144
[4]
Gunarto, Suhardi. 2006. Faktor-faktor
yang mempengaruhi Kepercayaan dan Loyalitas Nasabah Perbankan di Surabaya.
Skripsi. Universitas Diponegoro, Semarang
[5] Melani,
Agus. 2003. Pengaruh Kualitas Pelayanan dam Kualitas Komunikasi Terhadap
Loyalitas Konsumen Bandoenggsche
Melk Centrale
[6] Hennike
Ramadhani. (2015). komunikasi
interpersonal Fronliner dalam melayani dan memberukan informasi kepada
pelanggan PT. PLN (Persero) Rayon Panam Pekanbaru. Jurnal Online Mahasiswa. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Riau
[7] Wulan
Pinontoan. Pengaruh E-Banking, Kualitas Pelayanan, Kualitas Komunikasi Dan
Kepercayaan Terhadap Loyalitas Nasabah pada PT. Bank Mandiri Cabang Manado. Jurnal
Emba. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado
[8]
https://kbbi.web.id/komunikasi.Diakses pada tanggal 16 Maret 2023, Pukul 00:05
WIB
[9]
Webster`s New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977
[10] Halah Abdul
Al al-jamal, fann al-tawashul fi al-islam, hlm. 11, cet.1, 2008
[11] Wahyu
Ilahi, MA.Komunikasi Dakwah,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), 187
[12] Kemenag
RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf
Al-Qur’an,Edisi Penyempurnaan, 2019, 106
[13] Wahbah
Zuhaily, Tafsir Munir, (Beirut: Dar al-Fikr, 1991), 260
[14] Wahyu
Ilahi, MA. Komunikasi Dakwah, 172
[15] Kemenag
RI Al-Qur’an dan Terjemahannya,... 119
[16] Kemenag
RI Al-Qur’an dan Terjemahannya,…hlm. 314
[17]
https://kbbi.web.id/. Diakses pada tanggal 17 februari 2023
[18]
Ratminto dan Atik Septi Winarsih, Manajemen Pelayanan, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010), 2
[19] Etta
Mamang Sangadji dan Sopiah, Perilaku Konsumen, (Yogyakarta: Andi Offset, 2013),
100
[20] Philip
Kotler. Marketing Management, Diterjemahkan oleh Hendra Teguh, dkk, (Jakarta,
2002), 499
[21] 18
https://kbbi.web.id/. Diakses pada tanggal 17 februari 2023
[22] Piper
Ronika, “Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Loyalitas Nasabah Non-Muslim Pada
PT. Frudential Syariah Cabang Bekasi”, (Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), 25
[23] Azka Al
Afifah, “Pengaruh Kualitas Layanan, Kepercayaan, dan Kepuasan Terhadap
Loyalitas Nasabah”(Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Fatah
Palembang, 2016), 23- 25
[24] Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990), 415
[25] Ratmiko dan Atik Septi Winarsih, Manajemen Pelayanan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2015), 2
[26] Thorik G dan
Utus H, Marketing, (Jakarta:
Gema Insani, 2006), 77
[27] M. Nur Rianto, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syari’ah, (Bandung:
Alfabeta, 2010), 211
[28] Endar Sugiarto,
Psikologi Pelayanan dalam Industri
Jasa, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2002), 36
[29] Taufiq Amir, Dinamika Pemasaran,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005), 11
[30] Malayu Hasibuan, Dasar-Dasar
Perbankan, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2005), Cet. Ke-4, 152
[31] Munir, Manajemen Pelayanan Umum,
(Jakarta: Bumi Aksara,
2006), 275
[32] Kasmir, Pemasaran Bank, (Jakarta : Kencana,
2005), 205
[33] Kasmir, Pemasaran Bank, (Jakarta : Kencana,
2005), 207
[34] Nana herdiana
Abdurrahman, Manajemen
Bisnis Syariah dan Kewirausahaan, (Bandung:
Pustaka Setia, 2013), 322
[35] Johan
Arifin, Etika Bisnis Islam, (semarang : Walisongo press, cet ke 1), 163
[36] Fandy
Tjiptono, Service Management Mewujudkan layanan Prima.(Yogyakarta: Andi,
2012), 175
[37] A.Valerie, Pararusman, Delivering Quality
Service.(diterjemahkan oleh: Susanto),(New York: The Free Press, 2001), 32
[38]
Shadiqqin Martul, Implementasi Dimensi Kualitas Pelayanan Konsumen.(Jakarta:
Sinar Grafika, 2004), 49
[39] Fandy
Tjiptono, Service Management Mewujudkan layanan Prima.(Yogyakarta: Andi,
2012), 174
[40] A.
Valerie, Pararusman, Delivering Quality Service.(diterjemahkan oleh:
Susanto),(New York: The Free Press, 2001), 48
[41] A.
Valerie, Pararusman, Delivering Quality Service.(diterjemahkan oleh:
Susanto),(New York: The Free Press, 2001), 101
[42]
Hamingpraja Sunyoto, Jaminan Kualitas Pelayanan.(Yogyakarta: Liberty,
2004), 16
[43] Fandy
Tjiptono, Service Management Mewujudkan layanan Prima.(Yogyakarta: Andi,
2012), 175
[44] A.
Valerie, Pararusman, Delivering Quality Service.(diterjemahkan oleh:
Susanto),(New York: The Free Press, 2001), 52
[45] Fandy
Tjiptono, Service Management Mewujudkan layanan Prima.(Yogyakarta: Andi,
2012), 175
[46] A.
Valerie, Pararusman, Delivering Quality Service.(diterjemahkan oleh:
Susanto),(New York: The Free Press, 2001), 40
[47] Fandy
Tjiptono, Service Management Mewujudkan layanan Prima.(Yogyakarta: Andi,
2012), 175
[48] A.
Valerie, Pararusman, Delivering Quality Service.(diterjemahkan oleh:
Susanto),(New York: The Free Press, 2001), 69
[49]
Margaretha, Kualitas Pelayanan : Teori dan Aplikasi,(Jakarta: Mandar
Maju, 2003), 201
[50]
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Press, 2007), 27
[51] Deddy mulyana,Iilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007),
46
[52] Dr. Arni muhmmad, Komunikasi
Organisasi (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2014), 4
[53] Ibid, 69
[54] Deddy
Mulyana, Op. Cit, 61
[55]
Muhammad Mufid, M.Si, Komunikasi
dan Regulasi Penyiaran (Jakarta:Kencana,2005)
[56] Ibid, 2
[57] Onong
Uchjana Efendy, M.A. Ilmu Komunikasi dan
Praktek (Bandung: Remadja Karya, 1988), 11-12
[58] Ibid,
12
[59] H.A. W. Widjaja,
Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2000)
[60] Ibid, 26
[61] Siti Tyastuti, S.Kep, NS, Komunikasi
dan Konseling (Yogyakarta: PT. Fitramaya,2009)
[62] Ibid, 32
[63]
Effendi, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta: Al-Amin Press,
1996), 59
[64] H.A.W Widjaya,
Komunikasi dan Hubungan
Masyarakat, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 1997), 14
[65] Hafied Cangara,
Pengantar Ilmu Komunikasi,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), 26
[66] Ibid, 27
[67]
Jalaluddin Rahmat, op. cit., 77
[68] Ahmad Mushthafa
al-Marâgiy, Tafsîr al-Marâgiy (Mesir: Mushthafa al-Bâby al-Halabiy, 1972), 188
[69] Lihat Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), 1
[70]
Jalaluddin Rahmat, loc. cit
[71] Kemenag
RI Al-Qur’an dan Terjemahannya,… 38
[72] Kemenag
RI Al-Qur’an dan Terjemahannya,… 422
[73] Louis Ma‟louf,
Al-Munjid Fiy al-Lughah wa al-‘A’lam (Beirut: Dâr al-Masyriq, 1994), 500
[74] Ibid.
[75] Kemenag
RI Al-Qur’an dan Terjemahannya,… 106
[76] Wahyu Ilahi,
MA.Komunikasi Dakwah,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), 187
[77] Kemenag
RI Al-Qur’an dan Terjemahannya,… 427
[78] Wahbah Zuhaily, Tafsir Munir, (Beirut: Dar al-Fikr, 1991), 260
[79]Ibid., 326
[80] Kemenag
RI Al-Qur’an dan Terjemahannya,… 119
[81] Pengertian بليغ dapat dilihat dalam Ibn Mandzûr Mukram al-Anshâriy,
Lisân al-Arab,
Juz VI (Mesir:
al-Muassasah al-Misriyah, t.th.),
83
[82] Mahmud Yunus, op. cit., 72
[83] Ibn Mandzûr
Mukram al-Anshâriy, loc. cit.
[84] Kemenag
RI Al-Qur’an dan Terjemahannya,… 314
[85] Louis Ma‟luf, op. cit., 743
[86] Kemenag
RI Al-Qur’an dan Terjemahannya,… 284
[87] Abu Husain
Ahmad bin Fariz bin Zakariyah, Mu’jam Maqayis
al-Lugah (Mesir: Dar al-Fikr, 1972), 171
[88] Kemenag
RI Al-Qur’an dan Terjemahannya,… 285
[89] Louis Ma‟luf, op. cit., 328
[90] Husni,
Said Musnadi dan faisal, Pengaruh
Lingkungan Kerja, Kompensasi, dan Motivasi terhadap Kepuasan Kerja serta
Dampaknya terhadap Loyalitas Kerja Pegawai
Rutan di Provinsi Aceh (Studi Kasus pada Rutan Klan IIB
Banda Aceh dan Rutan Klas II B Jantho), Jurnal
Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah, 2 (10 Januari 2018: 89
(ISSN: 2302-0199)
[91] Didiek
Ahmad Supadie, Sistem Lembaga Keuangan
Ekonomi Syariah dalam Pemberdayaan Ekonomi Rakyat, Semarang, Pustaka Rizki Putra, 2013, 74
[92] Sofjan Assauri,
Strategic Marketing, Jakarta,
PT Raja Grafindo Persada, 2013, 14
[93]
Christoper H Lovelock dan Lauren K Wright,
Manajemen Pemasaran Jasa, Jakarta, Indeks,
2005, 133
[94] M. Anang Firmansyah, Pelaku Konsumen.
( Yohyakarta: CV Budi Utama, 2018), 149-150
[95] Adi
Karismanto, “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas nasabah”, 93-94
[96] Zulfa
Sa’adah. Pengaruh pengetahuan, kualitas pelayanan, dan nilai terhadap loyalitas anggota
(studi pada anggota
BMT Tamziz Cabang Bantul Yogyakarta), skripsi. UIN Yogyakarta, 24-26
[97]
Mashuri. “Analisis Dimensi Loyalitas Pelanggan Berdasarkan Prespektif
Islam”. Iqtishaduna:Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita, vol. 9 No. 1 Juni 2020, 56
[98] Moch
Zulfa.“Pengaruh Kualitas Pelayanan Islami dan Citra Terhadap Kepuasan dan Loyalitas
Pasien Rumah Sakit Islam Jawa Tengah”. Disertasi (tidak diterbitkan) Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga. (2010)
[99] Moch
Zulfa.“Pengaruh Kualitas Pelayanan Islami dan Citra Terhadap Kepuasan dan Loyalitas
Pasien Rumah Sakit Islam Jawa Tengah”. Disertasi (tidak diterbitkan) Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga. (2010)
[100]
Mashuri. “Analisis Dimensi Loyalitas Pelanggan Berdasarkan Prespektif
Islam”. Iqtishaduna:Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita, vol. 9 No. 1 Juni 2020, 59
[101] Ririn Tri Ratnasari, dan Aksa
Mastuti. “Teori dan Kasus Manajemen Pemasaran Jasa”.( Bandung:
Ghalia Indonesia, 2011)
[102] Arifin Sitio dan Halomon
Tamba, Koperasi Teori dan Praktek, (Jakarta
: Erlangga, 2001), 16
[103] Abd.Bin Nuh dan Oemar Bakry, Kamus Indonesia-Arab, (Jakarta
: Mutiara Sumber
Widya, 1996), Cet. Ke-3, 147
[104] Kasmir,
Bank dan
Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta
: Rajawali Pers,
2010), 287
[105] Ninik Widiyanti.YW.Sunidia, Koperasi dan Perekonomian Indonesia, (Jakarta : PT. Rineka Cipta,
2002), 3
[106]
Arifinal Chaniago.1987. Perkoperasian Indonesia. Bandung. Angkasa, 23
[107]
Sukamdiyo. 1996. Manajemen Koperasi. Jakarta.
Erlangga, 31
[108]
Sudarsono dan Edilius. 1994. Beberapa Perspektif Pelayanan Prima, Bisnis dan Birokrasi. Jakarta. PT. Raja
Grafindo Persada, 25
[109]
Widiyanti. 1993. Dinamika Koperasi. Jakarta.
Rineka Cipta, 45
[110] Ibid, 46
[111] Thobi Mutis.
2004. Pengembangan Koperasi. Jakarta. PT. Grasindo, 25
[112]
Arifinal Chaniago. Op.cit. 21
[113] Panji Anoraga.
2002. Koperasi Kewirausahaan dan Usaha Kecil.
Jakarta. Reineka Cipta, 40
[114]
Suhardi. (et.al.). 2012. Hukum Koperasi, Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia.
Jakarta. Akademia, 34
[115]
Kartasapoetra. 2013. Praktek Pengelolaan Koperasi. Jakarta. Rineka
Cipta, 40
[116] Andjar Pachta W. 2005. Hukum Koperasi Indonesia. Jakarta. Kencana Prenada Media Group, 32
[117]
Hendrojogi. 2007. Koperasi: Asas-asas, Teori dan Praktik, Ed. 4. Jakarta.
PT. Raja Grafindo
Persada, 38
[118] Rivai Wisasmita (et.al.). 1990. Manajemen Koperasi. Bandung. CV. Pionir
Jaya, 44
[119]
Sukamdiyo. Op.cit, 40
[120]
Departemen Perdagangan dan Koperasi Direktorat Jenderal Koperasi Indonesia. 1977. Pengetahuan
Koperasi. Jakarta. Departemen Perdagangan dan Koperasi
Direktorat Jenderal Koperasi
Indonesia, 70
[121] Titik Sartika
Pratomo. Ekonomi Koperasi. Bogor.
Ghalia Indonesia, 40
[122] Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Beirut
: Darul Fikri,
1997), 354
[123] Hendi Suhendi,
op.cit., 295
[124]
A.Syafi’i Jafri, Fiqh Muamalah, (Pekanbaru : Suska Press, 2000),
cet. ke-1, 88
[125]
Setyosari, Punaji, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012).
15
[126] Boedi Abdullah
dan Beni Ahmad Saebeni, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Muamalah (Bandung : Pustaka Setia, 2014), 49
[127]
Moh.Kasiram, Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif, (Yogyakarta: Sukses Ofhet, 2010), 103
[128] Hadi
Sutrisno, Metode Research (Yogyakarta: UGM, 2012), 142
[129] Emzir, metodologi penelitian kualitatif analisis data,
(Jakarta : PT Rajagrafindo Perseda, 2011), 3
[130] Joko Subagyo, Metode Penelitian (dalam teori dan praktek) (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya 2006), cetakan kelima, 63
[131] Ibid, 2
[132] Joko
Subagyo, Op.cit, 39
[133] Ibid, 13
[134] Kartini
Kartono, Pengantar Metodologi
RisetSosial, (Jakarta:Gaya Media
Pratama,2003), 123
[135]
Abdullah Ali, Metodologi Penelitian dan Penelitian Karya Ilmiah. (Cirebon,
STAIN Cirebon Press, 2007), 43
Tidak ada komentar:
Posting Komentar